8. Eccedentesiast

211 27 14
                                    

"... dan kau akan kabur selamanya?" Refleks, Naruto terpejam. Ia pikir, suara-suara itu akan berhenti menghantui pikirannya. Namun, sepertinya tak demikian.

"Kau benar, beberapa luka memang tak bisa disembuhkan oleh waktu dan mungkin lukamu adalah salah satunya. Tapi, coba pikirkan, Naruto. Waktu mungkin akan mengajarkan kita tentang bagaimana caranya menghadapi rasa sakit, menyembuhkannya perlahan, lalu hidup dengan baik setelahnya meski lukanya masih berbekas."

Naruto mencoba mengatur napas sembari terus mengambil langkah pelan-pelan. Sementara itu, pikirannya tak henti memutar kalimat-kalimat yang pernah diungkapkan Sakura seperti kaset rusak. Susah sekali mengelaknya saat suara-suara itu semakin keras setiap dirinya ingin menghindar. Mereka seperti tak mau membiarkannya kabur dengan mudah.

"Orang tua ini memang tidak tahu-menahu apa yang terjadi dalam kehidupanmu selama ini, tapi ... kau tentu tahu jika lari bukanlah jalan alternatif yang akan menyelesaikan semuanya, bukan?"

"Selamat pagi!" Sapaan ringan itu menyentak Naruto dari pemikirannya. Seketika itu pula, suara-suara yang menghantuinya sejak semalam tersebut terhenti begitu saja.

Ia kemudian berdeham kecil, mengabaikan rasa heran atas keberadaan dirinya di ambang pintu dapur saat ini. "Selamat pagi, Itachi."

Pria bermarga Senju itu tersenyum lebar. Ia mengaduk sebentar sup miso yang sudah mendidih itu, lalu mematikan kompor di hadapannya. Sejurus kemudian, ia berjalan menghampiri kekasihnya setelah selesai mencuci tangan. "Tidurmu nyenyak?"

Ada jeda pendek sebelum Naruto mengulum senyum tipisnya dan menjawab, "Lumayan."

Mendengar helaan napas Itachi, Naruto sontak mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Ia tahu, kebohongannya tak pria itu telan bulat-bulat. Pun, tanpa mengatakannya, ia juga tahu jika Itachi bisa melihat ketidakjujurannya.

"Nanti, akan kubuatkan teh herbal untuk kau minum sebelum tidur." Itachi berkata lagi sembari menyelipkan anak rambut sang kekasih ke belakang telinga. Tersadar dengan perbuatannya, pria itu mengerjap dan sontak menjauhkan tangannya. "Bagaimana?"

"Tentu."

Senyum kecil yang Naruto sunggingkan di bibirnya menular dengan cepat, terasa mendebarkan saat Itachi melihatnya. Lantas, pria itu mengulurkan tangan yang disambut Naruto dua detik berikutnya.

"Duduklah sebentar. Sebentar lagi sarapannya siap." Itachi menarik kursi untuk Naruto, mempersilakannya duduk. Kemudian, ia kembali ke dapur untuk memotong tamagoyaki sekaligus mempersiapkan makanan yang lain.

"Tidak, tetaplah di sana, Hime-sama." Itachi menoleh ke belakang saat mendengar derit kursi yang cukup nyaring, lalu menggeleng pelan saat mengerti pergerakan Naruto yang seperti hendak menghampirinya. "Ini tak akan lama."

Mendengarnya, Naruto tak punya pilihan selain kembali ke tempatnya. Ia duduk dengan tenang, matanya menatap punggung Itachi lekat-lekat. Sudut bibirnya ikut terangkat saat kekasihnya itu sesekali menoleh untuk tersenyum ke arahnya.

"Kau tak tahu apa yang sanggup Itachi lakukan hanya untuk melihatmu bahagia."

Itu benar, harusnya lebih memahaminya dibanding Sakura, mengingat dirinyalah yang lebih mengenal Itachi selama beberapa tahun belakangan. Bahkan, selama awal perkenalan mereka hingga saat ini, tak pernah sekali pun Itachi menyakitinya.

"Itachi ...."

Si empunya nama menoleh seraya tersenyum lebar. Benar juga, Itachi memang selalu tersenyum saat menatapnya, dan hal itu tak pernah berubah sampai sekarang.

"Ya, Sayang?"

Naruto terdiam, diamatinya Itachi dari tempat duduknya itu lekat-lekat sebelum akhirnya menggeleng pelan. Di sisi lain, Itachi hanya tertawa ringan sebelum kembali fokus menyalin makanan yang sudah ia masak ke wadah yang lebih kecil untuk dihidangkan di meja makan. Pria itu baru akan menuangkan sup miso pada mangkuk di tangannya saat sesuatu bersandar perlahan di balik punggungnya. Sepersekian detik kemudian, ia pun merasakan remasan lembut di sisian kemejanya yang dibalut celemek biru tua.

September: When I First Met You ... Again [Book-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang