bagian 35

4.3K 251 74
                                    

***

"Mana Joan? Kita harus pulang sekarang."

Javier Anggara. Dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung bak perosotannya berhasil menambah aura intimidasi yang kuat sehingga anak buahnya menggigil takut.

Bagaimana tidak takut? Anak tuan mereka kini tak terdeteksi ada dimana. Lepas dari pengawasan mereka. Karena kelalaian mereka, Joan entah dimana sekarang. Syukur masih ada di area timezone. Bagaimana kalau anak itu benar-benar hilang?

Dan keduanya tetap bungkam. Tak menjawab pertanyaan Javier.

Sampai membuat kesabaran Javier habis.

"DIMANA JOAN??!! Dia tidak hilang kan?" Javier menekan kuat intonasi bicaranya. Kedua anak buahnya yang berbadan kekar itu pun sampai bergetar takut. Ini tak seperti yang ada di pikirannya kan?

Joan hilang? Hanya ditinggal belanja saja Joan bisa hilang?!

Kalau hilang, Javier menyesal mengajak Joan. Seharusnya anak itu tetap berada di sangkarnya. Diberi kesempatan sedikit saja anak itu sudah berani menghilang darinya.

"A—a-nu tuan. Den J-joan sedang kita cari keberadaannya. Masih di arena timezone kok. Cu-cuma kami gak tau den Joan ada di arena permainan yang mana." Akhirnya anak buahnya yang berkepala tanpa rambut itu menjawab pertanyaan. Yang Javier sendiri sangsi akan kebenarannya.

"Kalau begitu kenapa kalian masih disini?! CEPAT CARI!!! Kita harus pulang sekarang. Kalau Joan sampai hilang, itu artinya nyawa kalian juga terancam. PAHAM!" Di balik kacamatanya, mata Javier menyorot tajam. Walau Joan tak pernah mendapat pengakuan langsung darinya sebagai anaknya, tapi Javier, tak akan rela jika Joan sampai hilang. Darinya. Apalagi dari ibunya sendiri. Yasmine Eleanor.

"B-baik tuan. Kami cari sekarang." Keduanya lantas segera berbalik dan mencari keberadaan Joan.

"Kalian juga cari anak itu!" titah Javier pada anak buahnya yang lain. Empat anak buah yang mengiringi langkahnya bertemu dengan kliennya.

Dan mereka semua pun langsung bergerak sesuai perintah Javier.

Javier dengan tangan yang penuh akan belanjaan yang berisi perlengkapan bayi itu pun duduk di salah satu kursi. Dengan perasaan cemas yang kini hadir di hatinya. Seharusnya dirinya ajak saja Joan untuk berbelanja. Bukannya membiarkan anak itu bermain dengan pengawasan anak buahnya yang ternyata tak becus menjaga satu anak saja.

Padahal dirinya hanya menggunakan sebagian waktu setelah pekerjaannya untuk berbelanja perlengkapan bayinya dan Berlian. Mumpung dirinya ada di pusat kota Bandung sekarang.

Sebab Javier entah kapan bisa keluar dari rumahnya. Karena sejak dirinya membawa lari Berlian dari Zafran ini pertama kalinya Javier terlibat lagi dengan pekerjaan yang mengharuskannya untuk bertemu dengan kliennya langsung.

Selama ini, tangan kanannya di Amerika sana yang meng-handle semua pekerjaannya. Javier hanya mengawasi  dan memberi semua arahannya lewat dunia virtual. Setidaknya sampai Berlian melahirkan.

Jujur saja, Javier tak sedikit pun terlintas akan memilih kota Bandung sebagai persembunyiannya yang lain. Tadinya dirinya memang sudah memikirkan New York sebagai tempat dirinya dan Berlian akan bersama. Terlepas dari pengusiran waktu itu, Javier memang memiliki rencana akan pergi jauh dari keluarga 'itu'.

Tapi, karena Yasmine hadir juga di hidupnya terpaksa Javier membuat rumah yang jauh dari jangkauan manusia. Dan Bandung menjadi pilihan Javier. Karena disini ada tempat dimana benar-benar tak terjamah oleh manusia. Walaupun Javier harus menggelontorkan uang yang banyak tapi itu tak masalah asalkan keinginannya tercapai.

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang