08. pisau?

73 4 0
                                    


Mereka masuk bersama dua anak yang tadi membantu mereka.

Prok

Prok

Prok

"Wahh hebat sekali yeonjun, soobin dapat menangkap mereka semua"

Pandangan mata mereka teralihkan menatap seseorang yang sekarang sedang menyenderkan punggungnya pada tembok di belakang. Bibirnya tak henti henti menunjukkan senyum remeh.

'Apa apaan, mereka berbohong? ' tanya hyunsuk di dalam hatinya dia sudah sangat was was bila yeonjun dan soobin mengkhianati nya.

Tapi reaksi dari yeonjun dan soobin membuatnya sedikit lega. Mereka berdua menodongkan pistol ke arah orang tadi. "Apa yang kalian lakukan?" sentak orang itu. Dia menegakkan badannya terkejut.

"Maaf taehyun tapi aku, ohh tidak kami sudah tidak bersama di pihak mu lagi" ujar yeonjun lantang. "Kalian mengkhianati kami? " satu orang kembali muncul dari balik pintu samping tembok yang tadi menjadi senderan oleh taehyun.

"Iya, lalu kenapa? " pertanyaan yeonjun yang sedikit kurang ajar menimbulkan geraman kesal dari taehyun dan satu orang tadi. "Aku tidak akan pernah mengampuni kalian" orang tadi ingin maju tapi di tahan oleh taehyun.

"Jangan gegabah beomgyu" nasihatnya membuat beomgyu mundur kembali.

"Kenpa takut? " jeongwoo berkata nadanya terdengar meremehkan. "Tentu saja woo kita itu hebat tentu saja mereka akan takut" sahut haruto.

"Sialan kalian" desis beomgyu.

"Yakin berani sama kita? Kita ada banyak loh sedangkan kalian hanya berdua" doyoung berucap di tangannya sudah ada pisau yang sekarang sedang di mainkan nya.

Taehyun dan beomgyu tersenyum miring. "Ingat kami punya bawahan" ujar beomgyu bangga.

"Hahaha"

Perkataan beomgyu membuat tawa keluar dari mulut yeonjun dan soobin. "Bahkan anak buahnya saja ada di tanganku" soobin berucap membuat dua manusia di depan mereka mengubah raut wajahnya menjadi terkejut.

"Kalian tau cara cepat menyelesaikan pertarungan" tanya junkyu. "Caranya dengan menyerah. Untuk apa kita berkelahi jika dirimu dapat menyerah dengan mudah dan tidak menyia nyiakan tenaga. " jawab jihoon.

"Yapp benar jadi lebih baik kalian menyerah meskipun masa depan kalian tidak akan berubah" haruto menyahut entah mengapa taehyun dan beomgyu tiba tiba merasa takut aura di sekitar mereka berubah setelah haruto menyelesaikan kalimatnya.

"Jadi pilih mana nyerah atau tetep lawan? " tanya ye dan nadanya terdengar dingin dan menusuk. Taehyun dan beomgyu sedikit mundur.

"Kenapa mundur? Takut? " setelah menyelesaikan kalimatnya doyoung tersenyum miring. "Segampang itu? Badan doang gede ternyata nyalinya kecill" ledek jeongwoo.

Tangan taehyun dan beomgyu mengepal erat. "Kaliann!! " desis taehyun tajam.

"Kenapa? " tanya mashiho di akhiri dengan senyum miring nya.

"Udah kan basa basi nya? " pertanyaan yeonjun di balas dengan anggukan oleh anggota dan para bapak.

"Keluar!! " titah soobin. Tiba tiba puluhan orang datang dari berbagai arah mengepung. "Jadi bagaimana menyerah atau tidak? " jihoon sekali lagi bertanya tetapi tidak ada jawaban dari dua orang di depan mereka.

"Diam? Yasudah, "

Setelah perkataan junkyu selesai beberapa orang maju mereka menangkap taehyun dan beomgyu.

Dua anak itu sempat memberontak tetapi orang yang memegang mereka jauh lebih kuat, jadi mau tidak mau mereka mengalah.

Setelah beberapa orang membawa taehyun dan beomgyu, hyunsuk dengan cepat berlari ke arah pi tu tadi masuk kedalam.

Netranya menatap mamanya yang sedang di ikat pada satu satunya kursi yang ada di sana. Tanpa banyak bicara hyunsuk melepaskan ikatan tapi yang mengikat tubuh mamanya.

Ikatan itu terlepas, hyunsuk segera mendekap jennie erat. Air matanya luruh dengan derasnya sedangkan jennie ikut menangis dia mengusap usap punggung anaknya.

"Sudah, hyunsuk ketua jangan menangis! " tenang jennie tetapi perkataan itu tidak membuat air mata hyunsuk berhenti.

"Kau tidak apa apa? Apa ada yang sakit? Terluka? Siapa yang melukai?" pertanyaan beruntun itu di lontarkan oleh mino sorot matanya menunjukkan banyaknya kekhawatiran.

"Aku tidak apa apa" jawab jennie singkat tangannya masih sibuk menenangkan anaknya. "Kak hyunsuk, sudah nangisnya ayo pulang" junghwan merasa tidak tega melihat kakak tertuanya yang menangis seperti ini.

"Benar kata junghwan, sudahi menangisnya ya, kita pulang" setelah ucapan jennie selesai membuat hyunsuk melepaskan dekapannya menghapus air mata yang membasahi pipinya.

°°°

Sesampainya di rumah hyunsuk lanjut memeluk jennie.

"Sudah ya sayang sekarang tidur ini sudah tengah malam" hyunsuk menggeleng kuat. "Heyy! Hyunsuk! Bukankah dirimu ketua? " pertanyaan mino membuat hyunsuk menolehkan pandangannya.

Lihatlah mata sembab, hidung memerah dan bibir yang mengerucut itu sangat menggemaskan.

"Kau ketua tapi menangis, ohh apa ini benar? " nada ucapan mino seperti tidak percaya membuat raut wajah hyunsuk berubah kesal.

"Kau! Menjengkelkan" desisnya membuat mino sedikit terkekeh. "Tunjukkan bahwa dirimu ketua! Tidur sekarang! " perintah mino.

"Aku akan tidur, tapi dengan mama. kau! Tidak boleh ikut" mino menghela nafas sepertinya untuk malam ini dia harus mengalah.

"Baiklah, baiklah. Semua kalian tidur" mereka semua bubar meninggalkan ruang tamu pergi ke kamar masing masing.

°°°

Haruto menatap lekat kearah pisau yang tadi dibawanya. Tertulis jelas di pisau itu nama seseorang.

Jang wonyoung

Haruto menghela nafas mengingat ingat kejadian beberapa hari lalu kejadian yang menyita separuh pikirannya.

"Bagaimana bisa? " tanyanya pada diri sendiri. "Wajahnya manis ini seperti tidak mungkin" gumamnya.

Haruto mengacak surainya kesal kemudian membanting tubuhnya ke kasur melempar pisau itu ke sembarang arah.

Menatap langit langit mencoba untuk memejamkan mata dan pergi ke alam bawah sadar.

°°°

Asfaptri

Vote

Having FunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang