Chapter 4

1.7K 177 5
                                    

ByLUTFIAHRAMADANI0

________

Hari ini Linford tak memiliki jadwal kelas, ia memutuskan untuk membereskan dan menata ulang rumah.

Vernon sudah pergi sejak tadi, pertengkaran selalu saja terjadi, padahal apa sulit nya tinggal menerima kenyataan.

Linford di buat tak mengerti dengan sikap dan pola pikir Vernon, yang ke kanak-kanakan.

Seperti tadi contoh nya, ia sudah memasak menyiapkan segalanya, namun sang empu sama sekali tak menyentuh makanan yang ia buat padahal tidak ada racun di dalam sana.

Oh demi neptuna Linford harus menahan ke kecewaan nya, ia terus memberi mantra pada hati nya agar tenang.

Walau jujur setiap perkataan dan perlakuan Vernon sangat menyakitkan, oh ayolah..Linford sudah seperti pasangan yang di campakkan, padahal bukan ia yang mengejar Vernon. Karena ini hanya rencana konyol kedua orang tua nya.

Bisnis? Sebenarnya bisnis apa yang dilakukan kedua orang tua mereka sampai harus menjalin hubungan besan.

Masa muda Linford terenggut karena kekonyolan ini, mungkin ia tak akan seterpuruk ini jika Vernon dapat berpikir sama dengan nya.

Ia menatap foto hasil jepretan di ponsel nya, foto saat ia memasangkan cincin pada Vernon.

Linford selalu merasa takut, bagaimana ke depan nya? Apa ia bisa bertahan dengan sikap Vernon yang kasar?

Namun sekali lagi, Linford akan berusaha, ia tak akan menyerah begitu saja.

"Jangan sebut gue Linford kalau gue gak bisa bikin lo tergila-gila sama gue, tua ko banyak tingkah." gumam nya dongkol, melihat foto Vernon yang sangat menyebalkan, hanya ia yang tersenyum lebar di foto itu sedangkan Vernon seperti biasa dengan ekspresi menjijikan nya, tak bisa kah Vernon berpura-pura tersenyum agar hasil foto nya bagus? Sungguh menyebalkan.

Sedangkan di tempat lain oknum yang membuat Linford kesal tengah sarapan dengan tenang, seakan tak ada beban.

Bahkan di hati nya tak ada rasa bersalah, saat ia mencampakkan masakan istri nya.

Vernon sangat membenci takdir nya yang seakan becanda, ia menikah dengan bocah cerewet yang menyebalkan.

"Lelucon apa ini Ver?" celetuk pria di hadapan Vernon, yang sedari tadi melihat kegiatan nya.

"Aku belum sarapan, sialan Err ini sangat menyiksa,"

Errando berdecak, pusing dengan tingkah sahabat nya ini, ia menghubungi nya pagi sekali hanya untuk menemani sarapan saja.

"Terima kenyataan lebih baik, bukan kah dia sudah membuatkan mu sarapan," Errando berucap santai, "menjadi gay tak se buruk yang kau pikirkan,"

Vernon mendengus mendengar ucapan Errando, dia mengatakan itu dengan ringan padahal jika Errando di posisi nya pasti merasakan hal sama.

"Oh..demi Tuhan Err saat di dekat nya saja aku merasa geli, dia sangat cerewet, ceroboh dan ya dia sangat menyebalkan,"

Errando menggeleng tak percaya menatap lajang yang sudah berganti status itu.

"Tapi dia sangat manis, demi apapun Ver jika aku di posisi mu aku rela jadi gay," Errando menjeda ucapanya, "dia sangat manis, sayang jika di abaikan."

"Jangan bahas dia lagi, kau merusak mood pagi ku,"

"Hah..sore ajak aku ke rumah mu, aku ingin berkunjung pada ipar ku yang malang itu, kasihan sekali dia menikah dengan bajingan."

Vernon mendelik tak peduli dengan ucapan sahabatnya, ia akan membawa Errando ke rumah nya agar dia tahu seberapa cerewet dan menyebalkan nya Linford.

___________

Rumah yang awal nya sudah bersih dan rapih kembali hancur, itu perbuatannya dan juga Ravindra, sahabatnya.

Bahkan keduanya saling melempar bantal sofa.

Sungguh, seperti anak kucing yang saling merebutkan makanan dari sang induk.

"Awas gue serang pake boom nih!" pekik Ravin ia mengejar Linford yang berlari kesana-kemari.

Pak

Langkah Linford seketika berhenti, matanya membola saat melihat serangan bantal Ravin meleset malah mengenai pria yang baru saja membuka pintu.

"Apa-apaan ini!" sentak Vernon, ia tak percaya sekarang rumah nya sudah seperti kandang babi, penuh dengan kotoran sampah dan lihat bantal sofa terlihat berceceran di lantai.

Ravin, menelan saliva nya ia melirik Linford meminta bantuan dari sahabatnya.

"Santai dong om, kasihan temen gue jadi takut lihat lo," sungut Linford ia menghampiri keduanya.

Linford menatap sengit pada pria di samping suaminya, Linford ingat pria itu teman dekat Vernon yang datang ke acara pernikahan nya, ya pria yang tadi terkena serangan bantal Ravin.

"Sorry om, temen gue gak sengaja iya kan Vin?" Linford menyikut tangan Ravin agar sahabatnya bicara.

"Ah ya, maaf tuan-tuan gu-saya gak sengaja," Ravin membungkuk kan tubuh nya.

Errando menaikkan alis nya, kenapa ada kucing manis di rumah sahabat singa nya ini? Ah bocah di hadapan nya sangat menggemaskan, sadarkan Errando agar tak membanting tubuh bocah itu ke atas ranjang, membuat nya mengerang mendesahkan nama nya.

Pikiran Errando sudah liar hanya melihat bibir itu meminta maaf.

Sedangkan Vernon hanya merotasikan matanya, ia melenggang pergi tanpa mempedulikan kejadian barusan.

"Ayo Err jangan pedulikan dia, mereka kumpulan bocah merepotkan." ucap Vernon, membuat Linford mendengus.

"Suami lo galak," bisik Revin yang masih bisa di dengar Vernon.

Sebelum mengikuti langkah Vernon, Errando menyempatkan untuk tersenyum pada Revin, ah ia sangat tertarik dengan bocah itu.

"Tua banyak tingkah." gerutu Linford, ia segera merapihkan kekacauan yang ia perbuat, daripada suami tua nya semakin marah.

Revin tentu saja membantu membereskan kekacauan ini, karena ini juga perbuatan nya.

Setelah merapihkan semua itu, Linford segara menghampiri suami nya yang tengah santai bersama Errando.

"Mau makan langsung?" tanya Linford, sebenarnya ia malas namun ini kewajiban nya 'kan?

Errando menaikan alis nya, "kenapa gak kamu tawari dia untuk memakan mu saja," celetuk Errando, sontak membuat Linford menganga dengan ucapan prontal itu.

"Dasar tua mesum, kelebihan hormon kalian co..."

"Berhenti bicara, gunakan etika mu jika kamu ingin bicara, kamu seorang mahasiswa namun lihat tata krama mu, sangat jauhh..dari kata seorang pelajar,"

Linford meremat celananya, tak bisakah Vernon bersikap manis hanya di depan orang? Ia merasa sangat menyedihkan saat Vernon memarahi nya di depan orang lain.

"Kau keterlaluan sobat, lagi pula aku menganggap ucapan nya hanya lelucon," sela Errando, yang merasa atmosfer saat ini sudah berubah menjadi menegangkan.

"Sudah ku katakan Err, dia ini hanya bocah tanpa etika dan juga menyebalkan," Vernon menekan pangkal hidung nya.

Errando melirik Linford yang sudah memerah mungkin saja istri sahabatnya ini menahan malu?

Errando berdeham, "Lin, lebih baik kamu segera menyiapkan makanan nya, aku ingin sekali mencicipi masakan suami sahabat ku ini," ucap Errando, berusaha mengubah situasi.

Linford menghela napas, lalu segera pergi ke dapur.

Revin yang sedari tadi menyaksikan itu, ikut-ikutan sakit hati dengan sikap Vernon, lalu ia mengekori Linford menuju dapur. Karena ingin menenangkan sahabat nya itu yang sekarang tengah bersedih dan juga sakit hati. Ravin yang tidak merasakan nya secara langsung saja, sudah dibuat sakit hati oleh perkataan suami teman nya itu apa lagi Linford yang mengalami semua nya secara langsung.

Bersambung..

MARRIED FOR BUSSINES  {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang