Bab 21

95 6 1
                                    

"Va bene,dei dettagli ne discuteremo più tardi,ci vediamo dopo." (Okay, we'll discuss the details later, see you later)

Cristy check jam tangan miliknya. Hampir nak tertidur dengar bahasa asing yang mereka bicarakan. Dah dua jam tunggu tapi langsung tak ada tanda perbicaraan mereka akan tamat.

"Non sono del tutto d'accordo con questa tua decisione, ma ne discuteremo con nostra .. " (I don't entirely agree with your decision, but we will discuss it with our..)

Dez kerling Cristy.

"Devo andare ora." (I have to go)

Dia ketuk jam tangan mahalnya, bagi isyarat yang dia nak tamatkan perbicaraan ini.

"Ne discuteremo più tardi. Non adesso." (We will discuss it later. Not now.)

Dez buat isyarat mata. Mengerti, beberapa kliennya mengangguk sebelum menghilang dari restoran itu.

"Awak cakap apa dengan klien-klien awak? Langsung saya tak faham, tahu tak?" Keluhnya.

Nafas lelah dihembus, terlalu penat menunggu.

"I had friends, everyone spoke italian."

"Klien-klien awak adalah kawan awak?" Dez angguk.

"It's been so long since I was actually here you know?" Senyum itu perit sekali. Ada kesakitan yang tidak tertahan.

"Before her, he was empty..." Redup anak mata itu bertemu dengan matanya.

Gulp!

"Before her, he knew nothing of joy or completion."

"Who is she?" Ada jentikan tidak enak bertandang tika menyoal.

"You still have a special place in my heart, you will always be there."

Dez memberi jawapan. Cukup panjang dan cukup mendebarkan hati.

Dup! Dap! Dup!

Hatinya menyanyi keriangan bagai itu adalah ungkapan cinta yang paling terbaik pernah didengarinya.

"No matter how much you try , you can't change or forget what had happen."

Dez usap kepala itu tiga kali.

"Let's go babydoll."

Tak betah berlama ikut perasaan, Dez buat keputusan keluar dari restoran itu.

"Shall we date?"

Muka Cristy bersemu merah.

"Date?"

"Should we go shopping?" Muncung panjang sedepa dipamer.

"I don't know." Sebut Cristy tak pasti.

"Let's go babydoll."

Dez memboloskan diri masuk ke dalam kereta Ferrari Roma Spider miliknya, laju diputar stereng keluar dari kawasan itu.

"Boleh saya bukak tingkap?"

Dez tekan sesuatu, automatic bumbung keretanya berlipat sendiri.

"Why do you love your car?" Terpacul pertanyaan itu. Sengaja berbasa basi daripada kedua-duanya diam.

"Why do i love my car? Ummm...."

The Dez (COMPLETE) ✅Where stories live. Discover now