Tanggal 24 September 2019"Guys kata pak Agus disuruh kelapangan" Seru Azmi Arkhan sang ketua di kelasku.
"Iya siap Mi. Ini yang lainnya pada ganti baju dulu," Jawab Salsha.
Aku yang sudah siap pun bergegas kesana dengan Rindi. Disana kita ber-enam duduk di tribun kecil. Sambil menunggu yang lainnya.
"Hari ini belajar basket?" tanya Rindi.
"Kayaknya iya. Soalnya Si Bapak bawa bola basket tuh," Jawab Alcacia sambil melihat ke arah pak Agus.
"Alcacia"
Pemilik nama itupun kaget karena namanya yang disebut, Pak Agus mulai mengabsen murid dikelasku. "Hadir Pak" jawab Alcacia.
Setelah semuanya diabsen kini pak Agus mulai memaparkan materi tentang bola basket dan sesekali memperaktekan hingga bola itu masuk ke dalam ring basket.
"Nah sekarang kalian bikin dua barisan. Nanti kalian punya tiga kesempatan untuk mencoba memasukan bola ini ke ring. " Ucap Pak Agus.
"Siap?"
"Siap pak" serentak.
Setelah Malisya mencoba untuk memasukan bola kedalam ring, meskipun yang masuk hanya satu kali. Tetapai dia tetap senang terlebih olahraga ini salah satu olahraga yang Malisya sukai setelah berenang.
Ketika sudah selesai, Malisya membawa salah satu bola basket yang terletak di pojok tribun kecil, lalu segera memanggil teman-temannya untuk mencobanya lagi memasukan kedalam ring disebelah kiri, dia gagal memasukan bola itu kedalam ring, dan ternyata malah tidak sengaja jatuh tepat di kepala seseoran.
"Awas...Aduh" Malisya menutup mulutnya dengan kedua tangannya setelah mengatakan dua kata barusan. Dan lelaki yang terkena bola itu menghampiriku, dengan membawa bola basket itu. Setelah tepat dihadapan gadis itu dia berkata, "Maennya yang bener, jangan nyampe terkena kepala orang, untung kena gue, kalo kedia gimana?" sambil menunjuk temannya yang berada tepat disamping lelaki itu "lo gak tau kan dia ada apa dikepalanya. Kalo nyampe kenapa-kenapa lo gabisa tanggung jawab!" ocehan lelaki itu cukup membuat perhatian semua orang sekarang.Temannya yang menjadi sasaran lelaki itu hanya menatapnya bingung sambil menunjukan jari kearahnya, "Kok gue?" bisiknya.
Aku yang mendengar ocehan Lelaki itu hanya bisa mematung dan diam saja, sambil sesekali menoleh kearah Alcacia berharap mendapatkan bantuan. Tetapi nihil perempuan itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"M...aaf aku gak sengaja" jawab Malisya, tanpa menatap muka lelaki itu sedikitpun.
"Kalo lagi ngomong sama orangtuh, liat matanya. Lo lagi bicara sama gue, bukan sama tanah."
Aku menaikan kepalaku secara perlahan, lalu mata mereka berdua saling beradu, "Oke gue minta maaf, gue salah, terus mau apa lagi?" ucap Malisya, tanpa sadar dengan muka merahnya, menahan emosi.
Siapa yang ngga emosi ketika lo menjadi tontonan semua orang yang ada dilapangan, dan sekarang perempuan itu yang menjadi masalahnya.
"Lo niat gasih minta maafnya?" tanya Lelaki itu.
Malisya mengerutkkan keningnya, ngga habis pikir dengan sikap lelaki dihadapnnya sekarang.
"Setelah gue pikir-pikir lagi, kesalahan gue ga fatal deh. Dan lo juga masih sehat, kepala lo juga aman, lo masih bisa marah-marah sama gue, terus apa yang harus dipermasalahkan lagi? toh gue juga udah minta maaf sama lo."
