Indonesia, Asia Tenggara, Bumi
Keadaan menjadi sedikit aneh setelah anak kecil yang diselamatkan Arunika kini duduk di pangkuan Arowana dengan nyaman. Ri-nama gadis kecil itu-kini bersandar nyaman pada dada Aro. Hal itu membuat mata Aru memicing curiga pada laki-laki itu. Mungkin ia bisa setuju dengan pendapat Reilly soal Arowana yang bukan manusia.
Berbeda dengan Arunika, Reilly malah menatap gemas pada Ri. Rei membuat raut wajah lucu agar Ri terhibur, dan dia berhasil membuat gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak di pangkuan Arowana.
Kegiatan mengetik laki-laki itu menjadi terganggu, ia melirik sadis pada Rei. Kode mata itu tersampaikan, membuat si penerima di sebelah kirinya beringsut takut.
"Tolong tenang, Rei. Aku berusaha menyelesaikan tugas ini agar kamu, aku, dan Ri segera pulang, mengerti?" Aura Aro yang tegas membuat Rei hanya mengangguk patuh.
"Kawrow, Ri Awenteng," lanjut Aro pada anak kecil di pangkuannya itu dengan lembut. Ayolah, Rei sedikit merasa tidak adil meskipun Ri hanya anak kecil.
"Hm, Imas Row!" jawab Ri dengan riang.
"Bahasa apa yang kalian gunakan?" tanya Aru dengan tatapan menyelidik pada satu-satunya laki-laki di sana.
"Bahasa daerah kami."
"Oh ya? Kalian berasal darimana memangnya? Dan apa hubunganmu dengan Ri?" Arunika kembali bertanya karena jawaban Aro yang tidak memuaskan.
"Ri adalah adik saya, kamu tidak lihat kemiripan saya dan dia? Asal kami juga bukan urusanmu, kamu bukan siapa-siapa Ri."
"Aku adalah orang yang menolongnya saat keluar dari lubang halaman belakang nenekku dengan sinar aneh seperti lava di perut bumi, jelas aku ingin tahu dari mana kalian berasal!"
"Tunggu, apa? Bisakah kalian jelaskan apa yang kalian bicarakan? Aku menjadi kambing dungu di sini!" Reilly melihat kedua temannya itu dengan bingung.
"Akan aku jelaskan, Reilly. Setidaknya jika kamu bisa meminta teman rambut coklatmu itu diam, aku ingin berkonsentrasi pada tugas kita dan segera pulang," sindir Aro pada Arunika. Jelas itu membuat yang disindir kesal.
"Oh ya, Rei. Si rambut sirup Marjan ini sepertinya benar-benar bukan manusia, ia bahkan tidak mau seseorang tahu darimana ia berasal. Bukankah itu tandanya dia memang bukan manusia? Apalagi adiknya ini juga dimuntahkan dari perut bumi, mungkin kamu benar bahwa dia ini alien!"
Baik Arowana maupun Arunika saling menyindir dan melontarkan tatapan sengit, Ri yang tidak mengerti hanya menatap polos pada mereka. Sedangkan Rei yang duduk di antara mereka terlihat seperti kambing dungu, ia menggigit pipi dalamnya guna menahan kesal.
"Hei, berhenti saling menyindir atau-"
"Atau apa?!" sewot Aru dan Aro bersamaan.
"A-atau aku sama Aro ga pulang-pulang karena kalian bakal debat terus," kata Rei yang tadinya ingin menegur keduanya malah takut. Akhirnya keduanya terdiam, yang satu berfokus pada laptop dan yang satu hanya memainkan ponselnya.
Entah bagaimana Arowana bisa betah berada di depan layar laptop selama dua jam lebih. Arunika sendiri sebenarnya menahan geram karena laki-laki itu terlalu lama menyelesaikan tugas karya ilmiah mereka. Sementara Ri sudah berpindah tempat ke pangkuan Reilly, mereka berdua tertidur di sebelah Aro.
"Ini sudah jam 7 malam Arowana, apa kamu sudah selesai? Kasian adikmu dan Rei tertidur karena sedari tadi menunggumu," tegur Arunika. Ia menatap Rei yang tertidur dengan tidak nyaman, mungkin ia kesemutan karena hanya bersandar pada sofa dan harus memangku Ri.
Arowana ikut menatap Rei dan Ri di sampingnya kanannya, ia meraih kepala Rei untuk bersandar pada bahunya. Ia dengan cuek melanjutkan pekerjaannya karena ia sudah ada di bab terakhir, sementara Aru yang melihat adegan klise romantis tadi sedikit tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawa : Negeri Sejuta Hukuman
FantasyTidak bisakah ada rasa cinta dan sayang disini?