Hal 16| Lenyap!
🦢 🦢 🦢
Waktu berlalu cepat. Pertengkaran mereka berhenti setelah Magan pergi selama sepuluh hari untuk urusan bisnis. Enola menjalani hari-harinya seperti biasa. Setelah tahu dirinya hamil, ia rajin mengonsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah. Setiap kali ingin ngemil, Enola meminta pembantunya untuk memotong berbagai macam buah dan menyajikannya dalam satu piring. Ia menikmati buah-buahan itu sambil merajut topi bayi.
Bayinya akan lahir sekitar tujuh bulan lagi. Enola punya banyak waktu. Ia memutuskan untuk merajut topi dan pakaian bayi sendiri. Setelah beberapa hari belajar dari televisi, ia mulai merajut dengan fokus, duduk santai di halaman belakang menikmati semilir angin.
Enola fokus pada pekerjaannya, tak menyadari kehadiran Bibi Jejen yang menepuk pundaknya. Ia terkejut dan menoleh. "Ada apa?"
"Nyonya, Tuan Besar dan Nyonya Besar datang. Mereka mau bertemu Nyonya," jawab Bibi Jejen Enola mengerutkan kening, bingung.
Tangannya terhenti. Enola menatap mereka dengan bingung. Tuan besar dan Nyonya... orang tua Magan? Seingatnya, suaminya hidup sendiri, tak punya keluarga. Pernikahan mereka pun tak dihadiri keluarga Magan. Siapa mereka sebenarnya? Rasa curiga dan keheranan memenuhi benaknya.
Magan terlihat sangat lelah setelah seharian bekerja di luar rumah. Setelah mandi dan berbaring di tempat tidur, ia merasa belum mengantuk. Ia pun memutuskan untuk mengecek rekaman CCTV untuk melihat kegiatan Enola. Betapa terkejutnya ia saat melihat rekaman Karlina dan David mengunjungi rumahnya tanpa sepengetahuan Enola, apalagi dirinya. Magan mengerutkan kening, mencoba memahami situasi yang tidak terduga ini.
Pikirannya berkecamuk, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa maksud kedatangan Karlina dan David ke rumahnya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sebuah firasat buruk mulai muncul di benaknya.
Ia sengaja tidak memberi tahu alamat rumahnya yang jauh dari keramaian kota. Rumah itu hanya digunakan sebagai tempat peristirahatan saat liburan bersama istrinya. Lokasinya yang terpencil membuat rumah itu sulit ditemukan tanpa alamat yang tepat.
Magan memperhatikan ketiga orang itu berunding di ruang tengah. Ia tidak memasang alat penyadap suara, jadi tidak tahu persis apa yang mereka bicarakan. Namun, reaksi terkejut Enola sudah cukup baginya untuk mengerti ada sesuatu yang tidak beres. Tanpa sadar, ia menggerutu, "Sial!" suaranya rendah, mengungkapkan kekesalan dan firasat buruk.
Ia buru-buru memanggil asistennya, menyuruhnya memesan tiket pulang malam itu juga. Pekerjaannya sudah selesai, ia berencana pulang besok pagi setelah beristirahat. Namun, kedatangan Karlina dan David mengubah rencananya. Ia harus pulang malam ini juga.
Karena perbedaan waktu, Magan sampai rumah pukul setengah dua dini hari. Ia mendapati Enola tertidur pulas di ranjang. Magan kelelahan setelah perjalanan panjang dan seharian bekerja. Setelah ganti baju dan cuci muka, ia membaringkan kepala di dada Enola, mendengarkan detak jantungnya yang tenang, lalu tertidur pulas sambil memeluk istrinya.
Enola terbangun seperti biasa saat jam biologisnya berbunyi. Ia mencoba bergerak, namun terhalang tubuh Magan yang memeluknya erat. Seluruh tubuh Enola menegang. Ekspresinya sulit diartikan; campuran terkejut, bingung, dan sedikit... takut? Setelah beberapa saat melamun, ia mencoba mendorong tubuh Magan agar menjauh..
Magan mengerang, pelukannya pada Enola semakin erat, seperti tak ingin melepaskannya. Enola berusaha melepaskan diri, namun pelukan Magan semakin kuat, menyulitkan Enola untuk bernapas.
"Mas, saya merasa sesak," ujar Enola, suaranya hampir tak terdengar.
Magan terdiam sejenak. Pelukannya melemah, ia membuka mata dan menatap Enola dengan marah. "Kamu sengaja menghindar, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalikan Cintaku S1 [REPUBLISH]
Fiksi Umum[TAHAP REVISI] Enola tidak menyangka dihari kelulusannya, ia didatangi oleh laki-laki asing yang mengaku-ngaku telah mengenal Enola cukup baik. Dengan penuh keberanian, menemui kedua orang tuanya dan melamarnya dihari yang sama. Enola tidak pernah...