Chapter 8*

5 1 0
                                    

Back to Vernon House

Malam itu Choi Yena sedang membereskan meja sehabis makan malam, sedangkan Veren yang mencuci piring sehabis makan. Saat mereka sedang sibuk dengan pekerjaannya, tak lama ada yang membunyikan bel di luar Veren berteriak dari dapur "Yenaaaa, bisakah kau bukakan pintu? Tanganku penuh dengan busa sekarang."

"Aaaah oppa, jika yang di luar itu seorang maling dan dia menyulikku bagaimana?" Dengan nada bicara yang manja.

"Tidak mungkin sayang, mungkin saja itu ayah dan ibu yang pulang cek saja dulu dari layar monitor baru kau buka pintunya."

"Baiklah oppa." Mungkin itu ayah dan ibu yang pulang, dan membawakan sesuatu untuk di makan yess makan lagi batin Yena dengan kegirangan. Bel masih berbunyi beberapa kali sampai Yena membukakan pintu, ia pun mengecek layar monitor dengan wajah yang gembira dan berharap apa yang di katakan kakaknya benar. Dan ternyata itu adalah Gojun dan yang lain dengan membawa tas punggung, Go Seung mulai berteriak "Veren!! Tolong bukakan pintunyaaaa kami ingin masuk, jangan biarkan kami kedinginan di luar sini..."

dan Yena mengerutkan wajahnya karena kecewa. "Iyaaa, sebentar dasar bawel," sautnya dengan nada kesal, Yena pun membukakan pintu dan mereka menyapa dengan gaya yang sok cool "Annyeong, Yena yang cantik... Verenya ada tidak?"

"Masuk saja dia sedang ada di dapur. Sihlakan duduk dulu aku panggilkan," ucapnya malas.

Jeonghan melanjutkan bicaranya "Gomawo Yena," mereka berbincang sambil menunggu Veren selesai dari dapur, akhirnya ia pun muncul dengan menggunakan celemek dengan motif bunga – bunga, mereka sontak tertawa melihat ekspresi Veren dan celemek yang di pakainya. Seung mengeluarkan jurus bacot andalannya. "Inilah... calon bapak rumah tangga yang patut di contoh, pffftt... aku suka celemekmu hahaha."

Yoonji menambahkan lagi "Ver, wajahmu ganteng dan rupawan kenapa kau harus menggunakan celemek bunga – bunga? Ada ada saja."

Ujin dan Jun membela Veren yang wajahnya hampir meledak mengeluarkan api, Jun mulai duluan "Hey, kalian bercanda jangan seperti itu, jika Yena tau kalian bisa di marahinya."

Di lanjutkan dengan Ujin. "Iya kalian ini tidak baik menertawakan Veren seperti itu. Lihat wajahnya memerah."

"Iya kalian belom pernah kena cubit Yena, aku sih tidak mau ikut – ikutan kalo kalian yang kena masalah jangan ajak – ajak kami," Jeong menjelaskan dengan tegas. Lalu tak lama Yena datang dari belakang Seung dan Yoonji, dengan mencubit perut mereka kuat. "Siapa yang ngatain kakakku tadi... belom pernah kena cubit ya?" Dengan mata melotot.

"Aiggo... aduuuuh sakit Yen cubitanmu pedas juga, ka ka kami minta maaf Yen, tolong lepaskan cubitanmu ini sakit sekali."

"Minta maaf dengan kakakku baru ku lepaskan, kalo tidak..." masih menyubit perut mereka semakin kuat.

"Ne...ne... mianne Veren, kami keterlaluan kami minta maaf jangan marah yaaa?"

"Baiklah. Yen tolong lepaskan cubitanmu aku tak mau perut mereka tambah melar karena kau cubit kasian mereka gak sixpeck lagi," dengan meletakkan kedua tangan di pinggang.

"Baiklah cheona, maaf di terima kalian bebas sekarang," melepas cubitnya perlahan.

"Gomawoyyo... kau baik sekali Ver kami tidak akan macam – macam lagi aku tak mau perutku tidak ramping lagi," sambil mengelus bekas cubitan Yena. Mereka semua tertawa terbahak – bahak melihat ekspresi Yoonji dan Seung yang sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Tangan boleh kecil tapi kalo nyubit, jangan dibilang," saut Veren sambil mencubit pipi Yena dengan pelan.

Seung mulai menyaut lagi "Aku angkat tangan kalo berurusan dengan Yena, ternyata tangannya kuat juga, lebih kuat dari tangan Jeong."

"Apa... kau bilang?! sini kau perut buncit! biar ku tarik lagi perutmu biar tambah melar," mereka berkejaran di ruang tamu, dan membuat suasana yang sunyi menjadi rame. Tak lama kemudian orang tua Veren pulang Yena langsung memeluk ibunya, Veren dan yang lain memberi hormat kepada mereka, "Anyyeong ajussi, ajumma," pak Hansol membuka pembicaraan "Anyyeong, wah wah kalian teman – teman Veren kan?"

"Ne ajjusi!!" jawab mereka berbarengan.

"Kalian tampaknya sangat menyenangkan, bisa membuat rumah ini menjadi rame,"

Jun menjawab dengan santai "Khamsahamida ajjusi, kita memang suka seperti ini dimana saja dan kapan saja dengan senang hati kami berkunjung ke sini untuk meramekan suasana."

"Tinggal hubungi kami dan kami akan datang, dan siap melayani," saut Ujin dengan santai

"Wah baguslah kalau begitu, baiklah selamat bersenang – senang, saya tinggal dulu."

Ibu Veren menaru makanan di atas meja untuk mereka makan "Jangan lupa dimakan makanannya semoga kalian suka."

"Terima kasih ibu, muuuah," Veren mencium pipi ibunya.

Dan mereka serentak bilang "Aaaawwww, so sweet."

"Aku juga mau di cium oleh mu Ver," kata Seung sambil menunjukkan pipinya.

"Minta cium dengan kucingku saja. Biarku ambilkan."

"Eh, tidak usah repot – repot, lupakan saja."

"Hahahaha," mereka mulai tertawa lagi, Yoonji dan Seung memang selalu membuat suasana rame, setelah itu merekapun memulai mengerjakan tugas rumah bersama.

**

Di kamar saat ini Liona sedang membuat prnya dengan serius dengan ditemani dengan lampu belajar kesayangnnya yang berwarna ungu sambil bersenandung agar tidak bosan. Tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya dengan suara khasnya yang membuat gadis berambut sebahu itu menyerengitkan dahi sambil bertanya-tanya siapa gerangan jam segini mendatanginya itu pasti Riana tapi gak mungkin dia dateng malem-malem begini batinnya lalu menggelengkan kepalanya.

"Siapa?!"

"Buka dulu pintunya Lio," teriak gadis dibalik pintu.

Liona perlahan-lahan mendekati pintu lalu memutar kuncinya dan benar tebakannya dia adalah sobatnya Riana yang datang membawa ole-ole untuknya dan sekaligus membawa tas ransel untuk belajar bersama dengannya. "Welcome princess Riana silakan masuk," sapa Liona tersenyum anggun.

"Khamsahamida chingu. Maaf ya aku datang dadakan soalnya ayahku baru saja pulang dari luar kota membawa ole-ole jadi sekalian aku mau belajar di sini," jelasnya sambil tercengir.

"Tidak masalah, justru aku senang kau datang soalnya aku bosan belajar sendirian. Ngomog-ngomong ole-ole apa itu?"

"Ini pajangan yang diukir dari kayu yang berbentuk baju hanbok aku juga punya, lucu kan?"

"Iya lucu banget aku suka, makasih ya?"

"Ehem. Oh kau sudah mengerjakan tugas yang dikasih bu Jungna aku baru buat sebagian," mengeluarkan buku prnya dari dalam tas. Liona pun mengeluarkan meja lipat di bawah beserta alas duduk untuk Riana lalu membahas tugas yang akan dikumpulkan besok dengan serius tapi Liona baru saja akan mengerjakannya jadi masih belum ada jawaban apapun di lembaran buku miliknya. Riana membantu sobatnya itu mengerjakan soal-soalnya dengan kerja sama mereka juga tidak hanya belajar melainkan juga memakan cemilan yang ibu sediakan untuk menjadi pendamping belajar mereka tak lupa dengan minumnya. Karena terlalu serius membuat tugas tak terasa waktu berlalu dengan cepat dan perasaan Liona sangat senang bisa belajar dengan sobatnya setelah sekian lama.

Hidden Love [ SVT Ff ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang