Pagi kembali berganti. Sepasang burung terbang melintasi angkasa menikmati cerahnya hari.
Sriing—!!
Slash! BAAM!
Triing— Trang! Trang!
Sriing— Hup!
Sreeet...
Terlihat sepasang pemuda kelelahan disebuah area terbuka di hutan.
"Heh! Tak kusangka kau sehebat ini, Ernest" sanjung Reilz gembira sembari mengibaskan pedangnya sebelum memasukkannya kembali ke sarungnya.
Ia merasa kagum karena Ernest mampu menahan serangan pedangnya dengan bela diri tangan kosong yang dibaluti sarung tangan.
Ernest yang dipujipun tak elak merasa malu mendengarnya.
"I-ini bukan apa-apa!"
"Tidak! Kau hebat!"
"Si bodoh ini benar!""Hey!" Protes Aland mendapati sepupu jauhnya ini menghinanya secara langsung didepannya, dia tidak terima!
"Tuan Ernest hebat! Aku juga ingin sekuat sepertimu!" Seru Sion bertepuk tangan, mengabaikan pertengkaran duo sepupu disampingnya.
"Ah hehe, bu-bukan masalah! Ka-kau pasti bisa jadi lebih kuat dariku dimasa depan nanti!" Ernest memberi isyarat semangat tak kalah riang.
'Entah mengapa aku jadi merasa penasaran dengan wajahnya. Tidak, Rei! Kendalikan dirimu!'
Mengusir pemikiran buruk dikepalanya, ia pun beranjak mendekati adik-adiknya.
Diusapnya rambut Sion dengan lembut, berkata "Aku akan pergi ke sebuah dungeon tak jauh dari sini, apa kalian mau ikut?"
"Dungeon?!" Sontak duo sepupu itu berhenti bertengkar mendengar kata 'dungeon' dari kakak kesayangan mereka.
"""IKUUUTT!!!"""
"Baiklah-baiklah, kita akan pergi bersama, tapi janji tidak akan bertengkar sampai kita selesai oke?"
Kenapa dia meminta sebentar? Karena dia tau kelakukan dua anak didepannya, mereka akan selalu bertengkar seperti terang dan gelap, tapi disisi lain mereka juga saling melengkapi.
"Sion boleh ikut?" Anak kucing ini memandangku dengan puppy eyesnya sambil memeluk pinggangku.
'Ugh, my heart!'
<Lebay amat jadi orang>
'Diam kau!'
Sistem kampret, gak bisa diajak kompromi memang.
"Tentu saja, tapi jangan sampai terluka nanti ya?"
"Kay~, makasih nii-chan~" memeluk sang kakak semakin erat, Reilz pun sontak memangku Sion yang memang lebih kecil dibandingkan dirinya karena refleks.
Tanpa menyadari kontes tatapan diantara ketiga adiknya.
Mata Sion menyipit mengejek sambil memeletkan lidah kecilnya, dibalas geraman tertahan dari keduanya.
Jika saja Ryu tidak ditahan oleh Aland, dijamin Sion akan jadi kucing cincang oleh pedang aura si empu.
Ernest yang melihat suasana suram ketiganya, beralih ke wajah polos Reilz seolah tak tau apa-apa.
'Haruskah aku memberitahunya?... Tidak, itu bukan urusanku'
"Maukah kau ikut dengan kami, tuan Ernest?" Tanya Reilz mengira jika Ernest merasa terasingkan melihat wajah yang dibuatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REILZ 2 : The Another World
FantasyDisetiap kehidupan pasti akan ada masalah dan disaat itulah kita diberikan beberapa pilihan. Membunuh atau dibunuh, mana yang akan ia pilih? "Kau menyuruhku untuk membunuhnya? Kau gila!" "Aku tidak menyuruhmu tapi memberimu pilihan." ...