21. Salah paham

2.5K 283 44
                                    


Holla hollla👋👋

Its been a long part 🥳

Jika biasanya aku nulis 800 Sampai 1k kata kali ini aku nulis 2190 kata yeeeey

Enjoy your reading 🥳🥰

••••®®®®••••

Kejadian pertikaian kala itu saling di rahasiakan oleh Ranan dan Hua dari masing masing.

Mereka saling memutuskan untuk meyakinkan orang tua masing masing jikalau cinta mereka tak salah.

Ranan tak tahu apa yang terjadi di rumah Hua waktu itu dan Hua pun tidak tahu yang terjadi antara Ranan dan Datuak malam itu.

Mereka memasang wajah manis menyembunyikan pikiran pikiran yang mengganggu kepala masing masing.

Dan kalin ini, Hua melakukan sesuatu yang baru. Datang ke surau bersama Ratih dalam acara masak masak bersama ibu ibu untuk puncak acara katam Al-Qur'an besok.

Bukanya kenyamanan yang di dapat justru cibiran dan ekpresi tidak suka yang Hua dapat dari ibu ibu itu, walau bersama Ratih tetapi masalahnya kedua gadis itu sama sama menjadi bahan buah bibir bagi ibu ibu kampung ini.

"Uni, itu urang Chino nan bapole Jo anak Datuak tu Yo?"

(Uni, itu orang China yang pacaran sama anak Datuak tu Yo?)

Salah satu ibu yang memeras kelapa mengajak temanya yang lain berbicara sambil terus melihat Hua dengan sudut matanya.

Ibu yang lain ikut melirik ke arah Hua, wajahnya seketika menunjukkan raut ketidak sukanya. Kemudian ia berkata sambil mencibir; "Iyo, Datuak tu diam se nyo mah anak jantan nyo bapole ja urang Cino tu."

(Iya, Datuak cuma diam aja tau anak laki lakinya pacaran sama gadis cina itu.)

"Eeee kalau urang lain mode tu habih di kato kato e nyo mah, Tibo di anak e aniang se nyo. Den sangko Datuak Mangkuto Alam tu adia salamo ko. Kironyo antahlah."
(Eeee Kalau orang lain yang seperti itu udah di ceramahin, kalau anak dia di biarin aja. Aku sangka Datuak Mangkuto Alam itu adil. Ternyata hadeeh.)

Dua ibu ibu itu saling mencibir, tidak lama kemudian ada beberapa ibu ibu yang setuju dengan apa yang di bicarakan oleh dua ibu ibu barusan.

"Jaleh Bana ambiak mukonyo Ndak? Sok sok elok nyo di siko."
(MPO banget gak sih? Sok sok baik di di sini.)

Satu ibu ibu lagi menimpali, tatapannya tak kala tajam menatap Hua yang berdiri tidak jauh darinya.

Satu pergerakan Hua lakukan, ia berjongkok hendak menolong seorang ibu ibu mengangkat daun pisang yang sudah di diang¹ tetapi perlakuannya tak seperti yang Hua harapkan. Ibu ibu itu menepis dengan kasar tangan Hua.

"Hua, kita ke depan saja ayo." Tanpa membiarkan Hua menjawab terlebih dahulu Ratih telah lebih meraih pergelangan tangan Hua dan menariknya keluar dari area tempat masak masak itu.

"Ratih, mengapa mereka begitu tidak menyukaiku?" Sesampainya mereka di luar dan kini berada di halaman surau Hua membuka suara. Keduanya memelankan langkahnya kemudian.

"Ku rasa, karna mereka belum terbiasa dengan orang asing yang merakyat seperti mu. Di kampung ini memang banyak orang asik yang bekerja di pabrik ayah ku dan ayah mu. Akan tetapi mereka tidak pernah mau merakyat sepertimu yang bahkan mau ikut ke surau untuk acara katam Al-Qur'an." Begitulah penjelasan Ratih, walau itu ada benarnya tetapi Ratih yakin ibu ibu itu tidak menyukai Hua bukan hanya keran gadis itu murni orang asing.

Tanah Minang 1970 || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang