5. Bendi spesial

5.1K 541 34
                                    


Welcome back with Uda Ranan🥰

••••®®®®••••


Kedua manusia itu berjalan beriringan, dengan si laki laki di depan dan perempuannya di belakang.

Hua tidak berani menyamakan langkahnya dengan Ranan, sebab gadis itu merasa tidak enak hati dengan Ranan dan orang kampung sini. Hua takut jadi buah bibir.

Keheningan melanda mereka sampai mereka sampai di tempat keramaian yang begitu bising, Ranan memimpin jalan untuk masuk lebih dalam ke dalam kerumunan orang orang itu dan Hua hanya mengikuti dari belakang.

"Di sana." Ranan menunjuk seorang laki laki tua yang sedang berteriak sambil membungkus pesanan pelangganya.

"UBEK GATA, UBEK DAMAM, SAGALO UBEK ADO DI SIKO, MANDAKEK LAH KA MARI!!" Begitulah kalimat yang bapak tua itu ucapakan, bahkan semenjak Hua berdiri di sini ia sudah mendengar bapak tua itu berteriak kalimat yang sama sebanyak tiga kali.

"Dia menjual banyak obat, kau tanyakan saja padanya obat demam. Dia akan memberikannya."

Hua mengangguk paham, "terimakasih Uda Ranan." Ucapnnya semberi tersenyum canggung.

"Kau tahu nama ku?" Ranan tidak merasa pernah memberi tahu namanya sepanjang oerjalan tadi kepada Hua.

Hua mengangguk, gadis itu masih belum berani mengangkat kepalanya untuk beristatap dengan laki laki yang lebih tinggi itu dari padanya.

"Dari Ratih, baiklah kalau begitu aku permisi." Hua menunduk, kemudian langsung pergi begitu saja dari hadapan Ranan, meninggalkan lelaki itu dengan perasaan senang. Ranan jadi berfikir kalau Hua menanyakan banyak hal tentang dirinya kepada Ratih.

Hua berjalan dengan cepat menuju dagangan bapak tua yang menjual obat itu, Fang Hua tidak bisa menyembunyikan senyumanya. Gadis itu senang tidak tertolong, sekarang Hua sadar kalau dirinya benar benar menyukai laki laki bernama Ranan itu.

"Anak cari apo?"
(Cari apa?)
Begitulah kalimat sambutan dari si bapak tua yang Hua dapati, beruntung bapak itu tidak menggunakan bahasa Minang yang Hua tidak mengerti jadinya Hua bisa paham apa yang bapak tua itu maksud.

"Sesuatu, untuk seseorang yang lagi demam." Hua tidak paham tentang obat obatan ini, selain dirinya yang jarang demam ia juga tidak pernah merawat orang sakit sendirian sebelumnya.

"Oooo bukan orang Minang, ya?" Bapak itu tahu saat Hua berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang beruntungnya ternyata bapak itu juga bisa berbahasa Indonesia.

"Kau mencari obat demam?" Bapak tua itu kembali memastikan lagi supaya ia tidak salah ambil pesanan pelangganya.

Setelah melihat Hua mengangguk sambil tersenyum, laki laki tua itu kemudian mulai mengambil sesuatu dari daganganya kemudian di bungkus.

"Sudah berapa lama kau di sini, nak?" Sambil membungkus pesanan Hua, laki laki tua yang ramah itu bertanya kepada Hua.

"Baru 2 hari, dan aku sudah suka tanah Minang ini." Hua memberikan rupiah kepada pedagang itu dan menerima barang yang ia pesan.

"Suka tanah Minang atau suka anak Minang?" Sambil mengambil kembalian uang Fang Hua, pedagang tua itu menggoda Hua sebab ia tanpa sengaja melihat Hua berbincang dengan seorang pemuda sebelum gadis itu berjalan mendekat ke arah daganganya.

Hua nya tersenyum malu, sebenarnya Hua suka tanah Minang dan anak Minang juga.

Hua berterimakasih kepada laki laki tua setelah mengambil uang kembaliannya, Hua kemudian berjalan meninggalkan area pasar hingga sampailah Hua di dekat barusan bendi yang berdiri berjejer, bau tinja kuda yang menyengat tercium menusuk hidung membuat Hua menutup hidungnya dengan tangan secara spontan.

Tanah Minang 1970 || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang