Tasbih 4

1.1K 348 136
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum wr wb

Kembali lagi di cerita tasbih ku guys
Kalau suka spam komen dong
Jangan lupa follow akun ku ya

Ig:@wandtyas

HAPPY READING🌺

__________________________________________________


Pagi ini mentari bersinar cerah di langit biru. Burung-burung berkicau secara bersahutan. Angin berhembus menyentuh kulit terasa begitu sejuk. Suasana pondok Ahlul Jannah itu kini terlihat tenang, karena santri sedang memasuki kelas nya masing-masing.

Para ustadz dan ustadzah sibuk menyampaikan materi. Tak luput dari santri usil yang kadang ramai sendiri bahkan ada juga yang tidur di kelas. Sudah tidak asing lagi dengan suasana seperti ini. Di waktu malam santri di sibukkan dengan berbagai kegiatan, dari mulai hafalan dan ibadah malam. Karena jadwal yang terlalu padat sehingga waktu istirahat mereka pun berkurang. Itulah bentuk perjuangan sebagai seorang santri. Pantang pulang sebelum mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah kyai beserta para masyayikh.

Pemuda berbaju koko putih dengan bawahan sarung hijau itu kini berlari menuju ndalem dengan maksud ingin menemui kyai. Dengan wajah sedikit pucat dan langkah yang gontai itu berjalan menyusuri taman yang lumayan luas. Keringat dingin membasahi pelipisnya, mata panda itu kini semakin terlihat jelas di wajah putih pucatnya.

Dengan perasaan gelisah pemuda itu tidak sengaja menabrak orang yang berada di depannya. Tak di sangka orang yang di tabraknya adalah gusnya di pondok ini. Dengan posisi badan membungkuk tak berani menatap wajah sang gus.

"Afwan gus, ana tidak sengaja"

"Iya tidak apa-apa, ada apa dengan dirimu.? Kelihatan tergesa-gesa sekali sampai tidak melihat orang lain yang berjalan.?", tanya Arul yang sedari tadi bingung akan tingkah santri nya satu ini.

"Ana ingin pergi ke ndalem gus, menemui abah yai. Apakah beliau ada di ndalem.?"

"Iya abah ada di ndalem silahkan temui beliau, setelah selesai urusanmu silahkan pergi ke UKS pesantren untuk mencari obat. Saya lihat wajahmu pucat sepertinya kamu sedang sakit"

"Na'am gus, syukron. Kalau gitu ana permisi dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Santri itu kini melanjutkan langkahnya menuju ndalem. Tak lupa dia selalu mengucapkan dzikir demi mengurangi rasa pening yang ada di kepalanya itu. Sesampai depan ndalem kini pemuda itu kembali ragu dengan apa yang akan ia ucapkan kepada kyai nya. Apa ini memang cara yang benar untuk mencari solusi.?

"Assalamu'alaikum", ucap santri itu bersamaan dengan mengetuk pintu.

"Wa'alaikumussalam, eh kamu nak. Ayo masuk sudah lama abah nunggu. Ada apa nak, kenapa tiba-tiba ingin bicara dengan abah.? Tidak seperti biasanya saja", tanya kyai yang sedari tadi melihat tingkah santrinya.

"Em afwan abah, saya mau cerita sedikit masalah yang sempat saya alami saat ini. Hati saya tidak bisa merasakan ketenangan akhir-akhir ini seperti keadaan gelisah dab cemas telah menghantui saya ky", jawabnya dengan wajah yang selalu tertunduk lesu.

Kini pria paruh baya itu mendekat kepada santri yang duduk di depannya. Di peganglah bahu nan kokoh sembari melihat wajah santrinya yang pucat pasi layak mayat hidup. Kyai tersenyum seakan tahu apa yang santrinya itu rasakan. Kini tangan kyai beralih menyentuh pucak kepala pemuda itu yang tertutup peci.

Cinta di Antara Butiran TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang