"Intinya, semakin banyak yang kamu pikirkan dulu, semakin sedikit yang perlu kamu lakukan nanti." Kata Alhaitham kepada tiga temannya. "Sederhana 'kan?"
Cyno dan tighnari mendesah, lalu menatap ke arah satu sama lain. "...Tidak tuh."
"Ugh, seharusnya aku tahu kita tidak boleh mengungkit hal ini denganmu." Keluh Kaveh.
"Kupikir jawabanku cukup menarik." Kata Alhaitham. Dia mengangkat tangannya. "Bos, wine ini lumayan. Aku pesan yang sama."
Cyno memutar bola matanya, saat melakukannya ada seseorang yang menarik perhatiannya. "Lihat di samping," dia meletakkan tangannya di meja. "Wanita itu terus menatap kemari."
"Hm?" Kaveh menoleh ke arah wanita yang dibicarakan. Dalam hitungan detik Kaveh langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri wanita tersebut.
"[Name]! Sudah lama tidak bertemu! Aku kangen!" Sapa Kaveh sambil cengengesan.
Wanita tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah [Name], tersenyum canggung. "Sejak kapan kamu-ah." Dia bergeser, memberi ruang untuk Kaveh duduk. "Pasti anak ini sudah mabuk.." pikirnya.
Kaveh duduk di samping [Name], meninggalkan teman-temannya yang berada di meja lain. Kaveh terlihat asyik berbincang-bincang dengan [Name]. Cyno berani bersumpah, dia bisa melihat Kaveh dengan telinga serta ekor anjing saat menghampiri wanita itu.
"Siapa dia?" Tanya Cyno, meminta kejelasan dari Alhaitham dan Tighnari.
Ada beberapa jeda sebelum Alhaitham menjawab. "Adik dari kekasih Kaveh." Jawab Alhaitham dengan singkat, enggan berbicara lebih tentang [Name].
Tighnari memegang dagunya, mencoba mengingat sesuatu. "Ah, aku ingat." Telinga Tighnari berkedut. "Dia pemilik toko bunga di daerah Pelabuhan Ormos." Jelasnya.
"Tempat itu 'kan jauh dari daerah Kota Sumeru. Kenapa dia bisa disini?"
"Dia memang suka berkelana.. sekalian mencari dan mempelajari tumbuhan baru." Tangan Tighnari meraih gelas di hadapannya. "Dia juga kadang suka berdiskusi mengenai tumbuhan denganku."
Cyno mengangguk. Anggukannya diiringi dengan suara kursi Alhaitham yang bergeser, sudah siap untuk pergi.
"Kemana kau?" Tanya Cyno.
Bukannya menjawab, Alhaitham malah menaruh sejumlah mora di atas meja. Tanpa kejelasan lain, dia langsung berjalan ke pintu keluar tavern.
Cyno menatap kepergian Alhaitham dengan heran. "Kenapa dia? Apakah wanita itu mantan kekasihnya? Jadi dia pergi?"
"Apa yang membuatmu berspekulasi seperti itu?" Tighnari memberikan tatapan datar. "Tapi.. Alhaitham memang pernah dekat dengan [Name]. Kurasa memang ada sesuatu."
Cyno terdiam, dia berancang-ancang untuk mengeluarkan sebuah lelucon. "Itu pahlawan atau mantan? Kok dikenang terus.. sampai galau begitu waktu ketemu." Cyno menatap ke arah Tighnari, berharap Tighnari akan tertawa saat mendengar leluconnya.
Tighnari langsung memberi tatapan hina kepada Cyno. "Aku sudah muak." Setelah mengatakan itu, Tighnari berdiri dari tempat duduknya.
Cyno kecewa, namun ini bukan pertama kalinya Tighnari bereaksi seperti itu pada leluconnya. "Tunggu." Kata Cyno, meletakkan kartu TCG miliknya di atas meja. "Satu ronde terakhir." Katanya kepada Tighnari.
"Aku harus segera menemui Collei." Jawab Tighnari tanpa menoleh ke arah Cyno dan terus berjalan ke luar Tavern.
Cyno terdiam untuk beberapa saat, dia menatap ke arah kartu TCG miliknya di meja.
[Name] yang menyadari hal itu, menoleh ke meja Cyno. Dia tersenyum kecil. "Mau main denganku?" Tanya [Name].
"Tentu." Jawab Cyno tanpa berpikir dua kali, atau bahkan.. dia tidak berpikir sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗘𝗧𝗔𝗡𝗢𝗜𝗔, Alhaitham
Fanfiction𝐌𝐞𝐭𝐚𝐧𝐨𝐢𝐚 【 𝒏𝒐𝒖𝒏 】𝐆𝐫𝐞𝐞𝐤. The journey of changing one's mind, heart, self, or way of life. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ [Name] tumbuh di lingkungan keluarga yang membenci dan memiliki dendam lama terhadap Akademiya. Tapi, siapa sangka...