3

1.9K 196 9
                                    

Malam ini, Donghyuck keluar dari kamarnya karena tak kunjung mendengarkan suara Ibu atau bahkan Ayahnya— mengapa mereka bekerja sekeras ini, sebenarnya ada apa dengan pekerjaan Ayahnya, sungguh ia tidak tahu menahu tentang hal tersebut, yang ia ketahui perusahaan ayahnya mengalami penurunan dan Donghyuck sedih akan hal itu

Karena, Ayah dan Ibunya telah melalui hal-hal sulit hanya untuk mempertahankan perusahaan. .

Dengan satu kotak kecil yang berada di dalam genggamannya, Donghyuck memilih untuk keluar dari rumah sebari berjalan kaki

Sebenarnya ia tak yakin bisa kembali ke rumah dengan jalur yang sama— tapi jika dirinya tak mencoba, ia tidak akan pernah tahu-menahu tempat tinggalnya yang baru

Dan dengan langkah pelan, Donghyuck terus berjalan sebari menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya— pemandangan dan udara disini cukup menyejukkan, manik mata Donghyuck berbinar dalam kegelapan malam menikmati kemerlap lampu hias yang menghiasi jalanan

Kemudian, setelah menikmati pemandangan dan mencoba merekam sebaik mungkin jalan yang harus ia hafal ini— Donghyuck berjalan mendekat ke arah suara dimana air mengalir, sungai yang terlihat begitu jernih walaupun berada dimalam hari sangking bersihnya, Donghyuck berhenti dari langkahnya dan berjongkok tepat di hadapan sungai tersebut

Senyumannya terpancar tanpa ia sadari, sungguh— Ayah dan Ibunya membawanya ke tempat yang ia sukai

Ngomong-ngomong tentang sungai— tiba-tiba Donghyuck teringat mengenai Teluk Suncheonman

Teluk Suncheon adalah salah satu tempat perlindungan ekologi dan satwa terpenting di Korea. Teluk ini dikelilingi oleh semenanjung Goheung di sebelah barat dan semenanjung Yeosu di sebelah timur, sehingga tampak seperti danau besar

Suncheonman sendiri memiliki pemandangan yang indah seperti yang pernah ia lihat di internet, dengan dataran pasang surut yang membentang sepanjang pesisir yang dikelilingi pulau-pulau kecil, gunung, dan lahan rawa

Donghyuck membaca jika dataran rerumputan di Suncheon merupakan yang terluas di Korea. Pada bulan Oktober, pasang air laut yang membanjiri akan membuat lahan tersebut menjadi warna merah. Ia sungguh penasaran, apalagi sekarang dirinya sudah menapakkan diri di tanah Suncheon- sepertinya ia harus mengajak Ayahnya itu berkeliling

Larut dalam fikiran nya, Donghyuck menyudahi kegiatannya yang bermain air. Ia tak yakin dengan sungai yang dihadapannya ini, jika bukan Sungai Isacheon makan ini Sungai Haeryongcheon

Setelahnya, Donghyuck kembali berdiri dan teringat tengah menggenggam sebuah kotak kecil yang hendak ia buang. Tetapi malah terbawa sejauh ini, maka hal yang ia cari sekarang adalah tempat sampah

Bruk!!

Donghyuck menegakkan tubuhnya, dan berbalik— terlihat sepedah tua yang di keranjangnya terdapat beberapa kue yang sial nya berserakan akibat ulahnya

Tiba-tiba saja, seorang laki-laki datang ke arahnya dengan berlari dan segera membenarkan sepedah nya— dan Donghyuck turut adil memunguti kue tersebut

"Apa ini milikmu?" Tanya Donghyuck panik

"Sungguh, aku minta maaf karena membuat kue ini jatuh" Jelas Donghyuck, tapi laki-laki tersebut tak mengubris perkataannya, sampai kue yang berserakan itu telah bersih dan berkumpul di kotak keranjang penuh tanah

Laki-laki tersebut mengangkat tangannya dan menggelengkan kepalanya, Donghyuck memiringkan kepalanya tak mengerti

Tangannya tak sengaja ikut terangkat dan bergerak mengikuti laki-laki dihadapannya ini, seolah mengatakan tidak

Dan, perasaan hangat tiba-tiba masuk menyelimuti dada juga telapak tangannya yang digenggaman laki-laki dihadapannya ini—

"A—aku sungguh minta maaf, akan aku ganti" Lirih Donghyuck sebari menundukkan kepala, tapi ia tak mempermasalahkan tangannya yang berada didalam genggaman orang asing

Sebuah note kecil masuk kedalam penglihatannya, ia membacanya dengan seksama—

'Maaf, aku tidak bisa mendengarmu'

'Bisakah kau menuliskannya disini?'

Donghyuck bungkam— membaca note kecil dengan tulisan rapih dalam penglihatannya, kepalanya terangkat melihat bagaimana seseorang memperlihatkan wajah yang tenang. Terlebih dengan garis mata indah milik seseorang dihadapannya ini yang tengah menyunggingkan senyuman teduh

"A-aku—

Donghyuck terkesiap, lalu meraih note tersebut beserta penanya, membalik mencari lembaran baru dan menuliskan sesuatu disana

"Maaf, aku tidak sengaja melakukan. Aku sungguh menyesal karena ceroboh saat berjalan"

Seseorang dihadapannya ini membaca tulisannya, menatap dirinya kembali dengan senyuman, segera Donghyuck kembali menulis

"Aku akan menggantinya, katakan nominalnya. Aku berjanji akan membayarnya"

Lagi-lagi, seseorang dihadapannya hanya tersenyum dan menggeleng. Donghyuck sungguh tidak mengerti,

'Tidak apa, lagi pun kue yang hendak ku jual itu sudah basi'

Perasaan Donghyuck berkecamuk, rasa bersalahnya hadir dan dadanya sakit membaca note tersebut. Jadi, laki-laki ini sedang berjualan? Tega-nya ia yang membuat jualan orang ini rusak

'Lee Jeno'

Manik keduanya bertemu, Donghyuck dengan kikuk menggerakkan tangannya ke udara dan bergerak dengan bahasa isyarat yang ia ketahui sedikit

"Itu nama mu?"

Jeno, terkejut melihat seseorang dihadapannya bisa bahasa isyarat. Dengan senang, Jeno membalas dengan anggukan

"Perkenalkan aku Donghyuck" Senyum Jeno hilang, kenapa Donghyuck kembali menulis?

"Hehe, sebenarnya aku hanya bisa itu, selebihnya aku tidak bisa" Dalam keadaan canggung, Jeno melepas genggamannya

Dan, perasaan hangat itu menghilang—


















Bersamaan dengan, terakhir kalinya Donghyuck melihat Jeno.

.

.

"Hyuck— cepat tidur, besok kan harus sekolah" Ten mencoba memperingati, karena anaknya itu hanya duduk berdiam diri di atas sofa

Donghyuck dan orang tuanya bertemu, saat dirinya ingin berbicara banyak dengan Jeno. Dan dia lupa, untuk menanyakan. Dimanakah ia bisa bertemu Jeno lagi—

. . .

vote, follow, dan komen
tuan-ty

semoga kalian suka dengan cerita ini!!

Kamis, 30 Maret 2023

LEE JENO [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang