Chapter 3*

6 2 0
                                    

Liona Pov

Malam itu pun berakhir ke esokan harinya aku sudah mulai masuk sekolah. Saat pagi tiba aku dan ayahku siap-siap bergegas untuk berangkat, sebelum itu aku masih berkaca sambil merapikan baju yang aku pakai. Aku pun bergumam ini hari pertama aku masuk di sekolahku yang baru aku sangat senang sekali kira – kira apa yang akan terjadi nanti. Hmm tak perlu di pikirkan yang penting lakukan dengan senang hati setelah itu aku pun keluar dari kamar. Setelah serapan selesai aku dan ayahku pergi dengan di antar ibu sampai depan rumah, kebiasaan kami sebelum pergi.

Aku menikmati perjalanan ke sekolah sambil melihat langit yang cerah dari dalam mobil, tak terasa aku pun sampai di sekolah. Setelah berpamitan dengan ayah aku masuk ke lingkungan yang baru. Aku melihat sekitar yang ramai dan masih asing menurutku. Aku tak sengaja menengok ke arah kanan dan aku melihat Veren lewat di hadapanku. Dengan wajah yang cerah terkena matahari pagi dan rambutnya yang terhempas angin pagi yang segar.

Seketika aku seperti melihat malaikat yang baru datang dari kayangan yang di takdirkan membuat hariku bersemangat, "Hei apakah dia akan melihatku dari sini? eh tunggu dia membalikan badan, aku harus mencari tempat sembunyi tapi dimana ya? Aku tau."

"Sepertinya ada yang mengikutiku, tapi... kemana orangya? Heeeh mungkin hanya halusinasiku saja."

"Aku tidak melihat siapa – siapa mungkin ini hanya perasaanku saja, ya sudahlah."

"Tunggu sepertinya dia sudah pergi. Baguslah haaaah aku legah sekali."

Author Pov

"Anak itu, cepat sekali mengetahui kalau ada yang melihatnya dia membuatku tidak berkutip lagi." lalu anak yang memebelakanginya memutar badanya dan bertanya.

"Berbicara dengan siapa batu atau rumput. Apakah mereka berbicara kepadamu?" tanyanya dengan wajah polosnya.

"Ti- tidak, tidak kok maaf aku tiba – tiba bersembunyi di belakangmu tadi aku panik dan tidak tahu harus bersembunyi dimana, miane."

"Tidak apa – apa bukan masalah, ngomong – ngomong kamu lucu juga ya. Kamu murid baru di sekolah ini? Aku baru pertama kali melihatmu."

"Iya benar, aku baru daftar beberapa hari yang lalu, ngomong – ngomong siapa namamu?"

"Namaku Han Gojun panggil saja Jun, anak kelas 11 dari dance performance salam kenal, kalau kamu?" menundukan badannya singkat.

"Namaku Liona Ardinata dari Indonesia, salam kenal," melakukan hal yang sama.

"Liona Ardinata, nama yang bagus dan aku sudah tahu sedikit soal Indonesia menurutku itu tempat yang menarik," katanya memuji.

"Tentu saja, Indonesia memiliki banyak spot menarik untuk di kunjungi kamu bisa datang ke sana untuk berlibur," menjelaskan dengan antusias.

"Dengan senang hati aku akan ke sana. Hei siswa baru seharusnya berkumpul di lapangan sekarang, untuk di beri pengarahan."

"Ah jinjja?" jawab Liona membulatkan mata.

"Ehm, mari aku antar."

"Wah gomawo oppa," memberikan senyuman manis.

Mereka pun pergi ke lapangan sekolah di sana banyak sekali anak baru yang sedang berdiri Liona masuk ke dalam barisan. Sedangkan Jun mencari tempat teduh untuk melihat suasana. Ia jatuh cinta dengan wajah serius Liona saat sedang mendengar pengumuman. Ia membayangkan hanya melihat Liona di sana dengan suasana teduh dan angin membelai rambutnya dengan pelan, sebegitu terpesonanya Jun terhadap Liona ia pun tersenyum tanpa sadar. Lalu temannya datang dari belakang untuk mengejutkannya lalu dia merangkul pundak Jun secara tiba-tiba membuat lamunannya seketika buyar.

"Booya!! sedang melihat siapa? Mukamu serius sekali." Jun pun menjawab dengan ekspresi datar sambil melihat ke arah lapangan.

"Tidak, tidak ada," berusaha mengelak.

"Tidak mungkin, kau pasti sedang melihat seseorang di sana karena tatapanmu itu berbeda aku tahu persis dirimu. Aaahhh... " sambil memukul pundak Jun.

"Kau sedang tertarik dengan seseorang, benar kan?" terkanya yakin.

Jun mengelus pundaknya yang sakit karena di pukul, "Tidak, aku hanya sedang melihat siswa siswi baru jangan sok tau sejauh ini belom ada yang membuatku tertarik," menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Tidak mungkin aku tidak percaya aku tahu kau sudah menolak wanita yang mendekatimu berkali – kali, selama bulan belakangan ini. Apa yang kau cari Jun kau ini sulit sekali untuk peka pada wanita?"

"Aku menolak karena aku tak suka dengan mereka dan aku juga sama sekali tidak tertarik lebih baik aku jujur dari pada aku di kekang dengan mereka, kau mau aku seperti itu?"

"Anniya... ku ingin kau bahagia."

Barisan pun telah bubar dan mereka sudah akan masuk ke kelas masing – masing tapi Liona masih mencari Jun. Lalu ia melihatnya di samping pohon yang teduh sedang berbincang bersama temannya. Liona pun menghampirinya dan memanggil namanya dari kejahuan.

" J –Jun oppa...!" Jun bersama temannya melihat Liona yang sedang berlari menuju ke arahnya. Teman Jun pun sadar bahwa wanita itu yang ia lihat selama berbicara dengannya, Liona melambaikan tangannya, "Annyeong! Oppa."

"Ah annyeong," dengan senyum unjuk giginya.

"Aku mau bilang terima kasih karena telah mengantarku ke sini kalu tidak ada oppa aku tidak tau harus bagaimana," dengan tersenyum manis.

"Sama – sama aku senang mengantar murid baru di sini. Dan nomong – ngomong kenalkan ini temanku Nam Jeon panggil saja oppa Jeon dia teman sekelasku dan teman bermainku."

"Salam kenal senang bertemu denganmu," sambil membungkukkan badan.

"Dan ini Liona Ardinata murid baru dari Indonesia," Liona menjawab dengan cara yang sama.

"Karena kalian sudah saling kenal, ayo Liona ku antar ke kelasmu aku tahu dimana ruangannya."

Liona langsung menolaknya secara halus, "Tidak usah oppa aku akan cari ruanganku sendiri," ujarnya menggelengkan kepala pelan.

"Benarkah? Ruangan di sini sangat banyak dan luas kau pasti akan salah jalan."

"Tak perlu khawatir ada senior yang akan mengantarku, itu dia dan itu rombonganku." Liona menunjuk ke salah satu senior yang ada di sana dan dia itu adalah Veren, teman akrab Jun semenjak SMP.

"Oh Veren baguslah, selamat menjalani hari pertama di sekolah."

"Ehem, oppa juga ya. Annyeong," melambaikan tangan.

"Ne annyeong," jawab keduanya penuh semangat, mereka pun berpisah.

Jeon bergumam dalam hati sambil melihat wajah Jun haha liat tatapannya itu tidak lepas sama sekali dari gadis itu, heeem apa ini pertanda dia mulai menyukainya? Aku makin penasaran setelah melihat punggu Liona sudah menjauh ia membalikan badan lalu pergi ke kelasnya tiba-tiba Jeon terkekek geli.

"Pffffttt kekekek."

"Ada apa, apa ada yang lucu?" tanyanya penuh tanda tanya di pikirannya.

"Hihi tidak ada."

"Kenapa firasatku jadi tidak enak," mengelus dadanya.

"Ah sudahlah ayo kita cepat masuk sebelum dihukum pak galak," mereka berlari menelusuri koridor secepat mungkin karena kalau sampai terkena hukuman guru galak yang Jeon maksud mereka akan di panjing di luar kelas sampai jam berikutnya, tentu saja itu akan merusak image 'anak rajin' mereka nantinya.

hi guys buat aku makin semangat nulis dengan vote dan comment ya, karena itu sangat berharga bagiku makasih dah mau mampir.

Hidden Love [ SVT Ff ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang