Reilly, Ritual, dan Rayuan

1 0 0
                                    

Indonesia, Asia Tenggara, Bumi

Tok tok tok!

Ketukan pintu hotel Aru, Stella, dan Riri terdengar, mereka saling pandang karena merasa kebingungan. Mereka bertiga yang tengah bermalas-malasan di kasur tak ingin membukakan pintu.

"Stella, bukain sana," suruh Riri yang tengah membalas pesan dari kekasihnya.

"Eh kok aku? Kamu aja! Kan paling deket sama pintu kamu, Ri!"

"Udah, aku yang bukain, kali aja guru," sahut Aru sebelum terjadi pertikaian lebih panjang. Ia beranjak dari kasurnya sambil mengusak rambut panjangnya. Berjalan mendekati pintu dan membukanya. Ah, Reilly ternyata.

"Eh, Rei, kenapa?" Aru bisa melihat Reilly membawa barang-barangnya, seperti hendak pindah kamar.

"Anu...kamar kamu masih muat ngga? Aku mau pindah soalnya...eung...," kata Rei menggantung kalimatnya. Ia nampak kebingungan untuk memilih kata, sementara lawan bicaranya menatap heran.

"Kenapa?"

"Di kamarnya Luna udah ada banyak orang, jadi aku pengen pindah hehe," jawab Rei. Dahi Arunika mengernyit, ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Reilly. Namun, dia tetap mempersilahkannya masuk.

"Oh yaudah yuk masuk dulu," ajak Arunika.

"Ri, ada Reilly, dia boleh tidur di sini nggak?" Arunika berjalan mendekat ke kasur Riri.

"Oh boleh, tapi kasur yang tingkat sama Aru ya, Rei?" Ia menunjuk kasur tingkat yang dimaksud. Sementara Riri dan Stella menempati dua single bed di kamar itu.

"Oh gapapa! Makasih banget ya kalian mau nerima aku!"

"Iya sama-sama," jawab Riri dan Stella.

Reilly dan Arunika disibukkan dengan pemilihan tempat tidur mereka. Yang berakhir Reilly menempati kasur bagian atas. Stella sendiri memilih berendam, sedangkan Riri masih berkutat dengan ponselnya.

Reilly kembali turun dari kasurnya setelah menata barang-barangnya. Ia juga ingin berendam karena perjalanan selama 12 jam membuat tubuhnya terasa lengket. Ia telah membawa peralatan mandi bersamanya.

"Eh, abis Stella siapa yang mandi duluan?" Arunika yang sudah mandi terlebih dahulu menatap Riri, seperti menanyakan kapan Riri akan mandi.

"Duluan aja Rei, si Arkan mau vc katanya," jawab Riri. Arkan sendiri adalah pacarnya.

"Oh ya, aku pengen pesen makanan, kalian mau nitip ngga?" ujar Riri seketika teringat karena mereka belum makan malam.

"Aku pengen seblak!" seru Reilly.

Cklek!

"Duain!" Stella menyahut saat keluar dari kamar mandi. Riri lalu menunggu jawaban dari Arunika.

"Aku Nasi Goreng ya, Ri!" kata Arunika yang mengalihkan pandangan dari gawainya. Dia menonton asmr kafe entah sedari kapan.

"Oke, pedes semua ya!"

"Iya!" jawab teman-teman Riri serentak. Mereka kembali ke kegiatan yang mereka lakukan. Reilly dengan acara mandinya, Arunika dengan menonton video, lalu Stella yang mengeringkan rambut. Setelah Riri memesan makanan di aplikasi ojek online, ia menjawab panggilan dari sang pacar, Arkan.

Di jam setengah delapan malam itu, kebanyakan dari mereka memang memilih untuk memesan makan malam atau mandi. Mereka beristirahat dari perjalanan panjang mereka, untuk menyiapkan suatu kegiatan esok hari.

. . .

"Selamat pagi anak-anak!"

Teriakan bersemangat datang dari wali kelas Arunika, namun tidak ditanggapi dengan baik dengan anak-anak didiknya itu. Kebanyakan mereka masih mengantuk karena memilih begadang semalam suntuk, padahal paginya mereka akan mengunjungi banyak tempat. Begitu pun dengan Reilly, ia mengusak matanya dan menguap sesekali.

"Hari ini kita akan mengunjungi Pura Ulun Danu Watu, menyesuaikan dengan jadwal rundown yang telah dibagikan kemarin. Setiap kelas dibagi dalam bus masing-masing, dan mendatangi berbagai wisata dalam waktu yang berbeda. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan siswa di satu tempat, mengerti?"

"Mengerti bu." Stella menguap untuk kesekian kalinya, ia bersandar di bahu Arunika yang berada tepat di sampingnya.

Reilly berdiri bersampingan dengan Luna, ia hanya menampakkan raut wajah gelisah. Entah apa yang dipikirnya, namun ia hanya berdiam diri tanpa mengobrol apapun dengan Luna.

Semua teman sekelas Arunika sudah memasuki bus untuk ke Pura Ulun Danu. Arunika berada tepat di belakang Reilly yang duduk dekat jendela, sementara dirinya dan Stella hanya ikut bernyanyi lagu karaoke yang diputar oleh supir bus bersama. Namun, ia dapat melihat bahwa Reily hanya duduk terdiam tanpa melakukan apapun.

"Reilly kenapa?"

. . .

"Nah ini dia Pura Ulun Danu!"

Seorang tour guide berteriak heboh dengan toanya, padahal rombongan kelas Arunika itu tidak lebih dari 40 orang. Reilly saat itu bahkan tidak memperhatikan penjelasan dengan benar, pada akhirnya ia memilih menatap semua teman sekelasnya.

Reilly tidak berusaha mengabsen satu persatu temannya, hanya Arunika dan Arowana yang dicarinya. Sejak kejadian saat Aro menyakiti hatinya, sebisa mungkin ia menghindari Aru dan Aro. Ia hanya merasa malu mengingat kejadian itu.

Reilly tak menemukan keberadaan Arowana di manapun, ia tentu tidak terkejut. Yang membuatnya terkejut hanyalah Arunika yang akan melompat ke danau, saat itu juga Reilly histeris lalu berlari ke arah gadis di tepian danau tersebut.

"Aru!" Reilly memeluk Aru dari belakang, lalu menariknya dari tepian Danau. Setelahnya semua ikut histeris, untung saja ada Reilly yang menyadari hilangnya Arunika. Pengunjung lain ikut keheranan dengan apa yang terjadi. Gadis yang selangkah lagi terjun ke danau itu jatuh menimpa tubuh Reilly yang lebih kecil. Reilly dengan panik bangun dan mengecek gadis di atasnya itu, ternyata Arunika memejamkan matanya seolah tidur.

"Aru? Arunika? bangun!" Perintah wali kelas Reilly dengan menepuk pipi Aru. Dia sudah mendekat dengan cepat setelah teriakan Reilly, ia merogoh tas pinggangnya untuk mengambil minyak kayu putih. Sepertinya Arunika pingsan.

Arunika terbangun beberapa saat kemudian, ia mengernyit saat membuka matanya. Ia dilanda bingung saat banyak orang di hadapannya. Yang ia ingat, ia akan mendekati..

"Papa!" Aru menegakkan tubuhnya dengan cepat setelah mengingat sesuatu.

"Apa maksudnya? Siapa yang kamu maksud, Arunika?"

"Tadi saya melihat ayah saya di.." Aru menoleh ke arah tepian danau yang hampir menenggelamkan dirinya. Dia membelalakkan matanya, ia yakin tadi ada gerbang pura bercorak Bali saat ia mendekati tepian danau itu. Tapi kenapa sekarang berubah menjadi danau?

Jelas Arunika melihat ayahnya berada di antara pintu pura yang dilihatnya, ayahnya tengah memanggilnya untuk mendekat tadi. Bagaimana bisa?

"Akh!" Kepala Arunika memberat setelah mencium aroma menyan, ia mencari keberadaan bau itu sambil memegang kepalanya. Asal bau itu dari sekitar semak tepian danau, ada yang membakar sajen di sana.

"Bagaimana bisa ada sajen di tempat umum seperti ini?" Tour guide kelas Arunika mendekat ke sajen itu lalu menghubungi rekannya untuk melaporkan kejadian itu pada atasannya.

"Mungkin kamu halusinasi saja Aru, sekarang kita sarapan dulu di restoran dekat sini. Mungkin hanya efek belum makan saja," ucap Bu Henny, wali kelas Arunika. Ia membantu Arunika untuk bangkit dan memapah gadis itu menuju tempat sarapan mereka.

Sementara itu, Reilly berdiam diri kebingungan. Ia tak sengaja menangkap Arowana yang bersembunyi di balik pohon dengan pandangannya. Laki-laki itu menatapnya balik lalu hanya menyeringai padanya, setelah itu Aro mendekati rombongan teman sekelas yang lain untuk segera sarapan. Bisa Rei lihat, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya dan terkekeh.

"Reilly! ayo cepet!" Panggilan Luna menyadarkan Rei. Pikirannya semakin kalut.

"I-iya!"

"Apa maksudnya itu? Apa Aro pelakunya? Tapi kenapa?"

Mawa : Negeri Sejuta HukumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang