4. Pulang Bareng?

25 8 1
                                    


Kegiatan OSMB hari ini sudah selesai, dan akan dilanjutin besok. Anak-anak dikelas sudah mulai membereskan barang-barang mereka. Dua panitia itu segera meninggalkan ruangan setelah kami semuanya berdoa dan satu persatu orang keluar meninggalkan ruangan itu. Malisya menjadi orang paling terakhir keluar dari kelasnya. Sambil menyusuri koridor sekolah dia sesekali membuka Ponselnya, dan membuka sebuah pesan grup dari teman-teman SMP nya itu.

Familly Kaktus Group

Sepi amat ini grup, pada kemana sih?'

Malisya lo udah mulai sekolah kan? woi.

Gimana hari pertamanya?

Ada kating yang ganteng? buat gw satu.

Malisya tersenyum melihat isi pesan digrupnya. Ketika dia sedang asik mengetik sebuah pesan untuk membalas mereka, tiba-tiba ia hampir menabrak dinding karena koridor didepannya yang sudah mentok dengan dinding, harusnya dari dua meter sebelumnya dia belok kesebelah kiri, karena pokusnya terhadap ponsel hingga ia tidak sadar didepannya ada dinding. Tetapi untungnya seorang Lelaki menempelkan tangannya di dinding itu dan kini dia menatap mata Malisya.

"Jangan terlalu pokus ke handphone, lo ga sayang sama kepala lo?" tanya Lelaki itu.

Jarak mereka kini hanya berkisar 5 cm, untungnya lelaki itu punya badan yang tinggi, jadi wajah perempuan itu hanya berhadapan dengan leher Lelaki itu.

Dengan hati yang berdebar, Malisya menjawab "Sorry, gue gak liat ada tembok ini"

Lelaki itu tidak membalasnya, kemudian dia menghampiri temannya yang sedari tadi ada dibelakang mereka. Dan terdengar bisikan dari mereka,

"Bisa ae lo modusnya" ucap Temannya.

Dan Lelaki itu hanya menjawab "Kasian anak baru"

Malisya hanya mendumel atas kejadian tadi, dan tidak terasa dirinya sekarang sudah berada di depan gerbang, Malisya sedang menunggu angkutan umum menuju ke kosannya. Tetapi setelah beberapa menit angkutan umum itu tidak kunjung datang.

"Mau pulang bareng?" ajak Lelaki yang berada diatas motor ninja hitam, ya dia Gavin, panitia dikelasnya.

Malisya berusaha menolaknya, tetapi Lelaki itu terus memaksa. Kalau bukan karena cuacanya yang mau hujan, Malisya akan terus menolaknya. Tetapi kini dirinya sudah berada diatas motor itu.

"Kamu tadi keren banget" ucap Gavin, suaranya yang terbawa angin, membuat Malisya hanya mendengar sebagian ucapannya.

"Keren?"

"Iya, kamu kok bisa tahu tentang cerita-cerita itu?"

"Ah, aku cuman suka baca aja, dan kebetulan aku baru selesai baca ceritanya minggu lalu."

"Serius? sebenarnya aku lagi baca bukunya. Belum tamat. Tapi aku udah baca part yang tadi makanya aku bisa lanjutin ceritamu tadi."

"Ohh gitu?"

"Lain kali kita baca bareng ya di perpustakaan" ajak Lelaki itu.

Tetapi ajakannya itu tidak terdengar oleh Malisya, karena banyak suara kelakson disana membuat telinganya tidak bisa mendengar suara Lelaki itu.

Setelah tiba didepan kostnya, Malisya turun dari motor lelaki itu, "Makasi ya kak"

Lelaki itu tersenyum, "Sampai nanti ya, kita ketemu lagi di perpustakan" ucapnya, kemudian Lelaki itu segera meninggalkan dirinya yang masih mematung karena mendengar ucapan Lelaki itu, "Hah? maksudnya apa ya?" Malisya bermonolog. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kemudian segera berjalan menuju tangga kamar kosannya.

****

"Lo kenal sama dia?" Celetuk Emyer. Dia baru saja menghidupkan motornya setelah beberapa menit mogok itu.

Lelaki itu menggeleng "Gue ngga kenal"

Emyer dan kedua temannya itu saling pandang, "Terus lo ngapain tadi sama cewek itu?"

"Gue cuman nolongin, tadi dia hampir kejedot tembok"

"OHHHHHHH"

"Lo kenapa sih? gue kanapa emang?" tanya Zavierga sewot.

"Nggak papa, kita cuman nanya aja" Timpal Leo.

Setelah mereka mengintrogasinya, mereka bertiga meninggalkan Zavierga yang masih sibuk dengan motornya itu.

"Kita duluan Ga, gue ada acara sore ini," ucap Leo dibarengi dengan anggukan Byantara dan Emyer.

"Tumben lo semua punya acara" jawab Zavierga. "Acara apa? kok gue gak tahu?"

"Lo kepo dah" celetuk Leo, sambil menerapkan helm dikepalannya.

"Terserah lo pada deh, yaudah hati-hati" Ucap zavierga pasrah dengan teman-temannya itu yang selalu membuatnya kesal, setiap hari.

"Siap Pak."ucap mereka Bertiga.

Ketika Zavierga sibuk dengan motornya, matanya kini pokus pada seseorang yang ia temui siang tadi. Dia sedang bersama dengan Lelaki bermotor ninja, motor yang hampir mirip dengan motornya. Di sebrang sana dia melihat Lelaki itu terus tersenyum dan perempuan itu yang membalas senyumnya. Menurutnya itu pemandangan yang menyebalkan, karena harus melihat orang yang bermesraan didepannya itu, apalagi Lelaki itu adalah Gavin. Tidak lama dari itu mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu dengan motornya.

"Oh dia lagi deket sama si Brengsek itu ternyata" ucapnya dalam hati. Setelah melihat pemandangan menyebalkan tadi akhirnya Zavierga kembali pokus pada motor kesayanganya itu.

"Pak udah selesai" ucap Zavierga, dia mengeluarkan uang Dua puluh ribuan dari dalam saku abu-abunya itu.

"Ini uangnya" katanya sambil menyodorkan uang itu.

"Gak usah Dek, kan kamu yang ngebenarin motornya bukan Bapak, jadi gak usah bayar." Jawab Pak Ujang, lelaki paruh baya pemilik bengkel didepan sekolahnya itu.

"Gapapa, Pak. Kan alat-alatnya juga punya Bapak" Dia akhirnya memberikan uangnya langsung pada tangan pak Ujang.

"Saya duluan ya, Pak" kata Zavierga, setelah mendapatkan anggukan dari Pak Ujang, Dia segera meninggalkan tempat itu.

Bengkel punya Pak Ujang sudah menjadi tempat pavoritnya untuk memperbaiki kerusakan dimotornya. Sejak kelas satu SMA, waktu itu kebetulan motornya sedang mogok. karena tempatnya tidak jauh dari sekolah, akhirnya dia mampir kebengkel itu. selain pemiliknya yang baik, tetapi kualitasnya cukup bagus dengan harganya yang murah membuatnya tertarik untuk berlanganan ditempat itu, hingga saat ini.

MaligaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang