"Jika kita sudah mendapatkan tujuan kita masing-masing bahkan sebelum jangka waktu kontrak 1 tahun, maka kontrak kita akan otomatis berakhir. Berjanjilah bapak tidak akan mengganggu hidupku lagi setelah kontrak ini berakhir. Aku... hanya ingin jaminan itu."
Itu kata Yeoreum. Nampaknya dia sangat membenciku. Yah, bagaimanapun juga Yeoreum berhak merasakan hal seperti itu. Sebenarnya aku sangat tidak ingin membawa hal utang piutang ini ke arah kontrak. Karena kontrak bukanlah kenangan baik di dalam ingatan Yeoreum. Aku ingin membangun sesuatu yang serius dengan Yeoreum. Namun saat itu, aku tak terpikirkan hal yang lain untuk ditawarkan.
Sekarang Yeoreum pasti mengira bahwa aku memanfaatkannya. Setelah mengatakan bahwa aku ingin kembali seperti dulu, skandal Taehyung muncul di waktu yang tepat. Benar-benar kebetulan yang sempurna. Sempurna menjadikanku orang paling jahat yang memanfaatkan Yeoreum dua kali karena urusan perusahaan.
Aku segera menelpon pengacara untuk membuat surat nikah kami, juga kontrak 1 tahun. Meskipun dalam kontrak ini aku tak dapat keuntungan apapun, mendengar Yeoreum menyetujui untuk rujuk denganku membuat jantungku berdegup kencang. Hal itu cukup membuatku bahagia. Segala hal tentang Yeoreum membuatku bersemangat, sekaligus takut. Aku takut kita akan berakhir dalam kegagalan seperti 5 tahun yang lalu.
Ayah Yeoreum membaik setelah melewati masa kritis. Tidak sepenuhnya dalam keadaan baik, karena beliau tetap dalam keadaan yang masih belum sadar. Ibu Yeoreum bersikeras menyuruh Yeoreum untuk kembali ke Seoul, namun Yeoreum dengan keras kepalanya tak ingin meninggalkan ayahnya. Tinggal lebih lama di sini juga tidak akan mengubah keadaan, oleh karena itu, hari ini aku meminta Yeoreum untuk berbicara. Aku mengajaknya keluar saat ibu sudah kembali dari rumah. Kami pergi ke taman rumah sakit, dan aku membawakan makan siang untuk Yeoreum.
"Enak?" tanyakau dan Yeoreum mengangguk, membuatku senang. Sorot mata itu sangat bertolak belakang dengan sorot matanya saat ia menyetujui untuk kembali membuat perjanjian denganku.
"Makanlah yang banyak." ucapku dan Yeoreum kembali mengangguk. Tanganku bergerak, menyingkirkan helaian rambut Yeoreum yang jatuh menghalangi. Yeoreum menatapku dengan mata bulatnya, dan seakan tersadar, aku langsung menarik tanganku canggung dan sedikit berdeham, entah mengapa rasanya tenggorokanku agak gatal."Bapak tidak makan?" tanyanya, dan aku menggeleng. Aku sedang tidak bernafsu. Yeoreum kemudian berdiri, kemudian masuk ke dalam koridor rumah sakit, belum menghabiskan makanannya. Tak lama Yeoreum datang, ia menggapai tanganku, dan memberikan sekaleng susu hangat. Aku mentapnya bingung.
"Setidaknya isi perut bapak dengan itu." ucap Yeoreum dan kembali duduk untuk melanjutkan makannya. "Kau mengkhawatirkanku?" tanyaku pada Yeoreum dan gadis itu tiba-tiba saja tersedak. "Kau tak apa?!" seruku dan segera mengeluarkan sapu tangan. Yeoreum yang terbatuk-batuk segera mengambil sapu tanganku dan menggeleng. "Aku baik-baik saja..." ucapnya kemudian, barulah aku kembali duduk dengan nyaman.
"Yeoreum-ah sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi jangan disela dan dengarkan semuanya sampai akhir. Kau bisa melakukannya?" tanyaku dan Yeoreum mengangguk dengan perlahan. "Yeoreum-ah... aku tahu ayahmu masih belum sadar. Aku tahu ini terdengar lancang, namun kurasa kau perlu mendengarkan ibumu dan kembali ke Seoul." ucapku dan raut wajah Yeoreum menyiratkan protes yang sangat kuat. Alisnya bertaut, namun ia tetap patuh dan diam. "Ini juga untuk kebaikanmu. Sekarang kau sudah di semester akhir. Kau juga sedang melakukan penelitian, dan perlu bolak-balik kampus untuk mengurus banyak hal. Aku rasa kau akan kesulitan untuk mengurus semua hal itu jika tetap disini. Aku tahu ini berat karena kau tidak ingin menyusahkan ibumu, tapi apa ibumu tidak akan kecewa jika kau telat lulus karena menemaninya menjaga ayah?" aku berhenti sejenak, membiarkan Yeoreum meresapi kata-kataku barusan. Wajahnya berubah sendu. Ia tahu perkataanku yang barusan memang benar, namun ia kalut karena takut ibunya juga akan jatuh sakit karena menjaga ayahnya. "Kalau kau berjanji akan kembali ke Seoul, aku janji setiap akhir minggu kita akan kesini untuk menjenguk ayahmu. Bagaimana?" tanyaku, namun Yeoreum tetap diam. Ada keheningan yang lama, dan aku masih menatap Yeoreum kebingungan. Kenapa pertanyaanku tidak dijawab? Dia tidak setuju?
KAMU SEDANG MEMBACA
Real: VS
Teen FictionPercaya atau tidak, aku sudah menjanda lebih dari 5 tahun. Dan aku baru saja berulang tahun yang ke-27 tahun ini.