|||
1 jam dia baru datang, nafasnya masih terengah tentu saja dia pasti berlari, tidak ada yang bisa menghalanginya ketika semua berhubungan dengan anak perempuan kami piana.
Pihak sekolah menghubungiku jika piana terjatuh, nafasnya sesak dan dia pingsan, saat itu juga aku meninggalkan seluruh pekerjaanku tentu untuk menjemput piana disekolah, jennie sedang tidak berada ditempatnya, seperti biasa jika dalam keadaan darurat selalu saja dia sulit dihubungi, tidak pernah menjawab panggilanku.
Dan disini dia berada sekarang dengan penyesalan karena melihat anaknya yang kembali harus dibawa kerumah sakit. Jennie memeluk piana yang masih terlelap. Tentu aku kesal, mengapa pekerjaan membuatnya melupakan sesuatu hal yang sangat penting, aku sudah memintanya untuk berhenti bekerja namun dia menolak, aku tidak bisa memaksa akupun tidak ingin jika dia merasa terkekang, aku tidak pernah melarangnya untuk bekerja dan selama ini kami saling berbagi tugas, aku dan jennie memang benar-benar saling melengkapi, dia melakukan tugasnya dengan sangat baik, dia mampu membagi waktu serta perhatiannya, maka tidak ada alasan untukku kesal begitu lama jika dia melakukan kesalahan hanya satu atau dua kali namun akhir-akhir ini salahnya terlalu sering, dia lebih mementingkan pekerjaanya.
Sejak kedatangannya, aku sama sekali tidak bertanya dia dari mana, mengapa tidak menerima panggilanku, biarkan kesalku hilang sebentar saja, aku tahu dia pasti paham jika saat ini aku sedang kesal dan marah padanya karena sesekali dia menatapku dengan tatapan memohon, berharap aku bicara dengannya.
"Tolong temani dia sebentar, aku harus keruanganku"
"Honey maafkan aku, jangan mendiamiku terus lisa"
Dia menahanku menarik ujung bajuku saat aku baru saja akan meninggalkan ruangan putriku, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan dan sempat aku tinggalkan, bukankah ini tentang tanggungjawab bersama maka ini waktumu jennie, saling berbagi tugas.
"Jangan seperti itu jangan marah terus, maaf lisa aku mengaktifkan mode silent aku tidak mendengarnya sungguh"
Dan dia seketika memelukku, mendaratkan kepalanya didadaku, kedua tangannya melingkar sempurna, merajuk selalu seperti itu.
"Honey"
Jennie menengadahkan kepalanya, tatapan itu sungguh menyebalkan dan kedua anakku memiliki tatapan yang sama saat membujukku, kau menurunkannya dengan baik jennie bahkan pada keduanya. Sudahi marahmu lisa kau seharusnya sudah paham jika jenniepun memiliki kesibukan, hal wajar jika dia sesekali lalai menjalankan tugasnya, tidak setiap waktu dia harus memeriksa ponselnya, akupun tidak sempurna justru dia yang sangat pandai mengurus kedua anak kami.
"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebentar saja, tolong jaga dulu piana, paris sudah pulang bersama rosie tadi, tidak perlu khawatir jisoo akan datang, makananmu juga sebentar lagi datang dan habiskan jangan pernah melewatkan itu, aku tinggal sebentar"
Bukannya melepaskan justru dia semakin mengeratkan pelukan saat aku mengecup pucuk kepala jennieku berulang kali.
"Terima kasih, kerjakan pekerjaanmu disini saja suruh pegawaimu membawakan macbook dan berkasmu kesini honey"
"Mommy"
Dan putri kecil kami terbangun dengan suara lirihnya, dia mencari mommynya tentu saja jennie selalu ada disaat piana dalam keadaan tidak baik-baik saja, jennie benar-benar memahami apa yang dirasakan piana tapi tidak beberapa waktu kebelakang.
Piana duduk seketika, memeluk mommynya yang sedari tadi dia cari, piana sempat terbangun merengek menginginkan jennie namun aku berhasil menenangkannya hingga dia kembali terlelap. Jennie tidak hentinya mengusap dan mengecupi buah hatinya, aku tahu dia menahan kesedihan dan tangisan, melihat wajah anaknya yang kini masih cukup pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Paris Dan Piana JENLISA GxG
RomanceBeberapa pernikahan mungkin membawa kebahagiaan, sementara yang lainnya mungkin menghadapi banyak tantangan dengan penuh kesabaran. Bagaimana cara keduanya mengatasi dan meyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akan menentukan jalannya hubungan. ...