EX - 12

31 3 0
                                    

Percayalah kali ini Zoya begitu membenci Janice. Pasalnya gadis itu malah memberi tahu letak kosan Anya, ketika ia sedang menyembunuikan eksistensinya dari seorang Vincent. Ia masih muak, dan sedang memikirkan bagaimana hubungan kedepannya.

Padahal sudah jelas, jika ditilik Zoya seharusnya meninggalkan lelaki itu tanpa piker panjang lagi. Benar kata Janice kemarin. Untuk tidak kembali dengan orang yang sama karena endingnya akan sama seperti kisah mereka dulu.

Zoya menatap dengan tatapan dingin pada Vincent. Mereka duduk berhadapan di teras kosan Anya, sementara gadis itu diperintah oleh Vincent untuk memberiwaktu sebentar dengan iming-iming akan memasukan Anya ke salah satu caffee elit untuk menjadi freelancer singer nya.

"Waktu gue terlalu berharga buat lo." Zoya mulai jengan bersama keheningan sejak tiga menit yang lalu.

Diperhatikan nya Vincent, tampilan nya sungguh acak-acakan dan tampak sangat frustasi. Wajah nya muram. Jujur saja, hatinya sedikit merasa iba, tapi otaknya bersikeras menolak.

Pria manipulative. Memang nya Ia akan kembali luluh dengan gombalan-gombalan manis? Oh tentu tidak. Pikir Zoya.

Vincent meraih lengan Zoya untuk digenggam, tetapi tak sampai. Zoya menarik lengannya. "Gak usah sentuh-sentuh!" ketus nya, memalingkan wajah lalu bersedekap.

"Gue tadi ke rumah sakit – "

Zoya mengangguk dan menyela ucapan Vincent. "Gue tahu, kok, gimanapun Karina jauh lebih penting daripada gue. Dulu, sekarang dan selamanya." Tukas Zoya.

"Kok gitu sih ngomongnya? Lo selalu pemenang hati gue, Zoy, dulu, sekarang atau selamanya." Hardik Vincent menatap lembut Zoya yang tidak menatapnya sama sekali.

Zoya tertawa sinis. "Oh ya? Terus gue harus percaya?"

Vincent tersenyum lembut mengacak pelan rambut Zoya yang memang sudah berantakan. "Lo lagi cemburu, ya?"

Wanita itu menghempas kasar tangan Vincent, kemudian berdiri.

"Apaan sih! Gue bukan cemburu, ya. Tapi gue gak mau kejadian dulu kembali terulang. Yang sakit siapa? Gue." tegas Zoya penuh amarah dan emosi.

"Dengerin gue." Vincent menarik bahu Zoya hingga berhadapan. Matanya menyorotkan tatapan penuh penyesalan atas apa yang terjadi di masalalu.

Zoya enggan menatap. Tapi bukan masalah bagi Vincent.

"Gue gak mau ada kesalahpahaman lagi kayak dulu. Gue menyadari kesalahan dulu, dan gak akan pernah terulang lagi dimasa sekarang. Gue masih dan tetep cinta sama lo, Zoy." Jelas Vincent. Dari presensi Vincent Zoya tampak tidak peduli.

Tapi percayalah kalimat terakhir pria itu mampu membuat jantung Zoya berpesta ria di dalam sana. Dia juga masih cinta, tapi tertutupi oleh kabut kekecewaan.

Sekarang Zoya ingin melihat sejauh mana perjuangan Vincent kembali menarik hatinya? Tidak ada yang mudah di dunia ini, bukan, termasuk mendapatkan kembali hati sang mantan.

"Bodo," Zoya pura-pura tak acuh. Vincent semakin terlihat frustasi, dia mengacak rambutnya.

"Gue serius," ucapnya serius memandangi wajah bidadari yang pernah dia miliki seutuhnya dua tahun lalu.

"Maksud lo gue gak serius?" Zoya menimpali kini pandangan nya tertuju pada Vincent, meskipun wajah jutek masih terhias disana.

"Enggak gitu ... Duh, pokoknya kita harus baik-baik aja!" tutur Vincent, tampak sangat kalang kabut.

Penampilan dan ekspresi nya saat ini mampu membuat Zoya menahan gelakan tawa. Lihatlah, mantanmu wahai Zoya, dia sangat takut kehilanganmu. Batin Zoya bergembira.

Annoying My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang