02. Cerita kita

370 49 10
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kanin menekan pin apartemennya dengan lesu. Sekarang sudah hampir pukul sepuluh malam dan dia baru saja sampai di rumah setelah seharian bekerja di luar. Sejak pagi datang ke Agensi, menemui Kalandra kemudian Bang Rey. Lalu mengantarkan dan menunggu Kalandra di lokasi pemotretan, di tengah-tengah itu dia masih harus menyicil untuk mengatur dan mengonfirmasi kembali jadwal Kalandra. Pulang dari mengantar Kalandra pun dia masih harus melakukan banyak hal.

Kanin memang sudah terbiasa namun tetap saja raganya tidak bisa berbohong. Dia sangat kelelahan. Dia memang punya tujuan, namun terkadang di umurnya sekarang ini, dia juga pernah bertanya-tanya apakah memang semuanya ini harus dia lakukan.

Saat masuk ke dalam, keadaan apartemennya sudah gelap. Kanin kira Yesa sudah tidur, namun ternyata Kanin masih melihat Yesa yang duduk di meja makan. Sepertinya sedang makan mie. Yesa mendongak saat melihat Kanin berjalan ke arahnya lalu duduk dengan tenaga yang tidak berdaya.

"Mau mie?" Yesa menawari.

"Masih ada?"

"Maksudnya kalo mau ya gue bikinin. Yang ini udah habis."

"Mauuuu~"

Sebenarnya Kanin sudah makan malam saat di kantor, namun di jam- jam segini memang wajar jika sudah lapar lagi.

"Bentar, gue habisin ini dulu." Yesa segera melahap suapan terakhir bahkan menyeruput habis kuahnya hingga habis. Kemudian gadis itu beranjak, mengambil satu bungkus mie lagi dan mulai merebus air.

"Dua ya Sa, pake telor." Kanin menyengir membuat Yesa geleng-geleng.

"Nih orang-orang nggak tau aja di balik body semelehoy, lo makannya banyak bener."

Kanin hanya mencebik. "Gue bukan model, nggak akan stress kalo BB gue naik. Lagian mie satu itu kecil banget Sa, nggak kerasa."

Yesa sudah hafal semua kebiasaan Kanin, termasuk porsi makan sahabatnya itu yang sangat di luar perkiraan. Yesa kembali dengan aktivitasnya sementara Kanin menempelkan pipinya pada meja. Sembari menunggu Yesa, dia ingin mengistirahatkan raganya sejenak.

Sekitar lima belas menit, Yesa kembali datang dengan semangkuk mie yang tentu masih mengepul asapnya. Gadis itu langsung meletakkannya di hadapan Kanin.

"Nih. Habisin!"

"Siap Boss!"

Kanin menyatap mie dengan lahap, sementara Yesa hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Setelah Kanin menghabiskan dua bungkus mie instan, Yesa kembali menatap sahabatnya yang sepertinya kekenyangan itu. Yesa ingin bertanya karena ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Gimana?" Yesa mulai bertanya.

"Apa nya?" Kanin mengeryit bingung.

"Kalandra nya lah. Masih nanya!"

My Shooting Star | Zhang Hao - Karina aespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang