"Manusia belagu & Manusia tengil"
..........
Statusnya berubah. Bukan lagi gadis lajang yang bebas tapi kini istri orang. Melihat banyaknya tamu yang hadir di resepsi yang seharusnya milik adiknya tapi kini malah dirinya yang berdiri bersalaman dengan para tamu jadi inilah yang menjadi alasan orang tua suaminya ini sampai memohon padanya untuk menggantikan posisi adiknya. Mau ditaruh dimana martabat mereka jika pernikahan ini batal. Keluarga terhormat itu pasti tak akan membiarkan sampah busuk mengotori citra baik-baik yang selama ini menjadi panutan setiap orang. Setidaknya harus ada yang berkorban. Dan itu dirinya. Membiarkan pernikahan ini berjalan walaupun membuat para tamu bingung pengantinnya berubah tapi memang itu tujuannya. Asal pernikahan ini tetap terlaksana.
Berlian mencoba berdamai. Berusaha untuk menerima pernikahan ini dan juga takdirnya. Ia kira takdir akan membawanya dengan semua petualangan yang dia impikan untuk berkeliling dunia. Ternyata takdir malah menahannya diam bagai burung di sangkar emas. Mewah tapi harus menahan diri agar patuh akan ucapan sang suami.
"Capek? Mukanya kok udah nekuk cemberut gitu." Berlian menoleh. Membalas tatapan suaminya yang menatap intens pada wajahnya.
"Lumayan," balasnya singkat. Dirinya mulai melihat lurus ke depan. Menampik rasa gugup akan tatapan layaknya predator itu. Berpura-pura fokus akan ribuan tamu undangan yang sedang menikmati sajian. Berlian kini bisa bernapas lega setelah hampir dua jam terus di dera para tamu yang berdatangan untuk bersalaman akhirnya dirinya juga Zafran bisa duduk dengan santai di atas pelaminan.
"Laper? Mau makan gak?" Zafran menawari dengan tangan yang menggapai tangan berlian. Lebih dari itu lelaki ini mulai menggenggamnya. Berlian pun tak menolak malah membiarkannya. Tak mau akan adanya sesi debat jika dirinya menolak.
"Aku cuma mau minum. Itu aja." Setelahnya Berlian melihat pelayan menghampiri setelah di kode sang suami. Meminta mengambil minuman. Pelayan kembali berapa menit kemudian dengan membawa dua gelas minum.
Rasa segar hadir ketika tenggorokannya teraliri air. Berlian merasa lebih rileks sekarang.
"Lo seneng?"
Alis Berlian bertaut. Keningnya berkerut bingung maksud lelaki di hadapannya ini.
"Lo seneng kan nikah sama gue? Dari awal waktu gue milih lo atau adik lo sebenarnya lo ngarep di pilih kan. Tapi adik lo lebih menarik sih. Dia punya senyum hangat musim semi. Sedang lo? Musim dingin pun kalah sama sikap dingin dan kaku yang lo punya itu," senyum pongah hadir di mulut tengil lelaki ini. Rasa segar di tenggorokan Berlian beralih menjadi serat kembali.
"Ngaco. Percaya diri. Oh bukan itu tapi gak sadar diri." Berlian mendengus. Sekarang dirinya tak suka melihat lelaki ini bahkan mendengar suaranya pun. Ia kira sikap manis tadi akan berlangsung lama. Nyatanya lelaki itu memang tak dapat menahan sifat asli lelaki itu. Tengil dan over pede.
"Gue anggap itu pujian." Zafran kembali memamerkan senyum pasta giginya. Malah makin bersemangat setelah melihat wajah gadis di depannya makin keruh.
"Kalau bukan orang tua kamu yang mengemis agar aku mau jadi pengantin pengganti aku gak bakalan sudi duduk satu pelaminan dengan kamu. Biarin aja pernikahan ini batal dengan berita tak sedap karena pengantin wanitanya lari. Kamu pikir media akan memberikan tajuk judul yang memuji? Pastinya hanya asumsi dengan menjatuhkan citra kalian. Seharusnya begitu. Tapi akhirnya apa? Sialnya, aku malah mengangguk setuju bagai anjing penurut yang diberi tulang besar. Padahal yang rugi hanya aku. Hanya seorang Kemilau Berlian." Berlian mengunci bibirnya rapat setelah berbicara panjang lebar. Setidaknya ketika mulai melangkah dengan status baru dirinya sudah mengeluarkan racun di tubuhnya. Dia muntahkan tepat darimana racun itu berasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End)
FanfictionBerlian terpaksa menjadi pengantin pengganti atas kaburnya adik kandungnya tepat di malam sebelum pernikahan itu terjadi. Tak ingin membuat dua keluarga tambah malu dirinya harus rela menjadi istri lelaki yang tadinya akan jadi suami adiknya. Harusn...