chapter 4

70 60 5
                                    

Hope u enjoy my story><

Untuk menemukan cerita baru
Kamu membutuhkan buku yang baru
-vanillattack-
___________________________________________


3 manusia yang berdiri di koridor lantai 2 itu menatap ke bawah dengan mata menyipit. Terlihat tengah fokus mengawasi gerak-gerik seseorang yang semalam suntuk menjejal di kepala rea dengan begitu kurang ajarnya. Cewek itu masih belum bisa melupakan bagas. Berbanding terbalik dengannya yang seakan-akan tak merasa terjadi apa-apa.


Terlalu banyak hal untuk dilupakan. Dari sebelum menginjak taman kanak-kanak seorang Bagas Adinata adalah teman pertamanya. Cowok itu memperlakukanya begitu baik, dan akan berdiri paling depan saat rea dilanda masalah. Bagas seolah menjadi tamengnya dari apapun. Cowok itu begitu menjaganya. Dan hal menyenangkan itu berlalu cukup lama sampai akhirnya bagas meminta rea untuk menjadi pacarnya. Dan sudah dapat ditebak, rea tak perlu waktu lama untuk menjawab 'iya'

"Halaah, cowok kayak dia mah banyak di pasaran sana" celetuk shei.

"Menurut gue masih cakep langit daripada dia" sahut lily menyuarakan isi pikirannya.

Rea menghela napas kasar "apa lo bilang? Langit ganteng?" Cewek itu tertawa hambar dan kembali melanjutkan "iya memang ganteng banget" gumamnya

"Rheana"

Tubuh ketiganya menegang. Suaranya cukup familier untuk didengar. Cewek itu berbalik mendapati sosok jangkung langit yang tengah berdiri dengan wajah datar. Benar-benar terlihat mirip dengan batu karang di pesisir pantai. Keras dan dingin.

"Eh l-langitt" shei menyengir lebar. sedangkan lily, jangan ditanya, cewek itu sudah duluan kabur. Ntah kenapa rea juga tak tau kenapa lily bisa begitu takut dengan langit. Hingga kemudian shei ikut menyusul lily yang lari terbirit-birit meninggalkan rea sendiri.

"Apaan" tanya rea setengah hati

"Ke kantor, dipanggil" jawab langit seperti biasa

"Mampus, pasti soal hukuman kemaren kan ya?" rea berjalan cepat mengikuti langit yang sudah melangkah pergi.

"Yakali lo dapet beasiswa" jawab langit menyebalkan. Keduanya berjalan beriringan menuju kantor, mendapat tatapan menyelidik dari beberapa pasang mata yang bertanya-tanya 'ada hubungan apa mereka?'

Tepat saat pintu terbuka, rea langsung menciut saat baru saja melangkah masuk ia sudah mendapat tatapan tajam pak hakim, wali kelasnya. Pria paruh baya itu masih saja terlihat menakutkan bagi rea walaupun ini bukan pertama kali ia menginjak lantai kantor karena membolos beberapa kali. Pria berumur 30-an itu memiliki tubuh tinggi besar layaknya orang timur tengah, memiliki kulit yang eksotis dan suara yang menggelegar.

Diam-diam rea bergidik, sungguh. Benar-benar menakutkan.

"Sini kalian" interupsinya pada langit dan rea.

Rea melirik langit diam-diam, cowok itu terlihat biasa saja. Dan tanpa membantah segera  melangkah dan berdiri tepat di depan meja yang memisahkan mereka dengan pak hakim.

"Saya tau kalian berdua cabut kemarin. Bisa-bisanya kalian cabut pada jam pelajaran saya" ucap pak hakim tegas.

"Iya pak, saya minta maaf" jawab langit sopan

"Kemana saja kalian, apa alasan kalian cabut seperti itu. Dan kamu langit" pak hakim menatap langit

"Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa mungkin rea yang mengajarimu membolos seperti itu?" Pak hakim beralih pada rea. Sorot matanya cukup berbeda saat ia menatap langit. Rea mendesis, guru ini sepertinya punya dendam pribadi padanya.

LANGIT (behind the Melorine) On Going✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang