Aku memasang senyum terbaik. Ini hari pertamaku bekerja di sebuah bookstore ternama. Sebenarnya aku lebih tertarik bekerja di sebuah penerbitan daripada harus mengangkat telpon di tempat ini. Namun, tak masalah. Mungkin bekerja disini bisa menjadi batu loncatan.
Bagaimanapun, wanita terlebih bagi seseorang dengan status yang cukup khusus sepertiku pasti sangat sulit mencari pekerjaan di negara ini. Di negara kami, status juga termasuk dalam kemampuan seseorang. Mau sebagus apapun tapi jika statusmu seperti aku sekarang, tidak akan banyak yang melirik.
Percaya atau tidak, aku sudah menjanda lebih dari 5 tahun.
Dan aku baru saja berulang tahun yang ke-27 tahun ini.
***
Aku berulang kali meminta maaf pada customer di seberang sana karena keterlambatan pengiriman. Memang sih ada masalah sedikit. Customer yang satu ini tidak melepasnya begitu saja dan meminta pertanggung jawaban kami padahal yang salah adalah pihak jasa pengiriman yang kami gunakan. Untung saja Kang Onnie langsung datang dan menyelamatkanku.
Setelah cukup lama bertengkar hebat dan menjelaskan dengan gigi terkatuk, aku pun beristirahat di cafe terdekat. Bookstore tempatku bekerja sangat strategis. Bangunan ini berada di dekat salah satu pusat perbelanjaan dan cafe-cafe estetik yang cocok dipakai untuk tempat kumpul dan berfoto. Kantorku berada di lantai 3, sedangkan bookstorenya berada di lantai 1 dan 2. Perusahaanku menyediakan banyak buku impor, salah satu buku yang sangat sulit dicari. Dengan bekerja disini, aku bisa mendapatkan lebih banyak referensi untuk thesisku nanti.
Ah ya, saat ini aku sedang menempuh jenjang pendidikan strata 2 di salah satu universitas terdekat. Yah, biar aku bisa menghemat ongkos transportasi, aku mencari kerjaan yang dekat dengan tempat tinggal dan kampus. Untungnya tempat tinggalku saat ini berada di tengah-tengah antara kampus dan bookstore tempatku bekerja.
Hari berubah malam, dan bus yang seharusnya kutumpangi telah lewat duluan. Ah, harusnya tadi aku berlari lebih cepat. Semuanya tertahan karena ajakan makan malam bersama. Bukannya tidak ingin, hanya saja aku harus pulang dan mengerjakan tugas kampus.
Ada beberapa pesan yang masuk ke hpku. Hanya pesan-pesan tak penting, pikirku. Aku segera memasang headset dan memutar lagu, kebiasaanku saat menunggu. Sambil menunggu aku kembali memikirkan tesisku. Masih banyak yang harus diperbaiki. Beberapa waktu lalu Bu Yoon memberikan begitu banyak lingkaran dan coretan. Sungguh, tiap coretannya mengiris hatiku. Padahal semuanya kukerjakan selama seminggu. Itu pun dengan susah payah dan begadang. 15 menit berlalu, bus yang kutunggu pun datang. Tak menunggu lagi aku segera masuk dan duduk di salah satu kursi.
***
Aku datang ke kampus membawa beberapa buku dan salinan tesisku. Di pertengahan jalan ke ruang dosen, aku tertahan oleh Chaerin, sahabatku.
"Yeoreum-ah!"
Aku membalas teriakannya, "Chaerin kupingku sakit!" ujarku kemudian menggandeng tangannya, menyeretnya untuk menyingkir dari pusat perhatian.
"Kau datang pagi-pagi begini ada apa?" tanya Chaerin saat kami sudah menepi. Aku mengangkat buku dan salinan tesisku dengan wajah yang masam. Ya, pikirmu aku datang ke kampus untuk apa kalau bukan untuk ini?
"Ah... sudah kuduga. Kau pasti tidak baca grup semalam," ujar Chaerin santai. Ia kemudian melanjutkan, "Orang sesibuk dirimu pasti masih sibuk bekerja sampai malam, kan? Yak, beritahu aku dimana kau bekerja sekarang!"
"Memang ada apa di grup semalam?"
"Bu Yoon hari ini izin. Dia pergi ke dokter kandungan. Jadi, kau datang ke sini pun sia-sia." Ujar Chaerin santai sementara raut wajahku berubah lesu. Memang perut Bu Yoon sudah terlihat besar dari beberapa minggu lalu, tak heran jika beliau kini bolak-balik ke dokter lebih sering. Tapi kalau seperti ini, kapan aku bisa selesai bab 1?
KAMU SEDANG MEMBACA
Real: VS
Teen FictionPercaya atau tidak, aku sudah menjanda lebih dari 5 tahun. Dan aku baru saja berulang tahun yang ke-27 tahun ini.