chapter 12

37 26 3
                                    

Hola madu🍯🐝
Seperti biasa, semoga harimu menyenangkan. Walaupun hariku tidak😌
Jejaknya jangan lupa ditinggalkan
Untuk menghargai penulis dan bekerja sama😉

-terkadang manusia perlu membuat kesalahan. Agar mereka tau apa yang mesti perlu diperbaiki-
-author-
___________________________________________

Cewek dengan cardigan berwarna baby blue itu mendengus pelan seraya menatap datar rintik hujan yang menciprati sepatu converse putih miliknya. Sekarang siang hari, tapi hujan turun dengan derasnya. Rea melirik ponselnya berkali-kali berharap mendapat panggilan ataupun pesan masuk dari ilham, karena cowok itu berjanji untuk mengantarnya pulang dan menyuruhnya untuk menunggu di halte.

Sedangkan lily dan shei sudah menghilang lebih dulu. Oh ya, berbicara tentang shei. Anak itu tadi pulang beriringan dengan gema. Bagaimana bisa? Apa ada sesuatu yang ia tak tau?

Sontak rea mendongak cepat saat sepasang kaki berbalut kets hitam berdiri tepat di depanya. Begitu dekat, bahkan lututnya bersentuhan dengan kaki jenjang itu. Begitu tau siapa yang datang, rea terbelalak. Jantungnya tiba-tiba saja berpacu cepat.

Bagas memyeringai tipis "lagi nunggu pengawal lo?" Ucapnya meremehkan.

Rea mengalihkan wajahnya. Rasa tak suka menyeruak dari dalam dirinya. mulutnya terkatup rapat, tak sudi menjawab pertanyaan bagas. Rea sungguh tak menyangka, bagas yang dulunya periang; humble; humoris; lembut dan mudah tersenyum kini terlihat berbeda. Sekarang ia lebih terlihat seperti pecandu narkoba, emm atau lebih tepatnya narapidana.

Tubuhnya tersentak saat tiba-tiba bagas mencengkeram lenganya kuat, yang tentu saja mendapat perlawanan.

"Rea! Gue gasuka liat lo sama langit!" Bentakan kasar bagas sukses membuat rea berkaca-kaca. Jujur, tak pernah ada yang membentaknya seperti ini. Bukan berarti rea cengeng atau semacamnya, ia hanya terbiasa di besarkan di keluarga yang mendidiknya dengan penuh kasih sayang.

"Lo sadar gak sih? Lo yang putusin gue dan sekarang lo minta gue balik? Punya otak tuh dipake!" Ujar rea balas berteriak, walaupun suaranya kalah tenggelam dalam derasnya suara hujan. Air matanya mengalir deras.

"Kalau gue minta lo putusin langit?"kini bagas kembali berbicara, hanya saja tak sekeras tadi. Kini terdengar cukup lembut, namun sama sekali tak membuat rea tenang.

Rea menggeleng kuat, menepis kasar tangan bagas yang masih bertengger di lenganya.

"Lo pikir lo siapa?" Balasnya sinis.

Bagas menggeram marah, tangannya terulur mencengkeram kuat leher rea. Membuat rea yang kaget dengan gerakan tiba-tiba bagas pun terbatuk pelan.

"Ngga ada yang boleh sama lo!" Bentakan bagas membuat rea memejam takut. Matanya berair seraya mengais sisa-sisa udara di sekitar. Dimana ilham?

"Tolong jangan benci gue" nada suara bagas kembali memelan.

Rea terbatuk lagi, tanganya bergerak liar mencoba melepas tangan bagas. Namun apalah tenaganya yang tak sebanding.

Bagas tertawa pelan, merasa puas dengan apa yang ia lakukan. Cowok itu pun menjauhkan tanganya, membuat rea menunduk lemas. Setelah apa yang bagas lakukan rasanya semakin membuat rea membenci bagas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LANGIT (behind the Melorine) On Going✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang