|||
Hampa.
Semua waktu terasa tidak berguna, aku juga ingin menangis, aku juga terluka. Tidak bisakah pahami aku dan sialnya aku tidak bisa melakukan itu semua ketika jennie dan paris membutuhkanku saat ini.
1 bulan berlalu setelah kepergian piana namun duka akan selalu berada diatas kepala kami. Keduanya berubah hanya diam dikamar masing-masing, paris menyadari kepergian piana dan dia menangis tidak henti, hatinya terluka tidak ada saudara kembarnya kini.
Tentang paris, aku bersama yang lainnya sudah menjelaskan jika piananya sudah tidak bisa bersamanya kini, paris pun kehilangan saudara kembarnya, dia terlalu banyak murung dikamar, terkadang menatap jendela ataupun mainan yang sering dia mainkan bersama piana.
"Biar aku yang membawa makanan jennie jihoon kemarikan"
"Kau yakin noona ?"
"Hmm, aku ingin mencoba lagi menenangkan mereka terutama jennie, dia sangat terpuruk"
"Lisa noona"
"Ya ?"
"Bersabarlah mereka butuh waktu, aku tahu kau juga ingin menangis dalam dekapan jennie noona, tapi tolong kau harus lebih kuat dari mereka, mereka membutuhkanmu"
"Terima kasih jihoon, aku akan mencobanya"
Nyatanya tidak bisa, aku tidak sekuat itu jihoon, jennie sama sekali tidak bicara padaku semenjak kepergian piana, aku tahu ini adalah waktu terburuknya kehilangan piana dan pertengkaran sebelumnya yang terjadi diantara kami, lukanya datang bertubi karena aku tidak mempercayainya, memberikan kalimat kasar padanya, itu buruk sangat buruk.
Jennie masih duduk bersandar diheadboard menatap jendela, kembali langit yang menjadi pemandangannya, tetesan air mata itu akan tetap keluar entah kapan akan berhenti.
"Nini, aku bawakan sup ayo makan dulu sedikit honey, nanti kau sakit"
Diam tidak bereaksi bahkan saat aku mengusap kepalanya, wajahnya cukup pucat dan kedua mata itu benar-benar sangat sembab. Aku tahu dukamu masih seluas lautan, aku tidak tahu kapan itu akan berakhir.
"Honey, ayo buka mulutmu makan sedikit saja"
Jennie menepis tanganku saat aku ingin memberikan satu suap sendok makanan ke dalam mulutnya, beruntungnya aku masih bisa menahan hingga sendok dan piring ditanganku tidak terjatuh kelantai.
Jennie tenggelam dalam duka memang waktu tidak bisa menghapus kenangan piana dari hidup kami. Nafsu makannya berkurang sangat drastis, bukan aku tidak bersedih aku juga sangat terluka tapi tidak mungkin aku menuruti egoku, aku harus lebih kuat dari jennie dan paris.
Dia bahkan tidak bekerja, melupakan beberapa kewajibannya dan sungguh aku tidak masalah untuk itu namun yang semakin melukai hatiku adalah kehilangan piana yang sangat membuatnya terpuruk, terkadang jennie masih tidak dapat menerima jika piana sudah pergi untuk selamanya meninggalkan kami semua.
"Sedikit saja coba satu suap, tadi aku membuatnya sesuai resepmu nini, ayo coba sedikit saja"
"Aku sama sekali tidak menyukai hubungan kita yang sekarang, tidak perlu repot melakukan ini semua padaku"
Aku tidak dapat berbuat apapun ini memang kesalahanku dan aku harus menerima perubahan sikap jennie padaku.
"Maafkan aku nini" lirih ku yang masih dapat jennie dengar dengan jelas
Kata-kata tidak cukup untuk membuatmu merasa lebih baik. Permintaan maaf sederhana tidak akan pernah cukup untuk menghapus rasa sakit yang aku sebabkan. Tetap saja, dari lubuk hatiku, aku sangat menyesal. Aku berharap aku bisa menebusnya untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Paris Dan Piana JENLISA GxG
RomanceBeberapa pernikahan mungkin membawa kebahagiaan, sementara yang lainnya mungkin menghadapi banyak tantangan dengan penuh kesabaran. Bagaimana cara keduanya mengatasi dan meyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akan menentukan jalannya hubungan. ...