"kalo lagi mau cari masalah jangan sama gue, gue gak mau berurusan sama cowok yang punya segudang masalah." Ucap Malisya sebelum meninggalkan lelaki itu.
****
"Gue minta maaf gabisa bantu lo tadi," ucap Alcacia. Perempuan itu kini berada dihadapannya dengan wajah yang memohon, membuatnya geli.Malisya menarik napasnya dalam, lalu menjawab, "Gak perlu minta maaf, gue juga tahu kalian gabakalan bisa bantu, apalagi harus berurusan sama cowok rese"
Shella kini sudah duduk tepat dihadapannya, lalu berdehem "Tapi sebelumnya lo ga punya urusan apapun sama Zavierga kan?"
Pertanyaan macam apa yang dilontarkan temannya itu secara tiba-tiba.
"Masalahnya, gue pernah denger Zavierga gak bakalan ngeladenin orang, kalo bukan orang itu yang mulai duluan"
Dan Malisya teringat kejadian seminggu yang lalu, saat mereka berdua di parkiran. Tapi yang mulai duluan dia bukan dirinya. Terus kenapa Lelaki itu malah melibatkannya kedalam masalah lain? sungguh menyebalkan. Jadi maksudnya dirinya akan terus berhadapan dengan lelaki itu.
"GAK MUNGKIN" teriak Malisya, saat dia terbangun dari lamunnya.
"Lo bikin kita kaget aja, kenapa sih?" tanya Alcacia.
"Gue gak mau berurusan lagi sama dia, gimana dong, bantuin gue." Kini Malisya yang memelas kepada mereka beruda.
Alcacia dan Shella yang saling pandang, seperti tahu sesuatu, "jadi sebelumnya lo bermasalah sama dia?" tanya Shella.
Malisya mengganguk, "Dia yang mulai"
ketika Malisya akan menjelaskan ceritanya kepada mereka berdua, tetapi terhalang oleh guru yang telah masuk kekelasnya, jadi ceritanya batal. "Gue tagih ya ceritanya nanti sehabis pulang sekolah" tekan Shella, kini dia berada di kursi paling belakang bersama, Rindi.
Malisya hanya memutar bola matanya malas, sebelum pokusnya beralih kepada buku yang ada didepannya, dia mendapatkan satu notif di Facebook, setelah ia membukanya, tertampang Satu poto berlatar pantai dengan dua orang pasangan dibelakang pemilik poto itu, ya dia dengan pacar barunya.
****
"Are you okay? gue liat-liat dipelajaran kali ini lo gak ada pokus-pokusnya." Tanya Azmi, dengan menyodorkan satu botol minuman aqua dingin."Makasih" jawab Malisya sambil menerima botol tersebut.
"Kenapa?" tanya Lelaki itu sekali lagi.
Malisya menggeleng, "Gue gapapa Mi, cuman kecapean aja tadi habis olahraga, badan gue kurang feet."
"Lah? lo gabilang lagi sakit sih"
"Gapapa. Tadi gue masih bisa memaksakan, daripada ngga dapet nilai kan."
"Iya sih, tapi lain kali bilang, gue merasa gak berguna jadi ketua kelas kalo gabisa jaga pasukannya"
Malisya menepuk punggung lelaki itu, lalu mengatakan "Ah lo santai aja kali" sambil tertawa kecil.
"AZMI" teriak Nadhifa diujung lorong.
"Eh Dhif" Azmi melambaikan tangan, "Gue kesana ya, lo hati-hati baliknya" Katanya sambil melangkah meninggalkan Malisya, yang hanya menatapnya dengan senyuman kecil dibalik maskernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maliga
Teen FictionMalisya menatap Zavierga dengan tatapan sayu, sebelum meninggalkan laki-laki itu, dia memeluknya dengan sangat erat, untuk terakhir kalinya. "Aku harap kita bisa bertemu lagi dengan versi kamu yang tidak akan pernah pergi, " Zavierga melepaskan pel...