|||
"Lisa"
"Noona kau sudah bangun ? Minumlah terlebih dahulu"
"Tidak jihoon, lepaskan aku rosie biar aku menemani lisa"
"Noona semua sudah dipersiapkan, kita akan membawa jenazahnya ke rumah duka lalu kita akan memakamkannya tepat disamping piana, kau pingsan noona katakan jika kau sudah siap kita akan segera berangkat"
"Ini tidak nyata bukan ? Kupikir itu hanya mimpi tapi ternyata benar, lisaku pergi, pianaku pergi, Tuhan jahat mengambil satu persatu permataku"
Jennie terduduk diranjang rumat sakit menutup wajah dengan telapak tangannya rosie memeluknya tidak meninggalkan jennie sedetikpun, jennie tidak dapat menahan semuanya, seketika pingsan didalam pelukan jihoon, mereka membawanya keruang rawat, paris masih belum dibiarkan untuk masuk, sang grandma masih membawanya pergi entah kemana.
Beberapa urusan telah mereka selesaikan, administrasi bahkan untuk kepulangan jenazah ke rumah duka yang telah dipersiapkan.
"Bersabarlah, jika kau siap kita pergi sekarang"
"Aku tidak akan pernah siap rosie, tidak akan pernah, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku bersama mereka, seharusnya kami berempat rosie, aku, lisa, paris dan piana, kini hanya tersisa dua, aku dan paris, kemana dua orang itu pergi rosie, kembalikan mereka padaku kembalikan piana dan lisaku, mengapa Tuhan jahat pada kami rosie"
Bukan maksud rosie dan jihoon mengabaikan perasaan jennie dengan mempercepat pemakaman lisa, jasad sudah terlalu lama dibiarkan dikamar jenazah 1 hari, 1 malam tubuh terbakar didasar jurang tanpa seorangpun mengetahui sebuah kecelakaan, jalanan sepi, hujan cukup deras minim penerangan lampu jalan yang mengakibatkan terjadi kecelakaan dan keesokan paginya barulah kabar kecelakaan menyebar dengan cepat.
Tubuh terbakar itu sudah siap disemayamkan, terbaring sempurna didalam peti mati putih, tidak ada yang tersisa tidak ada data diri bahkan tanda pengenal ataupun dompet, terbakar habis hanya dari plat nomor mobil akhirnya mereka bisa melacak siapa pemilik mobil tersebut.
Lisa Manobal.
"Aku tahu kesakitanmu kita semua berduka tapi kau harus kuat untuk paris dan kasihan lisa terlalu lama dia dibiarkan begitu saja"
"Tapi aku ingin melihatnya rosie bahkan malam terakhir itu justru aku memalingkan pandangan darinya memunggunginya, aku tidak memiliki banyak waktu bersama piana dan kini akupun tidak memiliki waktu terbaik bersama lisa, aku ingin melihat wajahnya sekali saja rosie, aku menyesal aku bodoh rosie"
Rosie menangkup wajah jennie yang sembab akan keringat dingin juga air mata, diapun menangisi keadaan jennie terlebih lisa, rosie pun terluka.
"Aku paham jennie, tapi dia butuh tempat yang seharusnya kita justru menyiksanya jika membiarkannya seperti ini terlalu lama, tunjukkan cintamu dengan melepasnya perlahan biarkan dia tenang disana, kita pergi sekarang ?"
Sudah tidak ada harapan, rosie menyeka air mata jennie yang tanpa henti mengalir. Jennie menganggukan kepala menuruti semua perkataan rosie karena dia mencintai lisa dan tidak ingin lebih dalam menyiksa wanitanya. Jennie turun dari ranjang meskipun pasti sangat lemas, kedua kakinya masih membeku dia hanya ingin terus tertidur disamping lisa.
"Ayo aku membantumu, perlahan saja"
"Dimana paris ?"
"Dia bersama mommy mu"
Tubuhnya kembali terhuyung jennie benar-benar seperti dilumpuhkan, rosie kembali menahannya dalam pelukan, dalam waktu kurang dari dua bulan jennie kehilangan dua orang berharga yang sangat dia cintai, seberapa frustasi sebenarnya hati dan pikirannya namun dia menyadari jika dia masih memiliki paris. Kembali tangisan itu terdengar menyakitkan, tidak ada yang bisa rosie dan jihoon lakukan selain membiarkan jennie melampiaskan semuanya melalui setiap tetesan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Paris Dan Piana JENLISA GxG
RomanceBeberapa pernikahan mungkin membawa kebahagiaan, sementara yang lainnya mungkin menghadapi banyak tantangan dengan penuh kesabaran. Bagaimana cara keduanya mengatasi dan meyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akan menentukan jalannya hubungan. ...