Matahari baru saja memulai perjalanannya di langit. Membawa kehangatan yang menyelimuti sekolah pada pagi hari pertama. Corak warna kuning dan hijau menyapu gedung-gedung dan pepohonan di sekitar area sekolah, seolah memberikan sambutan hangat bagi setiap siswa yang melangkah dengan ransel di punggung mereka.
Di gerbang utama, Malisya, dengan hati berdebar dan senyuman harapannya, melangkah menuju ke pintu gerbang. Raut wajahnya mencerminkan campuran antara kegembiraan dan kecemasan. Ia merasakan getaran kegelisahan dan antusiasme yang berdentang di udara, seiring langkahnya yang melangkah ke dunia baru. Malisya memakai papan nama yang terbuat dari kertas karton, dia memakai seragam berwarna Biru putih.
Dilapangan sudah terkumpul ratusan orang yang merupakan murid baru. Malisya sibuk mencari barisan kelasnya. Di antara ratusan orang itu, tidak ada yang mengenalinya. Mungkin beberapa orang disana sudah menemukan teman barunya, tetapi tidak dengan dia, dia benar-benar sendirian. Sampai di jam 07.30 saat semua murid baru telah terkumpul Malisya disapa oleh satu perempuan, "Hei bareng ya, gue belum punya teman" dia tersenyum. Malisya yang kagetpun hanya mengganguk untuk membalasnya.
Disaat pembukaan untuk OSMB akan segera dimulai, Malisya saat itu pokus pada satu lelaki yang sibuk dengan pensil ditangannya. Sesekali lelaki itu ber-kontak mata dengannya, meskipun hanya beberapa detik. Dan kemudian lelaki itu berjalan menuju kebelakang barisan para murid baru dengan salah satu temannya.
Kepala sekolah sudah membuka acaranya dan kita semua telah resmi menjadi murid baru di SMA Independent School Jakarta.
Semua orang disana bertepuk tangan dengan meriah setelah balon-balon itu dilepas dan berterbangan dengan sangat cepat dibawah langit yang cerah berwarna biru. Malisya ikut tersenyum melihat balon berwarna warni itu mengihasi langit dengan sangat indah.Ketika semua murid diarahkan untuk menuju kelasnya yang telah disiapkan oleh panitia-panitia itu, akhirnya Malisya bersama teman barunya segera menuju kekelas tersebut. ketika kami berjalan bersampingan perempuan itu tidak berhenti tersenyum, ketika Malisya menanyakan alasan dibalik senyumnya itu "Gue seneng banget bisa sekolah disini, karena gue bisa ketemu pacar gue setiap hari." jawab perempuan itu. Dia mengenalkan dirinya sebagai "Gue.. Nayara shaqueena Alesha." Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum kepada Malisya. Nama yang sangat cantik seperti orangnya.
Malisya membalas uluran tangannya "Malisya Azura Syahreza" sambil tersenyum.
"Kira-kira kita bakal ngapain ya sekarang?"
"Gue gak tahu, mungkin, bakalan disuruh buat minta tanda tangan kayak di film-film"
"Kita bakalan ada osfek ya? serem banget kalo ada. Apalagi harus ketemu sama kakak kelas yang menyeramkan itu,"
"Semogga aja ngga. Ayok ah udah telat ke kelas nih" ucap Malisya sambil mempercepat langkahnya.
Dan benar saja kita berdua paling akhir masuk kedalam kelas tersebut. Saat kita berdua masuk semua mata tidak berhenti menatap, dan masalahnya kita berdua harus duduk dimeja paling depan. Karena hanya meja itu yang masih tersisa. Dan kita berdua menjadi yang pertama mengenalkan diri didepan anak-anak lain "Hallo semuanya Gue Malisya Azura Syahreza, panggil aja Malisya. Gue dari bandung"
Dan ketika semuanya telah memperkenalkan dirinya masing-masing. Akhirnya, panitia itu membuka acaranya. Ya acara menyiksa murid barunya dengan berbagai suruhan yang membuat kita semua kewalahan. "Sekarang kalian semua harus mendapatkan tanda tangan dari kakak kelas kalian dalam waktu dua puluh menit" ucap salah satu pantia itu.
Kita semua berlarian keluar kelas dan segera mencari kakak kelas yang bisa memberikan tanda tangan itu. Untungnya saat Malisya meminta tanda tangan itu orang-orang yang dia temui cukup baik dan tidak menyuruhnya melakukan hal aneh-aneh.
Sebenarnya Malisya baru mengisi sebagian tanda tangan itu dan karena bell masuk sudah terdengar otomatis semua murid sudah memasuki kelasnya masing-masing, akhirnya dia berlarian menuju kelasnya. Ketika waktu dikoridor Malisya bertemu salah satu murid dikelasnya, "Anak-anak lain pada dimana ya?" tanya perempuan itu."Gue juga gak tahu, pada mencar semua" jawab Malisya.
Ketika kita berdua sedang mencari anak-anak lain, kita bertemu salah satu panitia itu, Namanya Gavin Devona Adelard. Dia bertanya "Teman-teman kalian kemana?"
Kita berdua menggeleng, lalu shella, perempuan bermata belo itu menjawabnya "Pada mencar kak, kita berdua juga kesasar tadi"
"Yaudah kalian berdua ikut aku ya, kita cari teman kalian"
Akhirnya Malisya dan Shella mengikuti Gavin mencari mereka. Hingga semuanya sudah berkumpul lagi dikelas.
Karena Malisya sadar tanda tangan itu belum terisi semuanya, akhirnya dia mengarang untuk mengisi tanda tangan itu. Untung Panitia itu tidak mencurigainya. Kalo tahu dirinya mengasal mengisi tanda tangan itu pasti dia sudah dihukum.
"Oke karena semunya sudah berkumpul, kita lanjut ke acara yang kedua ya," Ucap Gavin, dia berdiri didepan kami sambil membawa pena ditangannya.
"Acara yang kedua aku mau salah satu dari kalian ada yang menceritakan sebuah cerita tentang apapun yang ada dilangit, dan aku sendiri yang akan memilihnya."
Semua mendadak pada diam dan ada juga yang saling berbisik-bisik agar mereka tidak terpilih. Masalahnya dia memilih Malisya untuk maju kedepan dan menceritakan satu kisah tentang luar angkasa itu. Akhirnya dengan perasaan gugup Malisya memberanikan diri untuk melangkah maju kedepan, Dia berada di sebelah Gavin sekarang, dan lelaki itu kini menatapnya. Dengan senyuman manis, yang menjadi ciri lelaki itu, dia berkata "Dari tampangnya kamu suka baca. Coba cerita apa yang kamu tahu tentang langit?"
"Aku tahu cerita cintanya Lyra dan sirius, dua bintang yang paling bersinar itu"
Dalam hal kecerlangan, sirius merupakan salah satu bintang yang lebih terang dibandingkan dengan Lyra. Sirius adalah bintang terang terdekat dari bumi dan merupakan bagian dari rasi bintang Canis Majot.
Dan Lyra sebenarnya bukan nama sebuah bintang, melainkan nama dari sebuah rasi bintang dilangit utara. Didalam rasi Lyra terdapat sebuah bintang yang cukup terkenal yang disebut Vega.Semua anak dikelas menunggu Malisya menceritakan kisah dua bintang itu, lalu dengan napasnya yang berat Malisya memulai ceritanya itu,
"Di galaksi yang jauh, ada dua bintang yang terpisah namun saling tertarik. Bintang pertama, bernama Sirius, dan bintang yang kedua dari Lyra, dia memancarkan keindahan memalui cahayanya. Meskipun jarak antara mereka sangat jauh, energi gravitasi menciptakan tarian kosmik yang mengikat hati mereka.
"
"Keduanya mengirimkan pesan cahaya melalui alam semesta, yang menciptakan pola-pola indah yang menjadi bahasa cinta mereka. Diantara planet dan asteroid, kisah cinta mereka berkembang, dengan perjalanan cahaya membawa pesan-pesan romantis dari satu bintang ke bintang yang lainnya"Ketika hendak melanjutan, Gavin ikutan bersuara, melanjutkan ceritanya itu, Malisya meliriknya dia tersenyum dan antusias menceritakan kisah dua bintang itu,
"Namun kisah cinta mereka ngga semulus itu, tantangan muncul ketika gelombang kosmik yang kuat mencoba memisahkan mereka. Tetapi dengan tekad yang kuat Sirius dan Lyra memutuskan untuk menciptakan portal energi baru, menghubungkan galaksi mereka."
Gavin menatap Malisya, dengan tatapan seakan dia menyuruhnya untuk melanjutkan, dan Malisya pun melanjutkan potongan cerita itu,
"Dengan kekuatan cinta, mereka berhasil bersatu, menciptakan fenomena cahaya yang mempesona diseluruh kosmos."
"Kamu tahu sejauh apa jarak diantara mereka?" tiba-tiba Gavin bertanya.
Malisya menjawab, "Yang aku tahu jarak antara Sirius dan Lyra dapat bervariasi tergantung pada posisi relatif mereka dalam Galaksi Bima Sakti. Sirius berada sekitar 8,6 tahun cahaya dari bumi, Sementara Lyra adalah rasi Bintang dilangit yang terletak lebih jauh dan tidak memiliki jarak yang dapat diukur dengan konteks yang sama. Rasi bintang dan bintang-bintang didalamnya mungkin berjarak puluhan hingga ratusan cahaya satu sama lain"
Gavin, menggangguk mendengar jawaban Malisya.
"Bintang yang jaraknya jauh aja bisa berhasil dalam percintaanya, ini yang jaraknya cuman antar kota kok gagal ya?" celetuk Nadira.
Semuanya tertawa. Kecuali Malisya, dia tidak ikut tertawa, dia malah merenungi ucapan perempuan itu barusan, dan benar saja, kenapa kisah percintaanya gagal cuman karena perbedaan jarak antar kota.
"Ceritanya bagus ya, Malisya?" tanya Gavin tiba-tiba membuyarkan lamuannya sekarang.
Malisya hanya tersenyum untuk membalas pertanyaanya itu. Lalu setelah itu dia kembali ketempat duduknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maliga
Novela JuvenilMalisya menatap Zavierga dengan tatapan sayu, sebelum meninggalkan laki-laki itu, dia memeluknya dengan sangat erat, untuk terakhir kalinya. "Aku harap kita bisa bertemu lagi dengan versi kamu yang tidak akan pernah pergi, " Zavierga melepaskan pel...