bagian 47

1.7K 119 16
                                    

Kadang kala hidup memang lebih sering menyakitkan. Dibanding melangkah ringan tanpa beban langkah kita seringkali sulit dan terjal. Selalu ada duri di jalanan atau kerikil kecil yang jadi penghalang. Tak melulu jalan yang lurus tapi selalu berkelok bahkan menanjak tinggi yang membuat kita lelah dan menyerah.

Dan Zafran merasa sekarang dirinya akan terus menghargai hidupnya. Sejujurnya mendengar cerita Javier membuatnya tersadar. Lika-liku hidupnya tak seberat apa yang dialami sepupunya itu.

Bersyukur sekarang Javier mau berbenah diri. Mencoba melupakan amarah dan dendamnya.

Dan baru kali ini wajah yang seringkali angkuh itu kini tertunduk kalah. Javier menyembunyikan tangis tapi Zafran sendiri bahkan sudah menitikkan air mata.

"Menangis gak bikin lo jadi benar-benar pecundang. Keluarin aja Jav tangisan lo. Gue aja udah tadi," titah Zafran yang akhirnya membuat Javier pun benar-benar menangis. Suara tangisnya terdengar. Netra gelapnya bahkan melihat kakeknya segera bergerak menghampiri Javier.

"Kamu bahkan bisa menangis di pelukan kakek." Prayudha membawa tangannya segera memeluk tubuh besar Javier. Setelah sekian lama untuk pertama kalinya Prayudha bisa merasakan bagaimana memeluk cucu pertamanya ini. Terakhir mungkin waktu Javier masih bayi. Setelahnya asing. Javier terlalu menjauh sampai Prayudha kehilangan untuk memeluk cucunya itu di setiap tahunnya.

Sekarang tubuhnya benar-benar tenggelam. Javier tumbuh besar melampauinya. Prayudha bahkan ngeri tubuhnya remuk di pelukan cucunya ini.

Dan Javier yang juga baru pertama kali merasakan pelukan dari kakeknya merasa ada letupan bahagia. Sedari dulu ada keinginan tersembunyi bagaimana rasanya hangatnya pelukan dari keluarganya. Pelukan dari orang tuanya Javier sudah lupa. Saat kecil melihat Zafran mendapat pelukan dari om Surya dan tante Zania membuat Javier terlampau iri. Bahkan Zafran juga mendapatkannya dari kakek nenek. Sejak saat itu Javier membenci Zafran.

Dan di usia dewasanya Javier bisa merasakannya. Rasanya hangat sampai Javier tak bisa lagi menahan tangisan sedu sedannya. Air matanya terus saja mengalir. Mengabaikan gengsi di hadapan Zafran sepupu musuh bebuyutannya.

"Gue juga mau kali pelukan." Baru saja ingin bergabung tubuhnya sudah ditahan oleh lengan Javier. Membuat Zafran mundur beberapa langkah.

"Biarin gue dengan keserakahan ini. Kakek hanya untuk Javier seorang," ujar Javier dengan tatapan tajamnya pada sepupunya. Di balik itu ada Prayudha terkekeh di sela tangisnya. Lalu Zafran yang sebenarnya paham tapi tak tahan untuk tak menyerang sebuah ledekan.

"Nyaho kan pelukan keluarga itu hal ternikmat di dunia. Makanya jangan besarin tuh ego lu yang segede gunung salak."

"Bacot!" Kesal Javier karena Zafran selalu saja meledeknya.

Lalu dari arah belakang Surya menghampiri. Papa mertua Zafran itu pun sekarang benar-benar mengikhlaskan atas apa yang Javier lakukan. Setelah ikut mendengarkan masa lalu Javier, Surya paham bahwa Javier ini hanya kekurangan cinta dan perhatian yang membuat pria itu pun tak terkendali.

"Sebaiknya Javier ikut pulang. Bangun keluarga kecilmu dengan wanita yang sampai saat ini setia sama kamu. Masih ada kesempatan," saran Surya.

Prayudha dan Javier yang mendengarnya pun melonggarkan pelukan. Tangis mulai mereda. Dan jiwa yang sekarang lebih tenang.

"Javier akan tetap disini. Sampai Javier benar-benar sembuh dengan emosi yang stabil. Emosi Javier kadang masih suka kambuh apalagi saat melihat Zafran. Javier ingin belajar dulu kenal dengan Javier sendiri, menyayangi diri sendiri, mencintai diri sendiri lalu mengikhlaskan atas apa yang sudah terjadi. Yasmine jika memang dia mau menunggu Javier akan senang. Karena wanita itu harus dapat pria yang terbaik. Dan Javier sekarang mau memantaskan diri untuknya dan juga Joan. Tapi jika Yasmine memang sudah tak mau menunggu Javier akan ikhlas."

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang