9

1.4K 167 3
                                    

Donghyuck, mendengkur halus dengan pipi tembamnya yang terapit meja belajar. Jeno menarik tubuh Donghyuck perlahan, menggendong tubuh berisi Donghyuck untuk ia bawa ke kamar— keduanya sudah menghabiskan banyak waktu seharian ini. Dari berbincang banyak hal ditemani Jeffrey Hyung, lalu belajar bersama, dan tinggalah keduanya dengan Jeno yang terus berterimakasih karena Donghyuck sudah meminjamkan alat bantu dengar ini kepadanya

Sebelumnya, ia memang tidak berharap lebih untuk memiliki alat bantu dengar sendiri. Karena harganya sangat mahal, jangankan untuk membeli— ia juga tak mampu bersekolah khusus karena biayanya yang terlampau besar. Selama ini, ia hanya belajar bersama dengan ibunya, ia belajar dengan buku usang milik mendiang ayahnya

'Tidak, jangan dilepas. Alat ini untuk Jeno dari Hyuckie'

Jeno merebahkan tubuh Donghyuck dengan pelan, tak ingin si manis terbangun karena gerakannya yang kurang hati-hati. Donghyuck pasti kelelahan, ia sudah melewatkan tidur siangnya hari ini karena sibuk khawatir akan keadaannya

Dengan posisi tidur yang menurutnya sudah nyaman, Jeno memandang Donghyuck dengan tatapan yang sulit di artikan. Tangan nya yang sedikit ragu itu tetap terulur memberikan usapan kepada Donghyuck yang terlihat menggemaskan berkali-kali lipat saat tertidur. Tanpa sadar, ia menundukkan tubuhnya, dan memberikan kecupan singkat pada permukaan pipi tembam Donghyuck—

"Hyuckie, terimakasih dan selamat malam" Ucapnya lirih

Dirinya bangkit, berjalan menjauh dan menoleh memastikan Donghyuck tetap lelap di ambang pintu. Ia tersenyum, melihat Donghyuck yang menggeliat mencari posisi yang nyaman. Setelahnya, Jeno berlalu— turun untuk menemui Jeffery Hyung dengan perasaan kalut

Tangannya mengepal, saat ia melihat pria yang sudah mulai matang itu duduk seraya memainkan ponsel. Jeno kembali menundukkan kepalanya, tak kuasa melihat wajah yang mirip sekali dengan mendiang Ayahnya— ia tidak sanggup

Jeffrey menyadari keberadaan Jeno. Ia bangkit, memberi tepukan pelan "Merasa lebih baik? Ini sudah malam, aku akan mengantarkan mu pulang"

"T—tidak perlu, Donghyuck sendirian disini" Ucapnya gugup

Jeffery mengangguk maklum mendengar cara bicara Jeno "Sebentar lagi kedua orang tua Donghyuck kembali, tak apa— aku memang berniat mengantarkan mu kembali"

Merasa kesulitan untuk kembali menolak, akhirnya Jeno mengangguk. Berjalan beriringan ke arah mobil yang terparkir rapih di depan sana

.

.

Jeno, meremat ujung bajunya. Sekarang ia kalut, kalut saat melihat ibunya tengah membersihkan peralatan dapur dengan keadaan membelakangi nya

Tangannya terangkat, mendorong pintu Toko Kue ibunya yang tentu saja berbunyikan lonceng. Kini Taeyong, membalik badannya— melihat putra nya berdiri diam saja

'Jeno, ada apa?' Tanya nya dengan bahasa isyarat

Jeno semakin mengepalkan tangannya, "E—eomma"

Prang!!

Taeyong tiba-tiba saja limbung, kaki-kakinya terasa lemas seketika. Jeno mendekat karena terkejut,

"Jeno, sudah bisa mendengar dan berbicara"

"Anak eomma—" Ucapannya menggantung, ia melihat putranya menyingkirkan tudung hoodie yang menutupi kepala putranya dan memperlihatkan alat bantu dengar sudah terpasang di sepasang telinganya

"Ada apa?! Maaf aku terkejut mendengarkan suara barang berjatuhan tadi" Jeffery tiba-tiba datang, mengejutkan Jeno terlebih Taeyong yang sudah mematung

"H—hyung" Jeno kelabakan, ia mencoba menutup pandangan Taeyong yang sayangnya sudah terlanjur melihat ke arah Jeffery

'Jaehyun' Jerit Taeyong dalam benaknya





"S—sebelumnya, aku berterimakasih dan meminta maaf membuatmu merasa tak nyaman" Taeyong kini tengah berbincang bersama Jeffery

Jeffery mengerti kemana arah pembicaraan yang dimaksud ibu Jeno "Itu permintaan Donghyuck, untuk yang tadi— tidak masalah"

Jeffery memandang ibu Jeno dari samping, masih sangat cantik untuk ukuran seorang yang sudah memiliki anak remaja seumuran Jeno. Sedangkan Taeyong, memandang ke arah lain dengan air mata yang masih saja mengalir membasahi pipinya. Ia hanya mengingat mendiang suaminya, rindu yang sudah terkubur dalam itu meluap menyakitinya lagi, sekarang ia tiba-tiba saja diingatkan dengan keajaiban Tuhan yang mendatangkan orang lain yang sangat mirip dengan suaminya di hadapan nya langsung

Ia menundukkan kepalanya, merasa lucu ketika fikirannya mulai merambat dan mengatakan jika Jeffery adalah Jaehyunnya. Itu sangatlah tidak mungkin, ia sendiri yang merawat Jaehyun untuk terakhir kalinya disaat suaminya terbaring dalam peti bahkan saat peti itu tertutup lalu dikubur bersama dengan terkubur nya seluruh harapannya

Taeyong mengusap tangannya, ia dapat melihat jika kedua tangannya sudah mulai mengeriput. Jeffery masih sangat muda, tentu sangat jauh dengan Jaehyunnya. Jika saja suaminya itu masih ada— mungkin Jeffery akan terlihat seperti adik atau bahkan anaknya sendiri

Ini sudah tahun keberapa Taeyong, Jaehyun mu sudah tiada 6 tahun yang lalu . .

. . .

19 Juli 2023

LEE JENO [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang