Ex - 16

29 4 0
                                    

"Ternyata kamu masih inget pulang." Devian, ayah Zoya yang duduk di ruang keluarga sendirian berkata sarkastik kepada putrinya yang baru datang.

Zoya yang mendengar suara bariton sang ayah lantas mendelik malas. "Hmm... Aku cuma bentar doang."

"Masih inget juga rupanya kamu tentang perjodohan, ya? Belum ayah telpon untuk datang kamu sudah disini duluan." lanjut Devian yang membuat langkah kaki Zoya terhenti.

Ah, dia lupa jika besok sudah tanggal 29, tanggal yang dijanjikan dia akan bertemu calon jodohnya. Huh! Sial.

"Ya, semoga bukan kakek-kakek buncit atau sejenisnya." dengan malas Zoya menaiki undakan tangga menuju kamarnya.

Devian geleng-geleng, beginikah etika seorang anak perempuan pertamanya? 

"Kamu gak usah lagi ngekos, Zoya. Tinggalah di rumah." 

Tiba-tiba begini? Ada maksud apa Ayahnya berbicara ramah dan lembut.

"Hmm, liat nanti." balas Zoya masih melanjutkan jalan nya menuju kamar kesayangan.

Ibu nya sudah meninggal sejak Zoya kecil, dan dia hanya tinggal dengan sang ayah saja beserta pengasuh nya yang sekarang sudah tua sekali jadi beliau tidak lagi bekerja disini.

Alasan Zoya begitu membenci tinggal dirumah karena ayahnya yang selalu sibuk dengan pekerjaan sementara dirinya kesepian. Tapi sang ayah jugalah yang mengekang Zoya sehingga dirinya harus mendekam di rumah besar ini sendirian dan kesepian.

Sesampainya di kamar Zoya langsung merebahkan dirinya di ranjang singlebed nya menatap langit-langit kamarnya yang penuh bintang dan awan buatannya bersama sang ibu dulu.

Hampir seluruh dekorasi kamar ini adalah DIY dengan mendiang ibunya. Masa remaja Zoya yang dipenuhi oleh kehadiran sosok ibu membuat mata Zoya mulai memanas.

"Ah.. Kan tiap balik ke rumah gue malah sedih begini. Sial!" Dengan kasar Zoya mengelap air mata yang ada di ujung pelupuk matanya.

Ngomong-ngomong soal perjodohan. Acara itu besok, kan? Dan dirinya belum mempersiapkan baju sama sekali. Dia saja tidak tahu akan dijodohkan oleh keluarga mana.

Kenapa, sih ayahnya itu sangat diktator! Zoya menggerutu kesal di dalam hati nya tentu.

Dengan malas Zoya akhirnya membuka lemari pakaian yang sudah sedikit berdebu. Ya, tidak ada yang membukanya selain dirinya disini.

Melihat-lihat jejeran baju yang cocok dipakai. Tapi jika ternyata orang yang akan di jodohkan itu tidak sesuai dengan ekspetasi Zoya, dia akan menyesal telah memilih pakaian terbaiknya hari ini.

Semoga aja bukan kakek kakek tua bangkotan. Tapi ayah harusnya gak sejahat itu, kan?

Dan pandangan nya jatuh pada dress midi beludru lengan tali spagetti berwarna cokelat. Terlalu seksi jika dipakai untuk acara keluarga. Tapi, Zoya mencoba mix and match dengan shirt rajut berwarna hitam.

Setelah dicoba dan dirasa itu cukup sopan tapi tetap fashionable dipakai, Zoya langsung memisahkan nya di hanger dan menggantungnya.

Namun aktivitasnya terhenti sejenak ketika sebuah pesan masuk.

Vincent BABI

Dimana?

Zoya mendelik sebal. Anak ini sangat amat amat sangat ingin tahu sekali bagaimana keseharian nya, kah?

Tidak ada percakapan lain selain Dimana, kemana, ngapain di roomchat mereka. Memang nya dia ini apaan harus selalu melapor kepada laki-laki itu.

Dan Zoya tidak berniat membalasnya, di read saja tidak hanya melihat notifikasi dari pop up layar.

Annoying My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang