2. Another September

312 50 21
                                    

Entah ini merupakan waktu yang tepat atau sebaliknya. Dari semua waktu dalam hidupnya, mengapa harus sekarang?

Naruto tak habis pikir dengan semuanya.

Ini seperti kejutan yang tak pernah ia inginkan.

Sepuluh tahun telah terlewat. Selama itu juga, tak pernah sekali pun ia bertemu dengan Sasuke barang sedetik saja. Jarak tentulah menjadi penghalang utama di antara mereka. Dan Naruto, tak pernah berhenti mensyukurinya.

Sepuluh tahun lamanya, ia tak pernah kembali ke Konoha. Kalaupun meluangkan waktu untuk ketiga sahabatnya, semua itu selalu dilakukan di Paris, atau Uzu, kota tempatnya tinggal selama ini.

Dari sekian waktu yang Tuhan berikan untuknya selama di dunia, mengapa harus sekarang?

Semua ini bahkan terasa seperti putaran waktu yang kembali terulang.

Bulan September, saat musim gugur menyapa Konoha, sepuluh tahun lalu. Dirinya pergi membawa guratan luka yang Sasuke beri.

Sekarang, di sepuluh tahun berikutnya, ia kembali ke kota kelahirannya, tepat saat musim gugur menyelimuti daratan Konoha. Dan sosok di hadapannya ini masihlah orang yang sama dengan yang ditinggalkannya di masa lalu.

Naruto, ia terkejut tentu saja. Namun, tak dapat dipungkiri jika semua ini memang akan terjadi cepat atau lambat, mengingat lingkaran pertemanan mereka masih saling berhubungan. Terlepas dari baik atau buruknya hubungan Sasuke dengan Shikamaru atau Neji di masa lalu.

Mata Sasuke dan Naruto saling bertemu dalam satu waktu. Detik itu juga, sekeliling keduanya seolah-olah menjadi beku. Naruto tertegun, tapi hal itu lekas ditepisnya jauh-jauh. Tidak, ini bukan rasa takut. Hanya saja, jika memungkinkan, ia akan lebih memilih pergi atau menghilang bersama debu.

"Sasuke?"

Refleks, Naruto menoleh pada Itachi yang raut wajahnya berbinar, terlihat antusias dan terkejut di saat yang bersamaan. Andai saja ia tahu jika dirinyalah yang lebih terkejut.

Bola mata Naruto bergerak mengikuti Itachi yang mengambil langkah, turut menghampiri Sasuke dan merentangkan tangannya. Keduanya berpelukan dan Naruto tak ingin membayangkan bagaimana raut wajahnya sekarang.

Di antara alunan musik romantis besutan Kenny G, samar-samar ia bisa mendengar Itachi dan Sasuke yang bercengkerama, saling melempar pertanyaan yang khas diucapkan oleh orang yang baru bertemu setelah sekian lama waktu berlalu.

"Ayo, kukenalkan kau padanya!"

Naruto tersadar dari lamunannya, kini ia fokus menatap Itachi yang berjalan ke arahnya dengan menyeret lengan Sasuke di belakangnya.

Sasuke. Selain figurnya lebih dewasa, tegas, dan gagah, pria itu sama sekali tak berubah. Tatapan matanya masih menyorot tajam dan dingin, dengan aura dominan yang pekat, sama seperti terakhir kali Naruto melihatnya. Sebisa mungkin ia mengatur wajahnya agar terlihat tenang, tak terganggu sedikit pun dengan kedatangannya. Meskipun secara diam-diam, kepalanya tak henti memunculkan berbagai pertanyaan seputar bagaimana Itachi dan Sasuke saling mengenal.

"Sasuke, kenalkan, dia Uzumaki Naruto. Kekasihku," kata Itachi dengan senyum lebar. "Dan Naruto, ini Uchiha Sasuke. Adikku."

Bagai tersambar petir di siang bolong. Kalimat itu sangat menggambarkan kondisi Naruto dan Sasuke saat ini. Raut keduanya memang tenang, tapi kilat di mata mereka kentara dengan keterkejutan.

"Adik?" tanya Naruto yang tak bisa menahan penasarannya.

"Ah, secara teknis dia adik sepupuku, tapi apa bedanya? Iya, kan, Sasuke?"

Yang ditanya tak bereaksi sedikit pun. Ia lebih memilih untuk menaruh seluruh fokusnya pada Naruto yang berdiri tepat di hadapannya, cukup dekat.

"Hei, tolong jangan tegang," gurau Itachi saat Naruto dan Sasuke masih setia bergeming, tak ada basa-basi pendek ataupun jabat tangan perkenalan di antara mereka. "Kalian berdua sama-sama orang favoritku."

September: When I First Met You ... Again [Book-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang