06. The Real Idola

244 41 18
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Ini Makanannya."

Kanin menyerahkan makan siang pada Kalandra yang sedang berada di studio latihan. Kalandra menerima dan melongok ke dalam plastik dan melihat ada beberapa makanan dari restoran langganannya.

Belum lama Kanin datang, tapi Kalandra sudah melihat gelagat sang Manajer yang ingin segera pergi dari sana.

Ingat dengan hari itu? Hari di mana Kalandra berkata bahwa ia sedang menunggu penjelasan Kanin. Memang sejak hari itu, Kanin agak menghindari Kalandra. Kecuali mengurus tentang pekerjaan, Kanin akan mencari cara untuk jauh-jauh dari Kalandra. Pokoknya ada saja alasannya.

Kanin mengakui hal itu. Bukannya tidak ingin menjelaskan, hanya saja dia tidak tahu bagaimana memulainya. Kanin merasa sangat aneh jika tiba-tiba menjelaskan keadaannya dengan Kalandra. Tapi sebenarnya dia mau, tapi tidak tahu. Ah, pokoknya begitulah.

Jadi yang Kanin lakukan adalah meminimalisir pertemuannya dengan Kalandra. Kanin juga sadar bahwa itu merupakan sikap yang tidak dewasa. Tapi mau bagaimana, dia benar-benar tidak tahu bagaimana memulainya. Menurutnya, mereka setidaknya harus berada dalam suasana tertentu dan membiarkannya mengalir dengan sendirinya.

"Kanin?"

"Kenapa? ada yang kurang kah?"

Kalandra menggeleng ringan. "Nggak ada."

"Lo mau kemana?" Tanya Kalandra.

"Kemana?" Kanin mengernyit bingung.

"Lo mau pergi kan? Kemana?"

"Oh.., mau jemput adik gue. Dia udah di stasiun sekarang." Kalau ini beneran, bukan hanya sekedar alasan. Jeva memang mengabari kalau cowok itu sudah sampai di Stasiun. Beberapa hari lalu Kanin dan Jeva sudah membahas hal ini, dan Jeva setuju untuk berangkat ke Jakarta. Sebenarnya Kanin sudah memberi tahu Kalandra, cuma tidak mengatakan kalau hari ini Jeva akan datang.

Mendengar hal itu, Kalandra langsung menyahut. "Ikut!"

"Kan lo lagi latihan?"

"Udah selesai."

"Ya udah, makan siang aja."

"Bisa di mobil."

"Kenapa sih mau ikut?"

"Kenapa nggak boleh ikut?"

Kanin menghembuskan nafas frustasi. Kalau di lanjutkan bisa-bisa sampai Natal tahun depan. 

Padahal tidak biasanya Kalandra sampai mau ikut keluar jika bukan ada urusan yang bersangkutan dengan dirinya sendiri. Tapi tentang Jeva, memang masih ada kaitannya sih dengan Kalandra.

Kalandra juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Karena semakin ia merasa kalau Kanin menghindari dirinya, Kalandra juga semakin ingin terus di dekatnya. Tidak tahu kemana perginya Kalandra yang cuek seperti kulkas dua pintu seperti dulu. 

My Shooting Star | Zhang Hao - Karina aespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang