8

1.2K 163 8
                                    

Ting!

Bunyi bel rumahnya terdengar di penjuru ruangan. Donghyuck bangun dari bangku tempatnya belajar— namun sebelum ia melangkah, tangannya dicekal oleh seseorang

"Hey, ingin kemana. Belajarmu baru saja dimulai"

"Ck, Hyung ini— temanku sudah datang!"

"Apa, teman?! Kau memintaku selama 2 bulan disini untuk mengajarmu, dan sekarang kau malah mendatangkan seorang teman untuk bermain. Dasar anak nakal—"

"Hyung cerewet sekali!" Dengan sekali hentak, Donghyuck melepaskan genggaman tangan Jeffery dan berlari menuju pintu utama rumahnya. Dimana Jeno didepan sana tengah menunggu nya

Donghyuck menetralkan nafasnya terlebih dahulu, lalu membuka pintu. Bertabrakan dengan manik milik Jeno— membuat jantungnya kembali berpacu cepat

Ia menarik tangan Jeno, membawanya ke arah ruang belajarnya. Dengan Jeno yang hanya mengikutinya dari belakang

Mendengar suara langkah kaki, Jeffery menoleh—

Donghyuck mengernyitkan dahinya, Jeno menahan diri untuk kembali melangkah hingga ia yang memiliki tenaga tak seberapa itu menoleh melihat ke arah Jeno yang berdiri mematung seraya memandang lurus ke arah

Hyung Jeffery?

Manik mata Jeno tiba-tiba saja memanas, sedangkan Jeffery kebingungan— demi seribu lebah, ia merasa jika dirinya tidak sedang memandang teman Donghyuck sekejam itu. Kenapa teman Donghyuck seperti takut kepadanya??

Dan tepat saat Jeffery berdiri. Jeno pingsan, limbung— secara tak sengaja hampir menubruk tubuh Donghyuck namun Jeffery menangkapnya terlebih dahulu

"Tidak! Tidak Hyuck, jangan takut. Temanmu tidak apa-apa, telepon dokter dengan ponselku" Dan Donghyuck mengangguk mengerti, menelepon dokter seraya menggenggam ponsel dengan keadaan tangan bergetar hebat

Jeffery, membopong tubuh Jeno ke arah sofa. Ia memandang wajah pucat remaja ini bingung, setelahnya ia juga meraih tubuh Donghyuck untuk ia peluk. Si kecil ini terisak ketakutan, dan ia hanya mampu mengatakan jika teman Donghyuck tidak kenapa-kenapa

.

.


"Tak apa, anak itu hanya mengalami shock ringan. Tolong jangan membebani pikirannya" Dokter, tengah memeriksa Jeno yang sudah bangun dari pingsannya. Terduduk dengan kepala menunduk dalam, lalu menjabarkan jika semuanya masih dalam keadaan normal

Donghyuck, mendekati Jeno lalu memeluknya erat sebari terisak keras hingga membuat Jeno tersadar dari lamunannya—

'Hyuck maaf, aku sudah baik-baik saja'

'Kau tiba-tiba saja pingsan, aku khawatir sekali'

'Aku hanya terkejut, melihat seseorang— mirip sekali dengan mendiang Ayahku'

'Hyung Jeffery?'


Jeffery, memicingkan matanya. Merasa aneh dengan dua anak remaja didepannya ini saling menuliskan pesan di atas note kecil. Sebenarnya apa yang mereka lakukan? Waktunya terbuang percuma, jika tau di abaikan begini ia lebih baik menghubungi kekasihnya disana daripada melihat dua remaja ini masih sibuk dengan keadaan yang sama. Pikirnya, aneh sekali tidak ada obrolan sedikitpun

Tunggu— tidak mengobrol, apa ini ada kaitannya dengan alat bantu dengar yang Donghyuck pinta??

Ia meronggoh satu laci meja, menatap sepasang alat yang masih terbungkus rapih dengan tatapan yang sulit di artikan. Tanpa ragu, Jeffery melangkahkan kakinya mendekat— kembali membuat Jeno berjengit


"Hyung, pergi. Jeno takut dengan Hyung!" Sergah Donghyuck, ia bahkan memeluk posesif Jeno

Jeffery yang melihat itu mendengus "Lalu siapa yang akan memasangkan alat ini, kau bisa?!" Sentaknya geram, Donghyuck merengut kesal, namun melepaskan diri dari Jeno

Kini Jeffery duduk dihadapan Jeno, membuka kemasan alat bantu dengar itu secara hati-hati. Meminta izin kepada seseorang dihadapannya ini untuk ia pasangkan alat tersebut secara bergantian. Lalu Jeffery mencoba bertanya

"Kau mendengarkan ku?" Tanyanya dengan suara pelan


Jeno memegang sekitaran telinganya dan meringis karena berdengung nyaring, namun samar-samar ia bisa mendengar suara kecil seperti aliran air dari aquarium ikan, bunyi udara yang menerpa tirai, dan jelasnya suara orang dihadapannya ini. Jantungnya berdegup kencang, merasa tak percaya— bahkan ia hampir menarik alat bantu di telinganya untuk memastikan namun ditahan oleh Jeffery

"Tenanglah, lambat laun kau akan terbiasa dengan alat itu"

"Bisakah kau menjawab pertanyaan ku?" Jeffery kembali bertanya, masih berkata dengan suara pelan. Ia mengulurkan tangannya, membenarkan letak alat tersebut agar Jeno merasa nyaman

"Siapa namanya?" Tanyanya kepada Donghyuck

"Jeno" Ucap Donghyuck, yang ikut mengecilkan volume suaranya. Mata bulatnya bahkan menatap serius ke arah Jeno, lucu— hingga Jeno berdebar mendengarkan suara Donghyuck untuk pertama kalinya

"Baiklah, Jeno. Kau bisa menjawab pertanyaan ku?"

"A—aku" Jeno menitikkan air matanya, ia bisa mendengar?

"A—ayah" Ucap Jeno lagi dengan tergagap, ia bisa berbicara kembali?

Jeffery, mendekatkan dirinya. Meraih Jeno yang duduk dengan tegang dihadapannya, hatinya ikut berdenyut ngilu. Sekarang ia tahu, mengapa Donghyuck bisa terisak keras jika terjadi apa-apa dengan temannya

Lihat, Jeno meraung menangis keras sekai. Memeluknya erat, sebari memanggilnya dengan sebutan Ayah tanpa henti .  .

Ternyata Jeno, telah kehilangan Ayahnya di masa lalu.

. . .

20 Juli 2023

aku gatau book ini dapet angst nya atau ngga,
tapi semoga saja kalian suka ya.

LEE JENO [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang