4. Limerence

270 44 33
                                    

"Jika begini, kau benar-benar terlihat seperti pewaris utama kerajaan bisnis Uchiha."

Sasuke mendengkus keras tanpa mengalihkan sedikit pun perhatiannya dari berkas di tangan. Sementara itu, sosok yang bersandar di kusen pintu ruang kerjanya itu tertawa ringan.

"Boleh aku masuk?"

Pertanyaan itu Sasuke diamkan selama beberapa saat sebelum menjawabnya dengan gumaman.

Merasa sudah mengantongi izin dari si empunya ruangan, Itachi melangkah masuk dengan santai. Kedua tangannya yang semula berada di kantong celana jeans-nya, kini beralih menyusuri satu per satu punggung buku yang disusun rapi di rak besar di sisi meja kerja.

Ujung telunjuknya berhenti di salah satu oranye gelap. Kedua alisnya pun seketika terangkat. "Aku sangat terkejut kau mau menyisakan sedikit ruang untuk romansa klasik milik Mitchell."

Sasuke lantas mengalihkan pandangannya dari proposal di tangannya dan menatap Itachi tanpa minat. "Jangan menyentuhnya!"

"Maaf." Itachi mengangkat kedua tangannya di samping kepala sembari tersenyum tanpa rasa bersalah. Ia lalu mengambil tempat di salah satu sofa yang tak jauh dari meja kerja, mendudukkan diri di sana.

"Aku hanya sedikit penasaran tentangmu dan hidupmu sekarang. Sayangnya, kau seperti tidak suka saat aku mencoba mencari tahu tentang itu semua." Itachi memposisikan dirinya agar menghadap Sasuke yang masih terfokus pada dokumen-dokumen di atas mejanya. Ia memasang muka memelas. "Kau sudah tidak menyayangiku, ya?"

Tanpa disangka-sangka, Sasuke melemparkan pulpen ke arahnya. Beruntungnya, Itachi bisa menghindar dengan tangkas, tepat pada waktunya. Alih-alih marah, ia justru tergelak kemudian.

"Rupanya, perangaimu semakin buruk saat dewasa. Dan aku sama sekali tak terkejut dengannya."

Kalimat itu Sasuke balas dengan tatapan sengit yang disertai decakan kesal. Ia lalu beralih memindai buku yang sempat Itachi pegang, atau setidaknya berniat pria itu ambil dari tempatnya.

"Tenanglah, Bung! Aku sungguh tidak menyentuhnya lagi setelah kau bilang 'jangan'," seloroh Itachi saat mengikuti arah pandang Sasuke. Ia menjeda sebentar, otaknya memetakan sesuatu secara diam-diam. Jika ini serial kartun, maka bisa dipastikan jika bola lampu imajiner di atas kepalanya seketika menyala saat pemikirannya tiba pada satu kesimpulan. "Jika dilihat dari reaksimu yang tak biasa, aku bisa tahu jika novel itu diberikan oleh seseorang yang spesial."

"Kekasihmu? Atau ... seseorang yang kau sukai diam-diam?" goda Itachi setelah jeda dramatis pada perkataannya sebelumnya. "Katakan padaku, siapa dia, adik kecil?"

"Aku bersumpah akan menyumpal mulutmu jika kau menyebutku begitu sekali lagi."

"Oke. Aku diam sekarang." Itachi menghela napas panjang. Ia menyamankan posisinya dan duduk bersandar pada punggung sofa. Kedua tangannya direntangkan, lalu ia mulai menutup mata.

Di sisi lain, Sasuke mengalihkan fokusnya dari proposal di tangannya. Poin-poin serta penjelasan seputar prospek keuntungan bisnis itu mendadak tak lagi bisa dicernanya.

Lantas, diletakannya proposal tersebut dan menumpuknya dengan beberapa berkas lain di meja kerja. Kemudian, Sasuke berjalan ke sudut ruangan, menuju kulkas kecil dan mengambil dua bir kaleng dari sana.

Mendengar ketukan langkah Sasuke yang mendekat, Itachi membuka mata. Si empunya ruangan telah berdiri menjulang di hadapannya. Tanpa aba-aba, ia melemparkan sekaleng bir dingin yang untungnya bisa Itachi tangkap dengan sigap. Sementara itu, Sasuke mengambil tempat di seberangnya dan duduk dengan kaki yang disilangkan.

Keduanya minum tanpa sedikit pun percakapan berarti yang mengudara. Namun, hal tersebut tak berlangsung cukup lama.

"Di mana kau bertemu dengannya?" Rupanya, pertanyaan itu tak bisa Sasuke simpan cukup lama.

September: When I First Met You ... Again [Book-2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang