Seperti hari-hari sebelumnya, Naya berangkat ke kampus bersama dengan temannya yang bernama Stella. Gadis cantik yang merupakan warga asli Australia itu adalah teman satu fakultas sekaligus teman kosnya. Rumah bergaya eropa yang terletak ditengah perkotaan itu menjadi pilihan Naya setelah beberapa kali menimbang-nimbang. Harga sewa yang murah serta lingkungan yang nyaman menjadi alasan Naya untuk menjatuhkan pilihannya. Apalagi ibu kosnya juga baik dan ramah.
Kini kedua gadis itu berjalan bergandengan tengah menyebrang jalan. Bersama dengan pejalan kaki yang lain. Di Australia tepatnya dikota Melbourne tidak sedikit orang yang beraktifitas diluar rumah hanya dengan berjalan kaki. Lagipula pemandangan kota Melbourne dipagi hari begita indah jika hanya dilihat dari balik kaca jendela. Namun satu masalahnya yaitu udaranya yang hampir menyentuh angka minus. Buat orang yang dari lahir hidup di negara tropis macam Naya menjadikan hal itu tidak mudah.
Naya menghangatkan tangannya yang hampir membuka dengan nafasnya. Kemarin dia lupa mengeluarkan sarung tangannya dari dalam mesin cuci makanya sekarang dia hanya bisa mengandalkan saku jaket berbulunya untuk mencegah agar tangannya tidak mati rasa saking dinginnya. Stella masih santai berdiri disebelahnya sedang menunggu kereta datang. Naya menatap gadis itu dari atas ke bawah. Memangnya dia tidak merasa dingin jika hanya memakai blus tipis dan rok selutut. Bahkan Naya yang sudah terlihat seperti orang es kimo saja masih merasa kedinginan.
Beberapa menit berlalu dan kereta yang mereka tunggu tiba. Naya maupun Stella bergegas naik dan dengan secepat kilat langsung mencari tempat untuk duduk. Mereka berbincang untuk membunuh waktu. Walaupun perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit namun keduanya tetap tidak ingin membuat sedetik pun terbuang. Ditengah obrolan ponsel Naya berdering dan nama mamanya tertulis disana.
"Halo ma, kenapa? Tumben jam segini nelpon? Kangen ya..." ujar Naya sesaat setelah menerima panggilan.
Stella yang duduk disebelahnya hanya diam sebab gadis itu tidak paham apa yang Naya ucapkan.
"Mama ku telpon, sebentar ya." Ucap Naya dengan bahasa inggris.
Stella pun mengangguk.
"Halo, Nay." Setelah lama hening akhirnya Naya dapat mendengar suara mamanya dari sebrang sana.
"Iya, ma. Mama kenapa telpon?" Tanya Naya lagi.
"Papa Nay.... papa meninggal."
Prolog END.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naya Arjuna
RomanceNaya senang sekali karena dapat mewujudkan mimpinya untuk berkuliah diluar negeri. Namun belum genap setahun dia pergi dari tanah air tercinta untuk menuntut ilmu, Naya harus terpaksa melepaskan kesempatan emas itu sebab mendapat kabar bahwa ayahnya...