Suatu hari, ketika berjalan-jalan di jalanan Pelabuhan Ormos yang ramai, Alhaitham menemukan sebuah toko bunga kuno yang dimiliki oleh seorang wanita muda. Dia langsung tertarik oleh energi yang menular dan tingkah wanita yang 'aneh' wanita tersebut, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sedikit terintimidasi oleh kepribadiannya yang ramah.
[Name], pada bagiannya, sedikit terpesona dengan kehadiran seorang pria yang kelihatannya dari luar daerah Pelabuhan Ormos berada tokonya. Dia mencoba untuk memulai percakapan dengannya, tetapi pria tampak sudah puas melihat-lihat barang dagangannya dalam diam.
Saat dia melihat pria itu mengamati dengan teliti rak-rak yang ada, [Name] tidak bisa mengabaikan kefokusan dan kecerdasan yang kuat di balik tatapan pria itu. Dia tidak bisa membayangkan pengetahuan mendalam seperti apa yang ada di dalam pikiran pria itu.
Akhirnya, karena tidak dapat menahan rasa ingin tahunya lebih lama lagi, [Name] berkata, "Kamu tahu, kamu sepertinya pria yang cukup serius. Apakah kamu pernah bersantai dan bersenang-senang?"
Alhaitham menatapnya, ekspresinya tidak terbaca. "Saya merasa pelajaran dan penelitian yang saya lakukan cukup menyenangkan." jawabnya dengan datar.
[Name] tertawa, tidak terpengaruh oleh jawaban datarnya. "Nah, jika kamu ingin bersantai, kamu harus mengunjungi saya di tavern sekitar sini. Kita akan minum-minum dan lihat apakah kamu bisa bersantai!"
Alhaitham mengangkat alisnya, tetapi tidak dapat menyangkal intrik yang terkandung dalam undangannya. "Mungkin saya akan menerima tawaran itu." Katanya, sebelum berbalik untuk meninggalkan toko.
"Pasti dia dari Akademiya." [Name] duduk di kursi. "Penuh dengan orang-orang yang arogan." Katanya, sambil terkikik.
━━━━━━━━━━━━━━━
Selama beberapa minggu berikutnya, Alhaitham semakin tertarik pada semangat [Name] yang menular. Dia sering mengunjungi toko bunganya, dan bahkan menemaninya ke tavern di Pelabuhan Ormos beberapa kali.
Ketika mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama, Alhaitham mendapati dirinya lebih terbuka daripada sebelumnya. Dia berbagi pemikiran dan ketakutan terdalamnya dengan [Name]. Dan [Name] mendengarkan dengan seksama dan menawarkan sudut pandangnya yang unik.
Untuk alasan tertentu, Alhaitham tidak bisa berhenti memikirkan [Name]. Setiap kali mereka bersama, dia mendapati dirinya mengagumi [Name], entah itu dari sifatnya atau mungkin hal lain, hanya dirinya sendiri yang tahu.
Suatu malam, Alhaitham dan [Name] pergi ke sebuah tavern.
Alhaitham dan [Name] duduk di sudut tavern yang nyaman, menikmati kebersamaan satu sama lain. Musik mengalun, minuman mengalir, dan suasana santai.
Alhaitham mendapati dirinya menatap [Name]. Wanita itu terlihat cantik dalam cahaya redup tavern, dan dia tidak bisa tidak merasa tertarik padanya. Dia ingin mengatakan apa yang dia rasakan, untuk mengungkapkan kekaguman dan ketertarikan yang telah dia pendam selama ini.
Seiring berjalannya malam, Alhaitham mendapati dirinya semakin mabuk, alkohol melonggarkan hambatannya dan memberinya keberanian untuk menjadi dirinya sendiri.
"Kamu itu.. anggota dari Akademiya, 'kan?" Tanyanya dengan ragu, mencoba membuka pembicaraan, walaupun [Name] tidak mengerti apapun tentang Akademiya. "Uh, kamu sebagai apa di sana?" Tambahnya.
"Scribe." Jawabnya singkat, enggan membahas soal jabatannya sendiri.
"Oke." Kata [Name] sambil meminum jus anggur di hadapannya. "Kakakku juga-erm.. anggota di sana.." Katanya ragu-ragu. "Yah, ayahku tidak setuju sih. Intinya dia kabur."
"Hm.." Alhaitham mengangguk.
Alhaitham menopang dagu menggunakan tangannya, menatap [Name] yang sedang minum. "Kau aneh.. mana ada orang yang datang ke tavern hanya untuk meminum jus anggur?"
[Name] tertawa kecil. "Bagus. Aku suka hal-hal yang aneh. Suatu kehormatan dipanggil begitu oleh orang lain." Dia menatap pantulan Alhaitham dari gelas kacanya. "Dan ya.. aku tidak terlalu suka terhadap alkohol."
Alhaitham memejamkan matanya sembari meminum winenya lagi. "Bilang saja kau mudah mabuk."
[Name] mengangkat alisnya, menganggap kata-kata Alhaitham sebagai sebuah tantangan. "Oh? Tidak juga tuh." Katanya.
Akhirnya, [Name] memesan segelas anggur dan meneguknya dengan lahap, tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria itu.
Namun, saat [Name] minum, dia merasakan sensasi yang tidak asing lagi di tubuhnya-sebuah kehangatan yang tidak dapat dia kendalikan. Dia mencoba untuk mengabaikannya, namun tak lama kemudian dia mendapati dirinya terkikik mendengar perkataan Alhaitham dan berbicara lebih banyak dari biasanya.
Alhaitham mengamatinya sambil menyeringai, jelas terhibur dengan perubahan perilaku [Name] yang tiba-tiba. "Sudah kubilang, kamu mudah sekali mabuk."
"Hm, kau minum terlalu banyak." Kata [Name], mengalihkan topik pembicaraan. "Aku tidak akan menggendongmu kalau kau pingsan."
"Iya, tuan putri." Kata Alhaitham, "Dan sebenarnya, aku yang seharusnya bilang begitu padamu." Seringai main-main masih tercetak di bibirnya.
"Ugh. Kau membuatku merinding."
Alhaitham mencondongkan tubuhnya ke arah [Name]. "Benarkah begitu?" Tanyanya. Kini, jarak diantara wajah mereka sangatlah sempit.
"Oke, oke. Cukup." [Name] merasa gerah, dia mengalihkan pandangannya, dia rasa efek alkohol membuat Alhaitham maupun dirinya tidak bisa berpikir jernih. "Aku memang tidak tahan alkohol." Katanya, sambil mencoba menstabilkan nada bicaranya.
"Bagus." Alhaitham mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah [Name], sebuah seringai nakal tersungging di bibirnya. "Kamu tahu.." Bisiknya, "Aku sudah ingin melakukan ini sepanjang malam." Dan tanpa menunggu jawaban, dia menempelkan bibirnya ke bibirnya dalam sebuah ciuman penuh gairah.
[Name] tidak menolak; sebaliknya, dia merespons dengan penuh semangat, menciumnya kembali dengan semangat yang sama. Apakah ini efek dari alkohol yang dikonsumsi [Name]?
Mereka terhanyut dalam momen tersebut, tidak menyadari situasi di sekeliling mereka.
Namun, ketika keadaan semakin memanas, ekspresi [Name] tiba-tiba berubah. Alhaitham merasakan ketegangannya dan menarik diri, bingung. "Ada apa?" Tanyanya.
[Name] terdiam saat melihat ayahnya memasuki tavern. Ia tahu bahwa ayahnya membenci Alhaitham karena dia adalah anggota dari Akademiya. "Ini buruk." Bisiknya, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Kita harus pergi."
Namun, karena tidak sempat menyusun rencana, [Name] tiba-tiba mendorongnya menjauh, matanya berkilat karena marah. "Apa yang kamu lakukan?!" Katanya, suaranya jelas dan tajam.
Alhaitham mengerutkan alisnya dengan bingung. "Apa maksudmu?"
[Name] memaksakan diri untuk bersikap marah dan menampar wajah Alhaitham. "Jangan bercanda!" Dia berdiri dari meja. "Aku tidak percaya aku membiarkan diriku terlibat dengan orang sepertimu."
Alhaitham terkejut. "Apa? Apa salahku?" Tanyanya, bingung.
[Name] membalikkan badannya dan bergegas keluar dari tavern, meninggalkan Alhaitham sendirian dan kebingungan.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, dan Alhaitham tidak bisa berhenti memikirkan [Name]. Dia mencoba menghubunginya, tetapi dia menolak untuk berbicara dengannya. Dia tidak bisa mengerti mengapa wanita itu tiba-tiba menghilang darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗘𝗧𝗔𝗡𝗢𝗜𝗔, Alhaitham
Fanfic𝐌𝐞𝐭𝐚𝐧𝐨𝐢𝐚 【 𝒏𝒐𝒖𝒏 】𝐆𝐫𝐞𝐞𝐤. The journey of changing one's mind, heart, self, or way of life. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ [Name] tumbuh di lingkungan keluarga yang membenci dan memiliki dendam lama terhadap Akademiya. Tapi, siapa sangka...