Alhaitham melambaikan tangan kepada pelayan untuk meminta menu. Setelah pelayan membawakannya, dia memberikan satu kepada [Name]. Dia melihat-lihat menu dan mengambil beberapa saat untuk memutuskan apa yang akan dipesannya.
"Apakah kamu ingin mencoba ini? Rasanya cukup enak." Alhaitham menunjukkan halaman yang dipegangnya kepada [Name] dan menunjuk ke bagian tertentu pada menu, yaitu minuman.
"Ah, ya. Boleh." [Name] menanggapi. "Samakan saja pesananku dengan pesananmu."
Alhaitham memanggil pelayan dan memesan dua minuman serta makanan. Pelayan pergi untuk menyiapkan minuman dan makanan, dan Alhaitham menatap ke arah meja.
"Jadi, [Name]. Bolehkah saya mengajukan pertanyaan?" Dia menatap mata [Name] saat berbicara. Tatapannya ramah dan sikapnya lembut dan hangat. Cukup aneh, tapi tidak buruk.
"Kamu terlalu kaku, Alhaitham." Keluh [Name], lalu menghela nafas panjang. "Apa yang mau kamu tanyakan?"
Alhaitham terlihat memutar bola matanya. "Apakah kamu menerima surat-surat yang saya kirimkan?"
"..Surat? Surat apa?"
Alhaitham merasakan jantungnya jatuh, perasaannya tenggelam di dadanya. Dia menghela nafasnya, merasa terlalu berlebihan dnegan perasaannya.
"Oh." Kata itu keluar dari mulut Alhaitham. Dia mengalihkan pandangannya. "Tidak, bukan apa-apa." Katanya, suaranya hampir tidak lebih dari sebuah bisikan.
Suasana menjadi canggung dan hening. Alhaitham tampak terdiam, sedangkan [Name] fokus ke menu yang dipegangnya. Beberapa menit berlalu, pelayan membawakan minuman dan makanan yang dipesan.
Mereka makan dalam keheningan, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar. Alhaitham memperhatikan [Name] dengan diam-diam, mencoba untuk membaca ekspresi wajahnya. Namun, [Name] tampaknya sangat fokus pada makanannya.
"[Name]?" Tanya Alhaitham.
[Name] mengalihkan pandangannya dari makanannya, lalu dia menatap Alhaitham. "...Iya?"
Untuk sesaat Alhaitham mengalihkan pandangannya. "Kapan kamu akan pulang ke Pelabuhan Ormos?"
"Hmm.." [Name] memainkan sendoknya. "Sepertinya besok." Ucapnya sambil mengambil sepotong daging menggunakan sendok, lalu dia menyodorkannya ke Alhaitham. "Mau?" Tanyanya sambil menyeringai.
Dia menatap sendok itu dengan ekspresinya yang datar. "Makanan kita sama, [Name]." Ucapnya dengan nada yang ditekan.
"Ah, ya sudah." Ucap [Name] sambil melirik ke arah jam tangannya.
"Kenapa? Sudah mau pulang?"
"Yaa.. begitu.."
Sesaat setelah itu, [Name] tiba-tiba mengeluarkan sejumlah mora dari tasnya lalu menaruhnya di atas meja.
"Terimakasih banyak atas hari ini, Alhaitham." Dia berdiri dari tempat duduknya. "Maaf, aku harus segera pulang. Aku tidak bisa meninggalkan keponakanku lama-lama."
Tanpa sadar, Alhaitham menarik tangan [Name], menyuruhnya untuk berhenti.
"Kenapa? Uangku kurang?"
Alhaitham menggelengkan kepalanya. "Menginaplah di rumahku untuk semalam." Ucapnya, masih dengan tatapan datar dan dingin.
[Name] menatap Alhaitham, dia tertawa kecil. "Jangan bercanda. Mana mungkin aku menginap di rumah yang dihuni oleh dua lelaki."
Perlahan, [Name] melonggarkan pegangan tangan Alhaitham. "Sepertinya, kepalamu terbentur ya?." Ucapnya, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang ditawarkan oleh Alhaitham.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗘𝗧𝗔𝗡𝗢𝗜𝗔, Alhaitham
Fanfic𝐌𝐞𝐭𝐚𝐧𝐨𝐢𝐚 【 𝒏𝒐𝒖𝒏 】𝐆𝐫𝐞𝐞𝐤. The journey of changing one's mind, heart, self, or way of life. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ [Name] tumbuh di lingkungan keluarga yang membenci dan memiliki dendam lama terhadap Akademiya. Tapi, siapa sangka...