Iri Hati

309 34 11
                                    

Biasakan vote disetiap part sayang.
Nulis fiksi yang memuat sejarah gak mudah lho..

Ayo dukung penulis dengan vote dan komen disetiap chap nya!

Happy reading💘

-----

"Hidup itu kalau gak banyak cobaan ya banyak gunjingan. Jadi, kalau mau nyerah, yaudah nyerah aja."

-gmtng

-----

"Itu jadi Pierre kelihatannya enak ya, di sayang-sayang Mami sama Ayahnya. Saudaranya juga gak kalah sayang."

"Iri banget gue, wkwk."

Arah mata Nova masih tertuju pada sungai kecil di depannya. Terlihat ada genangan air di pelupuk matanya.

"Gue nanti sukses kok, nanti gue ganti uang biaya hidup Nova ke Mama."

"Biar Mama gak selalu ungkit tentang biayain Nova dari dulu sampe sekarang."

"Biar Papa enggak teriakin gue anak kurang ajar dan Mama-" kalimat Nova terpotong, napas nya tercekat. Segera dengan cepat ia menambil cutter kecil di saku celana nya, mengarahkan ke arah pergelangan tangannya, menyayat-nyayat tipis guna memberikan rasa sakit agar emosional dan kesedihannya terlupakan, walau sekejap.

Matanya terpejam kala merasakan perih pada tangannya. "Anjing, perih bet." desisnya pelan.

"Anjinglah, sampe kapan gue jadi jamet nyayat tangan begini." ucapnya menahan sakit.

"Hei!"

Nova menoleh ke sumber suara. "Apa?" tanyanya datar.

"Kau kemana saja dari tadi? Dicari keseluruh rumah tidak ada! Yang lain mengira kamu digondol Wewe!" sungutnya kesal.

Pierre, lelaki itu berjalan menghampiri Nova. Wajahnya terlihat menahan kesal.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya merengut.

"Lo gak liat kalo gue lagi jongkok disini?" sinis Nova. Entah mengapa ia malah emosi berbicara dengan Pahlawan yang satu ini.

"Cepat masuk, yang lain menunggumu!" sentak Pierre.

"Lo masuk aja, bilang ke yang lain gue lagi pengin disini." jawab Nova tanpa melihat Pierre.

Pierre yang mendengar itu lantas berekspresi tak suka. "Tinggal masuk saja apa susahnya!"

"MAKSA AMAT SIH JAMET! PERGI LO!" teriak Nova sambil melemparkan daun kering kearah Pierre.

"Ya Allah, tadi enggak maksud buat ngatain jamet ke Pahlawan. Maap beneran inimah." ringis Nova dalam hati.

"Keras kepala sekali, ayo!" tangan Nova ditarik Pierre untuk menuju rumah.

"Sakit anjir, jangan diteken woi!"

Pierre melepaskan tangan Nova. "Kenapa sakit?" tanyanya heran.

Nova gelagapan. "Ya-yakan lo narik tangan gue keras!" ujarnya ngegas.

"Santai saja bicaranya, lagipula hanya sedikit keras." balasnya tidak terima.

"Lo yang mu-"

"HEI KALIAN BERDUA CEPAT MASUK!" teriak Mitzi dari pintu belakang rumah.

__________

"Gimana biar bisa balik ke masa depan? Enggak mungkin kan gue disini terus?" ucap Nova gusar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia, PierreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang