3. The Uchiha's

304 46 21
                                    

Naruto menggeliat, lalu menyamankan posisinya dengan berbaring miring dan merapatkan selimut tebal yang membalut tubuhnya. Aroma ruangan yang ditempatinya ini begitu menyenangkan. Rasanya seperti berada di tengah padang bunga, ditemani semilir angin musim semi yang menghanyutkan.

Wangi lavender yang bercampur dengan kayu-kayuan ini begitu khas, membuat Naruto ingin berlama-lama menghirupnya. Sungguh familiar.

Secepat kilat, Naruto membuka mata. Ia mengernyit bersamaan dengan pening yang menyerang, lalu kembali memejam karena dunia yang seperti berputar tiba-tiba. Ini pasti efek alkohol semalam. Memangnya, berapa banyak yang diminumnya?

Sembari mendesis panjang, ia mengendus-endus sekitar. Benar-benar familiar, dan hal itu membuatnya waspada tanpa sebab. Sungguh, ia pernah membaui aroma ini sebelumnya.

Naruto membuka matanya perlahan-lahan, mengerjap sebentar untuk menyesuaikan dengan cahaya di kamarnya. Entah jam berapa sekarang, sepertinya dirinya tidur cukup lama.

Erangan halus keluar dari mulutnya. Saat fokusnya sudah kembali sepenuhnya, Naruto mencoba mengamati kamar dari posisinya sekarang. Tepat pada tembak di seberang kamarnya, lukisan kipas kertas berwarna merah putih menarik perhatiannya.

Di mana Naruto pernah melihat yang seperti itu sebelumnya?

"Uchiha?" bisiknya kemudian, masih berusaha lepas dari kantuknya.

Perlu beberapa detik bagi Naruto untuk memproses yang ia ucapkan sebelum terjaga dengan cepat.

Tidak mungkin! batinnya berteriak. Detik berikutnya, ia mengaduh kesakitan sembari memegang kepalanya yang seperti dihantam palu berulang-ulang.

"Selamat pagi, Nona."

Sapaan itu membuat Naruto menoleh ke sumber suara. Tepat di pintu kamarnya, wanita tua berpakaian formal tengah membawa sesuatu yang terlihat seperti baju di matanya.

"Siapa kau?" tanya Naruto waspada. Ia mengangkat selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang ternyata masih mengenakan pakaian semalam.

Selanjutnya, ia terdiam sebentar. Saat ini, benaknya sedang berusaha menyusun kepingan-kepingan puzzle yang berantakan dalam kepala.

Dimulai dari kedatangannya di pesta pernikahan Hinata, bertemu si Uchiha, lalu—

Naruto terbelalak. Ia menoleh, terlalu cepat hingga membuat tulang lehernya berderak. Rasa sakit itu diabaikannya. Terpenting sekarang adalah memastikan lukisan yang dipajang pada tembok di sisi kanan ranjang.

"Jangan katakan ...." bisiknya menduga-duga, sedikit ketakutan sebenarnya.

"Anda berada di kediaman Uchiha, Nona Naruto."

Si empunya nama menahan umpatannya di ujung lidah. Matanya menatap sosok yang berdiri tegap di ambang pintu kamarnya itu lekat-lekat.

"Bibi ... Lee?" Naruto bertanya, memastikan sosok di seberang tempat tidurnya itu.

Wanita tua itu tersenyum lebar, membuat keriput di wajahnya semakin kentara. Ia lalu mengambil langkah untuk meletakkan pakaian di tangannya di atas nakas. "Saya tersanjung Anda masih mengingat orang tua ini, Nona."

Mendengarnya, Naruto ternganga. Rupanya, tebakannya benar. Bahkan, setelah sekian tahun lamanya, Bibi Lee masih setia pada keluarga Uchiha.

Menyebutkan nama keluarga itu di pikirannya membuat Naruto menggeleng pelan. Sedikit kekaguman yang sempat terbersit dalam benak itu menghilang secepat kedatangannya. Kemudian, ia bertanya, "Siapa yang membawaku kemari?"

"Tuan Muda Itachi."

Naruto berdecak samar, lalu memijat pangkal hidungnya. Dari semua tempat, mengapa harus kediaman Uchiha? Bukankah pria itu mengatakan jika dirinya sudah menyewa dua apartemen untuk tempat tinggal sementara mereka? Selain itu, mengapa pula Itachi harus membawanya ke tempat ini tanpa bertanya?

September: When I First Met You ... Again [Book-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang