Semua karakter bukan
milik saya, saya hanya
meminjamnya.All carakter by:
J. K ROWLINGIs't Drarry
(boyxboy)
Don't like, so don't read!!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tatapan kedua manik silver itu menyendu, menatap awan bewarna hitam pekat dilangit. Akan hujan sebentar lagi, tapi sang pemuda tidak berniat untuk kembali. Jubah dan pakaiannya mungkin akan basah jika dia tidak kembali sekarang.
Tapi dia tidak peduli, dia akan menunggu sebentar lagi. Menunggu seseorang yang tentu tidak akan datang kepadanya.
Mengalihkan pandangannya dari langit, kini pemuda bermata silver itu memandang kastil Hogwarts dari menara Astronomi.
Kastil itu sudah terlihat gelap, menandakan sebagian murid dan guru sudah kembali keasrama dan kantor mereka.
Yang artinya makan malam di aula sudah berakhir sejak tadi.
Tersenyum kecut dan berusaha menahan rasa laparnya, menyakinkan dirinya sendiri jika orang yang dia tunggu akan datang sebentar lagi. Meski itu adalah hal yang mustahil.
Dia lalu mengalihkan pandangannya menuju danau hitam yang berada disamping kanan menara, danau itu banyak memberikan kenangan indah untuknya.
Tempat yang selalu menjadi saksi bisu kedekatannya dengan sang pahlawan dunia sihir, tempat itu yang selalu dia gunakan untuk bertemu dengan Harry Potter, selain menara Astronomi yang dia tempati berdiri sekarang.
Mengali kenangan bersama Harry dia tersenyum kecil, tersenyum mengingat bagaimana mata hijau itu bersinar saat dia memandang bintang bersama Draco, bagaimana mulut kecil itu mengerucut kecil saat dia marah, dan bagaimana lembutnya rambut sarang burung itu saat
Draco mengusapnya.Tapi itu tidak akan terjadi lagi, Harry sudah berubah, dia tidak mau bersama Draco lagi. Harrynya sudah menjadi milik orang lain. Draco tertawa kecil, mengingat Harry bahkan tidak pernah menjadi miliknya.
Kebersamaan mereka, Draco bahkan ragu jika itu berarti sesuatu bagi Harry. Draco berharap terlalu tinggi, tentu saja Harry menemani dan menghiburnya saat perang terjadi hanya karena Harry tidak akan membiarkan seseorang bersedih
pasca perang.Harry hanya bersikap layaknya pahlawan sebagaimana mestinya. Dan Draco sama saja dengan banyaknya orang yang dihibur oleh sang pahlawan.
Dia hanya terlalu berharap, menharapkan bahwa dia berarti sesuatu bagi Harry.
Kini Harry sudah menemukan seseorang yang pantas untuknya, seseorang yang pemberani, bukannya seorang pengecut yang tidak bisa menolak perintah pangeran kegelapan.
Dia seorang pengecut yang hanya bisa menangis dan menyakiti dirinya sendiri saat orang tuanya disiksa oleh pangeran kegelapan.
Wanita yang bersama Harry adalah seseorang yang pemberani, seorang yang selalu bersama Harry, wanita yang yang tak takut melawan pangeran kegelapan.
Wanita yang luar biasa, bukannya seorang Death Eater sepertinya.
Menengadahkan wajahnya menhadap langit, Draco merasakan tetesan air dipipinya.
Akhirnya hujan turun, menjadi pertanda bahwa Draco harus kembali ke asramanya.
Menghela nafas dan mengeratkan jubahnya, Draco akan kembali ke asramanya dan menunggu lagi besok.
Draco sudah keluar dari menara Astronomi dan berjalan menuju asrama Slytherin sampai dia melihat sosok yang selalu dia rindukan, sesosok yang selalu dia mimpikan, dan sesosok itulah yang selalu dia tunggu dipuncak menara Astronomi.
Draco ingin menghampirinya, jadi dia melankahkan kakinya kearah Harry, sebelum dia menyadari bahwa Harry tidak sendiri.
Wanita cantik berambut merah panjang sedang memeluk Harry.
Draco berhenti, menatap pasangan yang sedang bermesraan ditaman Hogwarts tanpa peduli akan sekitar. Berbagi kehangatan dengan berpelukan dan tidak menyadari kehadiran Draco.
Draco hanya berdiri mematung menatap kedua orang yang sedang bermesraan itu. Mengutuk kaki dan matanya yang tidak mau bergerak ataupun mengalihkan pandangannya dari dua anak adam dan hawa itu.
Tapi pemandangan yang begitu menusuk hati Draco membuat Draco berbalik dan berlari menjauh dari mereka, berlari sangat kencang dan tidak tahu akan pergi kemana, Draco hanya berlari, terus berlari dan tidak akan menengok kebelakang, ketempat Harry dan gadis Weasley itu.
:
Melepaskan ciumannya pada Ginny, Harry mengusap bibir merah Ginny dan tersenyum Mencium puncak kepala Ginny dengan sayang, seolah Ginny adalah hal yang paling berharga baginya.
Ginny balas tersenyum, memandang tepat kemata Harry dibalik kacamata yang sudah terbilang kuno.
Lalu Harry menarik Ginny kedalam pelukan hangat, menikmati bau Ginny yang berbau rumput dan lapangan hijau Quidditch.
Tapi......
Ada sesuatu yang kurang.
Harry tidak merasa puas.
Ditengah pikirannya, Harry merasakan air menetes dikepalanya, menegadahkan kepala dan air dengan keras menguyur wajahnya.
Merasakan Ginny tertawa didadanya, Harry ikut tertawa dan menarik Ginny dari pelukannya.
"Sepertinya kita harus kembali" Itu merupakan kata pertama yang keluar dari mulut sang pahlawan dunia sihir.
Ginny hanya mengangguk dan menarik tangan Harry dengan sedikit kasar menuju ke menara Gryffindor.
♡
Draco terus berlari, berlari tanpa tahu dia akan pergi kemana.
Disaat kakinya sudah sangat lelah dan dia berhenti untuk berlari, Draco menyadari bahwa dia kembali kemenara Astronomi.
Mengusap kasar wajahnya dan berteriak frustasi, Draco memukul bangunan yang pernah dia gunakan sebagai tempat untuk membunuh kepala sekolah Dumbledore, meski pada akhirnya Severus lah yang membunuh sang kepala kesekolah.
Menundukkan kepala, Draco menyadari bahwa dia sedang menangis.
Mengusap kasar air yang menetes dari matanya, Draco tertawa. Dia sungguh bodoh, Harry tidak mungkin mencintainya.
Dan saat itu juga Draco memutuskan dia tidak akan berharap lagi bahwa Harry akan mencintainya.
To Be continued
hayy, ini adalah cerita drarry
pertama yang ku publish,
ceritanya memang agak, sad.Cerita ini sendiri terinspirasi
dari beberapa cerita drarry yang
kubaca.Jadi jika kalian merasa familiar
dengan beberapa bagian
ceritanya, itu merupakan sebagian
cerita yang ku ambil dari
cerita lain.