Indonesia, Asia Tenggara, Bumi
"Bangsa Mawa itu apa?"
Reilly tidak sempat menanyakan itu pada Arowana karena ibunya sudah melihat dirinya dan laki-laki itu dari halte. Ibu Rei membunyikan klakson sebagai tanda agar anaknya itu bergegas.
Rei yang sedikit panik hingga lupa untuk bertanya pada Aro, ia terburu-buru pamit dan berlari ke arah halte. Ia malah teringat tingkah bodohnya semalam yang hampir tersungkur ke trotoar. Bagaimana tidak? Ia sempat-sempatnya melambai sambil tersenyum ke arah Arowana, ia juga berlari tanpa memerhatikan jalan dengan baik. Sementara laki-laki itu hanya melambai dan tersenyum kikuk, tapi Rei tahu arti tatapan Aro padanya. Khawatir. Entah apa yang Aro khawatirkan, mungkin saja ia takut rahasianya terbongkar ke seluruh sekolah.
Astaga, bahkan Rei tidak mengerti apa itu Bangsa Mawa. Bagaimana bisa ia menyebarkan itu ke seluruh sekolah? Lagipula ia bukan tipe gadis penggosip seperti Riri. Bahkan sudah jam 1 malam, Reilly tidak menemukan jawaban apapun di internet mengenai Bangsa Mawa. Ia memilih mematikan komputernya dan beralih pada ranjang dan selimut. Ia bergelung nyaman agar tidur nyenyak, karena besok adalah hari presentasi tugas kelompoknya bersama Arunika, Arowana, dan juga dirinya, Reilly.
. . .
Arowana datang lebih pagi dari Reilly akhir-akhir ini, namun ia sudah menemukan Arunika yang duduk di bangkunya. Ia mengangkat bahunya acuh tak acuh, lalu ia kembali berjalan ke dalam kelas tanpa kembali memperhatikan Aru yang memainkan ponselnya. Gadis itu menyadari bahwa Aro melewati tempat duduknya, ia menoleh pada Aro yang duduk di kursi paling belakang.
"Hei, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ikuti aku," kata Aru pada Aro. Ia berdiri dari tempat duduknya.
"Di sini saja, hanya ada kita berdua di sini," jawab laki-laki itu dengan pandangan matanya yang menyusuri kelas XI IPA 2 itu.
"Ini penting, cepatlah." Arunika berjalan keluar kelas entah kemana tujuannya. Mau tak mau Aro langsung bergegas dari bangkunya untuk mengikuti gadis itu.
Tak berselang lama, Reilly memasuki kelas. Namun ia tak melihat keberadaan siapapun di dalam sana. Ia hanya melihat tas berwarna biru langit milik Arunika dan tas selempang hitam di kursi belakang. Gadis itu menimbang apakah ia harus mencari kemana perginya Aru?
Rei memutuskan untuk keluar kelasnya, ia bahkan menelusuri seluruh sekolah untuk mencari keberadaan Arunika. Ia bolak-balik mengecek layar ponselnya yang tengah menunjukkan panggilan telepon yang tidak dijawab oleh Aru.
Rei hanya mendengus lelah, ia sedikit frustasi mencari Aru yang pergi entah kemana. Ia ingin bertanya bagian yang dari karya ilmiah mereka yang menurutnya janggal. Mungkin saja Aru sedang bersama Aro untuk berdiskusi tentang tugas mereka, makanya ia memilih memutari sekolah untuk ikut berdiskusi.
Rei hampir memutari seluruh sekolah jika ia tidak mendengar sesuatu. Sayup-sayup ia dengar suara obrolan di lantai 2, salah satu dari mereka mempunyai suara yang mirip suara Aru. Ia memilih untuk menaiki tangga menuju lorong gelap lantai 2 itu, ia menuju tempat di mana sumber suara itu berasal. Hingga benar saja, ada Arunika dan Arowana yang sekiranya tengah mengobrol serius. Bukannya mendekat ke teman-temannya, gadis itu malah berdiam diri menguping di sebalik tembok sebelum lorong gelap di dekat gudang itu.
"Sebenarnya, aku ingin mengembalikan sarung tangan Ri itu semalam. Aku sudah melihat kamu dan Rei di depanku, tapi aku sungkan karena kalian tengah mengobrol. Tetapi, aku tak mendengar keseluruhan obrolan kalian kok. Aku hanya mendengar bahwa kamu dan Ri adalah Bangsa Mawa, itu saja. Sama seperti Rei, aku tidak mendengar penjelasanmu tentang bangsamu itu—"
"–Jadi kamu tetap ingin tahu tentang saya?"
"Apa?! Tidak, bukan itu yang ingin kutanyakan, tapi ya...ini soal, apakah kamu menyukai Reilly?" tanya Aru. Ia menatap kedua bola mata Arowana yang menggelap, membuat hatinya entah kenapa sedikit berdenyut takut. Sementara itu, Rei ikut tertegun dengan pertanyaan Arunika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawa : Negeri Sejuta Hukuman
FantasyTidak bisakah ada rasa cinta dan sayang disini?