Chapter 20

1.5K 150 21
                                    

By:@LUTFIAHRAMADANI0

_______

Rasa ingin menyerah kerap kali hadir di hati Linford, apalagi saat ini ada Laura yang membuat perjuangan nya cukup sulit.

Mungkin jika orang lain tahu, mereka akan berpikir ia bodoh, namun saat ini posisi nya adalah pasangan Vernon, dan ia sudah menyukai pria itu.

Tak masalah jika status mereka hanya sebatas kekasih, namun ini pasangan suami.

Akan konyol saat aa kabar mereka cerai sampai ke telinga orang tua nya, ayolah mereka baru menikah beberapa bulan.

Dan ini semua kemauan orang tua kedunya, jika dulu Vernon bersikeras merasa normal lalu mengapa ia menerima perjodohan konyol ini? Linford yakin perjodohan akan batal dengan sikap keras kepala nya.

Lalu untuk apa perhatian Vernon yang selalu pria itu tunjukan padanya? Apa ia masih bodoh?

Siapa di sini yang bodoh? Dirinya atau orang lain.

Saat ini Linford tengah menyiapkan makan malam, berharap Vernon akan pulang malam ini.

Suara pintu terbuka membuat Linford berjengit dari lamunan nya, ia melepas celemek nya, lalu pergi menyambut sang suami.

"Akhirnya pulang juga," celetuk Linford, ia senang saat melihat kedatangan Vernon.

"Saya ingin makan," cetus Vernon, rasanya ia lelah hari ini, lembur dan juga harus berdebat dengan Laura.

Masalah kemarin membuat nya sakit kepala, Laura membantah keras soal leher Linford.

Namun mana mungkin seseorang melukai diri nya sendiri?

Vernon tak habis pikir dengan masalah saat ini, di sisi lain ia tak ingin menyalahkan Laura karena ia sangat percaya pada kekasih nya itu, namun Linford juga butuh keadilan bukan? Bagaimana jika Laura melakukan hal-hal yang lain.

Bukan hanya diri nya yang akan kena imbas, melainkan orang tua nya juga, mengingat Linford orang yang selalu mengadu.

"Gue udah siapin, lo tinggal makan," Linford menarik Vernon untuk duduk, Vernon mendapati banyak makanan tersaji di atas meja.

"Semua ini masakan mu?" tanya Vernon, yang di angguki Linford.

"Iya, ayo makan," ucap Linford.

Tanpa pikir panjang, Vernon segera melahap makanan yang di sajikan Linford, menikmati bumbu-bumbu yang memanjakan lidah nya.

"Enak," cetus Vernon, membuat Linford tersenyum senang.

"Terima kasih," Linford menyahut, ia tak ikut makan, melihat Vernon makan saja sudah membuat nya kenyang.

"Besok pagi tak usah masak, saya ada rapat," ucap Vernon.

"Lo bakal pulang kan malem nya?" tanya Linford.

"Tergantung," Vernon menjeda ucapan nya, "jika Laura tak mengajak kencan, saya akan pulang."

Linford menghembuskan napas nya kecewa, Vernon selalu saja bicara enteng mengenai hubungan nya dengan Laura.

Padahal sudah jelas Linford ada, dan pasangan nya namun Vernon seakan menganggap nya angin lalu.

_______

Siang ini Vernon di buat lelah dengan tingkah Laura yang selalu merengek, selesai rapat ia langsung menemui Laura di apartement.

Tentu saja di sambut dengan baik oleh si cantik.

"Sayang apa kau akan bercerai dengan pemuda itu?" tanya Laura ia mengelus tangan besar Vernon, keduanya saat ini tengah duduk santai menonton televisi.

"Hm, secepatnya."

Mendengar jawaban Vernon membuat Laura tersenyum culas, ayolah siapa yang mau menjadi selingkuhan selain ingin uang?

Laura tahu jika Vernon menyukai nya dari semasa sekolah, namun saat sekolah Vernon hanyalah anak orang kaya bukan diri nya yang kaya, namun sekarang? Vernon sudah menjelma menjadi direktur tampan.

Laura mengecupi leher Vernon, membuat sang dominan menggeram.

"Aku lelah," Vernon menghentikan tingkah Laura yang menggoda nya, ia tak ingin melakukan hal panas, ia ingin istirahat, sungguh.

Laura berdecak, ia tak suka dengan penolakan Vernon.

"Kamu sudah tak menyukai ku lagi?" tanya Laura dengan nada menyedihkan, membuat Vernon gelagapan.

"Bukan itu maksud ku, aku baru saja selesai rapat da..."

"Sudahlah, pemuda itu pasti menggoda mu kan," Laura berdiri dari duduk nya.

"Tidak, Linford sama sekali tak bertingkah, ku mohon mengertilah," ucap Vernon, baru kali ini ia tak minat untuk melakukan sexs dengan Laura, biasanya saat mereka bertemu, mereka pasti melakukan nya, itu hal yang pasti.

Namun hari ini, Vernon merasa benar-benar lelah, dan juga merasa tak enak dengan pesan yang di kirim Linford pada nya.

Linford menunggu nya pulang, ia sudah masak dengan alasan akan ada mertua nya datang.

"Apa jalang itu lebih nikmat di banding aku!" sentak Laura, membuat Vernon sadar dari lamunan nya.

Vernon menghampiri Laura, ia sama sekali tak bermaksud seperti itu, apa maksud Laura membawa-bawa Linford.

"Laura, berhentilah seperti bocah, aku lelah, sungguh. Aku bekerja bukan bermain-main, ada waktu nya untuk hal itu," tutur Vernon, namun sama sekali tak di dengar oleh Laura.

Sedangkan di tempat lain, Linford tengah duduk di hadapan orang tua nya.

"Suami kamu sedang sibuk, berhenti terus menghubungi nya," ucap papa, Linford hanya tersenyum tipis.

"Mama juga jika papa mu sibuk tak akan menghubungi nya, tak apa lain kali kami akan berkunjung saat Vernon ada di rumah," timpal sang mama.

Linford mengangguk, "ya, mungkin Vernon masih rapat."

Orang tua nya tersenyum, lalu segera menyantap makanan nya.

Berbincang ringan dengan anak nya, membuat obat rindu selama ini.

"Apa Vernon memperlakukan mu dengan baik?" tanya papa.

"Dia sangat baik, dan juga perhatian.
Ah..aku beruntung menikah dengan nya," sahut Linford, membuat mama terkekeh.

"Mama senang akhirnya kamu menerima pernikahan ini, jujur saja mama merasa bangga. Kamu sudah bertemu orang yang tepat. dan juga jadilah pasangan baik untuk suami mu itu," tutur mama.

Linford lagi-lagi hanya mengangguk, apa ia kurang baik? Sampai Vernon berselingku? Ya, Linford merasa ia memang pasangan buruk, selama ini tutur kata nya tak memiliki etika, bahkan ia selalu berkata kasar.

Linford menyesali hal itu, ia harus berubah untuk dirinya sendiri dan juga Vernon.

"Papa pikir kabar cerai akan datang, namun mendengar ini semua membuat papa senang, tak sia-sia papa jodohkan kamu sama Vernon, dia pria baik dan papa percaya sama dia buat menjaga kamu,"

"Semoga pernikahan kalian selalu bahagia, jika ada masalah selesaikan lah dengan baik-baik jangan sampai apa yang papa khawatirkan terjadi. Papa menyayangi kamu Lin, papa akan sakit jika kamu juga sakit,"

Mendengar tutur kata papa, membuat Linford kecewa pada diri nya sendiri yang harus berbohong, bahkan rumah tangga nya jauh dari kata baik, suami nya berselingkuh, pulang tak tentu dan yang jelas kehadiran nya sama sekali tak di anggap, ia bagai angin lalu.

"Lin, mama sama papa tak akan lama, terima kasih atas jamuan nya," ucap mama, "dan juga jika ada apa-apa hubungi kami, baik-baik di sini."

Linford tersenyum, kedatangan orang tua bukan melebur rindu nya, melainkan membuat nya sakit, karena harus berbohong. Karena sejak kecil ia tidak pernah belajar untuk berbohong, tapi sekarang demi rumah tangga nya. Ia harus melakukan semua itu.

Bersambung..

MARRIED FOR BUSSINES  {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang