Chapter 17

1.4K 135 10
                                    

By;Rara506

______

Linford menatap Laura dengan tatapan tidak bersahabat milik nya, sungguh melihat penampilan wanita itu membuat Linford ingin muntah sekarang juga.

Apa lagi saat melihat dengan jelas wanita itu seakan-akan pamer kepada diri nya jika wanita itu memiliki payudara yang sangat besar, payudara yang sudah pasti menjadi kesukaan pria normal seperti Vernon. Andai saja Linford masih sadar, jika tidak pasti sudah bisa di pastikan kalau payudara hasil suntikan itu sudah Linford injak-injak dengan kaki nya.

Lihat wanita bernama Laura itu, dia sangat sibuk membenarkan letak payudara nya yang selalu miring sebelah. Huh Linford merasa sangat bersyukur karena ia mempunyai payudara yang rata, soal nya kalo terlalu besar seperti itu pasti susah.

Mau jalan pun kayak nya susah, tapi karena wanita itu seorang jalang jadi pasti itu wajar-wajar saja. Emang apa enak nya payudara hasil suntikan? Enakan milik nya yang asli dari pabrik nya pikir Linford yang sudah merasa muak satu ruangan dengan wanita ular itu tapi apa boleh buat, ia harus menjaga suami nya agar tidak terlalu menempel dengan wanita itu.

Karena Vernon sudah menjadi suami nya, jadi tidak ada kata berbagi atau pun perselingkuhan disini.

"Tete lo udah nggak bisa diselametin itu, pasti bakalan miring terus. Soal nya gede sebelah, ketara banget hasil suntikan gede," ujar Linford dengan sangat santai mengatakan semua itu, bahkan pemuda itu tidak merasa malu sedikitpun berkata sefrontal itu karena memang seperti ini lah ke pribadian nya.

Selalu berbicara terus terang dengan apa yang ia rasakan tanpa harus merasa sungkan sedikit pun, apa lagi pada seorang wanita seperti Laura.

Laura langsung menatap Linford dengan tatapan tidak terima, karena diri nya sudah diam sejak tadi tanpa menggangu pemuda itu tapi kenapa bocah itu menggangu diri nya?

"Pantes Vernon gak mau sama kamu, bicara aja asal-asalan gitu. Aku yakin pasti saat Vernon tau kamu mengatakan ini semua dia akan langsung menalak kamu sekarang juga. Lagi pula Vernon bilang sama aku kalo secepat nya bakalan ceraiin kamu, jadi tunggu aja saat yang udah di tentuin. Aku yakin pasti kamu bakalan nangis-nangis karena itu semua, kasihan yang tidak di akuin suami nya sendiri,"jawab Laura dengan sangat santai, membuat Linford yang tengah duduk santai di kursi kebesaran milik Vernon langsung menatap wanita murahan yang tengah tersenyum senang menatap kearah diri nya.

Linford beranjak dari tempat duduk nya dengan tatapan penuh dengan rasa kesal. Pemuda itu berjalan mendekat kearah Laura dengan senyuman penuh arti milik nya.

"Lo yakin bisa pisahin gue sama Vernon? Mari kita lihat apa dia bakalan berada di pihak lo atau berada di pihak gue saat..", Linford menggantung ucapan milik nya sebelum mengambil pisau kecil yang ada di tempat buah-buahan. Pemuda itu dengan santai menggoreskan pisau itu di leher milik nya membuat kedua mata Laura melotot melihat keberani Linford yang tidak pernah dia duga sebelum nya.

Linford tersenyum sebelum melempar pisau itu di dekat kaki Laura, dengan cepat pemuda itu berlari keluar dari ruangan Vernon membuat Laura ikut menyusul pemuda itu agar bisa melihat apa yang sekarang ingin Linford lakukan.

Linford berlari kearah ruang rapat milik Vernon sebelum membuka pintu ruang rapat itu dengan sangat cepat, air mata pemuda itu menetes dengan pelan agar acting nya bisa di percaya oleh Vernon.

"Om.."

Vernon menatap kearah pintu ruang rapat milik nya yang terlihat terbuka dengan sempurna, terlihat disana ada bocah ingusan yang selama beberapa hari ini ia hindari.

Pria itu merasa sangat bingung melihat wajah Linford yang terlihat berantakan karena habis menangis, sebelum tatapan milik nya mengarah leher pemuda itu yang terlihat mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

Linford berjalan kearah Vernon dengan air mata yang terus mengalir sebelum memeluk pria itu dengan sangat erat, tatapan pemuda itu sejenak mengarah pada pintu ruang rapat yang terlihat ada Laura disana. Kesempatan yang sangat bagus.

"Om... dia jahat banget sama gue,"ucap Linford dengan tangisan yang terdengar menyedihkan, tangan pemuda itu menunjuk kearah Laura yang tengah berdiri dengan mematung di depan pintu.

"Saat gue..huaa! Mau ambil apel karena pengen makan apel tadi. Dia tiba-tiba nusuk leher gue..rasa nya sakit banget..hampir aja gue dibunuh sama dia.."ujar Linford dengan memeluk Vernon dengan sangat erat, tubuh nya ia buat bergetar dengan sangat pelan agar Vernom percaya kepada diri nya sekarang.

Vernon menatap kearah Laura yang tengah terdiam tanpa mengatakan pembelaan apapun atas perkataan yang Linford kata kan. Itu arti nya semua itu memang benar, kenapa wanita itu bisa dengan berani melakukan semua ini? Padahal dia tau sendiri jika banyak orang luar yang ada didalam perusahaan ini sekarang, bagaimana jika ada yang memberitahu ayah nya? Pikiran Vernon tiba-tiba mengarah pada ayah nya serta ayah Linford yang sudah menitipkan pemuda itu kepada diri nya.

Jika mereka sampai tau semua ini, pasti Vernon akan menjadi tersangka karena tidak bisa menjaga Linford dengan benar.

Hembusan napas cukup berat Vernon hembuskan karena merasa lelah dengan semua ini, "bawa wanita itu keluar dari dalam perusahaan, dan pastikan dia tidak akan pernah bisa masuk kedalam perusahaan ini lagi." Ujar Vernon dengan melakukan isyarat kepada anak buah nya.

Karena sekarang yang terpenting adalah repotasi milik nya, nanti setelah semua nya membaik pria itu akan menanyakan semua nya kepada Laura apa yang sebenar nya terjadi karena ia tidak percaya wanita selembut itu bisa melakukan semua ini.

Saat Laura sudah di bawa keluar, Vernon menatap rekan kerja nya yang tengah menatap diri nya dengan tatapan bertanya serta tatapan khawatir.

"Kalian tidak perlu merasa khawatir dengan kondisi istri saya. Saya akan mengobati dia segera, mohon maaf atas ketidak nyamanan kalian semua. Saya harap masalah ini hanya selesai didalam ruang rapat ini tanpa ada yang mengatakan nya nanti diluar."ujar Vernon dengan sedikit memperingati rekan bisnis nya karena ia tidak ingin di cap jelek oleh beberapa masyarakat karena ini semua.

Vernon melepaskan peluk kan milik Linford sebelum menatap kedua mata pemuda itu yang terlihat memerah karena habis menangis.

"Ayo kita obatin dulu luka nya."ucap Vernon dengan membawa Linford keluar dari ruangan rapat membuat pemuda itu menganguk dengan pelan.

"Asu dari tadi kek bilang gitu, nih tenggorokan gue rasa nya perih bet anjir. Pasti gue gores nya terlalu dalam, bangsat memang! Kalo bukan karena lo pasti gue gak bakalan ngelakuin semua ini. Gue cuman pengen mempertahankan apa yang sekarang gue miliki itu doang, kagak lebih."batin Linford dengan berjalan mengikuti Vernon dengan ringisan kecil sesekali terdengar

Bersambung..

MARRIED FOR BUSSINES  {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang