Bab 20. Kabar Buruk

424 18 0
                                    

Hari libur yang diberikan oleh Arjuna digunakan Naya untuk mendengar omelan mamanya yang murka setelah mengetahui kebenaran tentang Naya. Riska juga ada disana, ikut dimarahi. Naya sengaja meminta Riska untuk datang agar Naya tidak sendirian lagipula ide menyamar itu tercetus dari Riska jadi dia juga harus merasakan apa yang Naya rasakan. Dua wanita muda itu duduk bersimpuh didepan Ayudia yang masih mengomel.

"Salah mu." Bisik Naya sambil menyiku Riska.

"Kok aku, kamu lah. Siapa suruh ketahuan." Balas Riska yang juga berbisik.

"Kalian dengar nggak?!" Tegur Ayudia meninggikan suara.

Mereka tidak menjawab. Terlalu takut untuk membalas pertanyaan emak-emak yang sedang marah. Naya dan Riska menunduk saja sedangkan Adit sedang asik bermain game sambil sesekali mengejek kakak-kakak didepan sana yang diam saja saat ditegur oleh mamanya. Kakek dan nenek duduk dikursi teras, bertindak seolah menjadi juri yang sedang berdiskusi tentang hukuman apa yang pantas diberikan kepada Naya dan Riska.

Kebetulan Ayudia sudah mendapat ijin pulang dari rumah sakit dan bisa rawat jalan tapi harus tetap check up minimal seminggu sekali. Naya senang karena mamanya dibolehkan untuk rawat jalan tapi kalau tinggal dirumah hanya untuk mengomel lebih baik mamanya dirawat saja dirumah sakit. Disana mamanya pasti tidak akan memarahi ataupun mengomel kepadanya.

Adit juga libur. Dia sengaja meminta ijin dari sekolah sehari lagi untuk membantu Naya merawat mamanya bersama-sama. Tapi alhasil kesempatan itu hanya dimanfaatkan Adit untuk dapat menghabiskan waktu dengan bermain game tanpa ada niat untuk menghentikan amukkan mamanya terhadap Naya.

"Ma, udah dong marah-marah nya. Entar darah tinggi mama kumat terus harus masuk rumah sakit lagi. Naya nggak punya uang buat bayar biaya rumah sakit kalau mama harus dirawat lagi." Kata Naya bernegosiasi.

"Naya sadar kok kalau Naya salah. Naya nggak cerita ke mama dan Naya udah bohong sama bosnya Naya. Tapi Naya terpaksa, Naya nggak mau rumah ini dirampas dari kita makanya Naya sampai nekat." Lanjutnya.

Wajah Ayudia yang merah akibat marah perlahan kembali normal. Dia kembali sedih sebab dia merasa bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab Naya sampai nekat menipu atasannya agar dapat diterima kerja.

"Maafin mama, Nay. Karena mama, kamu harus menanggung beban sebesar ini. Mama nggak tau caranya berterima kasih ke kamu karena kuat dan gigih untuk terus berusaha agar rumah ini tidak diambil. Maafin mama karena nggak bisa bantu apa-apa. Bahkan sekarang mama menjadi beban karena keadaan mama sekarang. Maaf Nay." Ucap Ayudia terdengar gemetar.

Naya bergeser lalu menghampiri mamanya dan diikuti oleh Adit. Kedua anak-anak nya itu memeluk Ayudia dengan penuh kasih sayang.

"Mama jangan ngomong gitu. Ini tanggung jawab Naya untuk menjaga amanat dari papa. Naya nggak apa-apa kok harus kerja banting tulang yang penting rumah ini selamat dan bisa liat mama sehat dan senyum terus. Jadi jangan ngomong gitu lagi ya." Kata Naya mencoba menenangkan mamanya.

"Mama jangan menyalahkan diri mama terus. Ini juga salah Adit. Coba aja kemarin Adit mau anterin mama ke pasar, pasti mama nggak akan nekat bawa motornya kak Naya." Timpal Adit.

"Hah?!"

Naya melepas pelukkannya lalu menatap Adit dengan tatapan membunuh. Adit yang sadar kalau dia sudah salah bicara berniat untuk kabur namun Naya sudah lebih dulu menjewer telinga nya sebab geram mendengar pengakuannya barusan.

"Jadi kamu biang keroknya?!"

"Ampun kak!!" Rengek Adit.

Ditengah pertengkaran Naya dan Adit, Riska bangkit lalu pergi untuk mengangkat panggilan. Nama Restu terukir dilayar ponselnya.

"Kenapa? Tumben telpon." Kata Riska setelah menerima panggilan.

"Kamu tau Naya dimana? Aku dari tadi telpon hp nya tapi nggak diangkat-angkat." Sahut Restu dari sebrang sana.

"Kebetulan aku lagi dirumah Naya. Kamu mau ngomong apa, kasih tau aku aja, nanti aku sampaiin."

"Kamu dirumah Naya?!" Tanya Restu sedikit berteriak "Kamu kasih hp nya ke Naya sekarang! Ada hal penting yang harus dia tau!"

Riska mengerutkan dahi kebingungan sebelum akhirnya dia memanggil Naya lalu menyerahkan ponsel agar Restu dapat memberi tahu informasi penting apa yang ingin dia sampaikan kepada Naya.

"Halo, kenapa?"

"Kamu ke kantor sekarang! Aku liat Wisnu dan pak Arjuna lagi membicarakan kamu. Kamu juga sempat cerita kalau Wisnu tau rahasia kamu kan, aku takut dia membocorkan semuanya ke pak Arjuna karena nggak suka liat kamu dekat sama pak Arjuna. Apalagi setelah dia tau kalau kalian berdua habis pulang dari dinas keluar kota." Jelas Restu panjang lebar.

"Oke, aku ke kantor sekarang." Balas Naya lalu memutus panggilan.

"Kenapa Nay?" Tanya Riska setelah menerima kembali ponselnya dari Naya.

Naya berlari ke kamarnya untuk mengambil rambut palsu dan cepat-cepat ia memasangnya asal-asalan. Naya berpamitan kepada mama dan yang lainnya kemudian berlari menuju parkiran. Tapi Naya terkejut mendapati motornya tidak ada ditempat yang seharusnya.

"Motor kak Naya masih dibengkel karena ada beberapa bagian yang rusak karena kecelakaan mama kemarin." Kata Adit memberitahu.

"Kamu mau kemana?" Tanya Riska.

"Ke kantor. Aku dapat kabar kalau Wisnu cepu ke pak Arjuna soal penyamaranku." Sahut Naya.

Riska ikut kaget. Buru-buru ia menarik tangan Naya untuk ikut dengannya masuk kedalam mobil. Naya menurut dan setelah siap, Riska pun tancap gas dan langsung melajukan mobilnya keluar dari area rumah Naya.

"Pegangan Nay. Aku mau ngebut." Pinta Riska lalu kembali menginjak pedal gas yang membuat mobilnya melesat bagaikan kilat.

Setengah jam berlalu, Naya dan Riska berlari masuk kedalam gedung kantor kemudian bergerak menuju lift. Lift berdenting lalu pintu pun terbuka. Keduanya melangkah masuk dan Naya segera menekan tombol lantai yang ingin mereka tuju. Setibanya disana, Naya dan Riska mendapati Wisnu bersama dengan Arjuna dan juga Restu tampak sedang menunggu kedatangannya.

Naya menelan salivanya susah payah saking gugupnya. Secara perlahan Naya melangkah menuju orang-orang yang terlihat menantikan kehadirannya. Beberapa karyawan yang sedang bekerja juga ikut dibuat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi sampai membuat para bos berkumpul disatu tempat.

"Akhirnya datang juga." Kata Wisnu.

Naya mendelik kearah Wisnu sebelum akhirnya mendekati Arjuna yang berdiri tidak jauh dari sana.

"Kebetulan kamu datang. Ada beberapa pertanyaan yang harus saya tanyakan ke kamu. Ayo ikut keruangan saya."

Naya mengangguk kemudian mengikuti arah Arjuna berjalan. Riska yang berniat ikut langsung dihentikan oleh Wisnu yang tidak ingin wanita itu ikut campur.

"Ini urusan mereka, kamu jangan ikut campur." Bisik Wisnu ditelinga Riska.

"Tapi Naya gimana? Aku juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi jadi mana bisa aku biarin Naya sendirian."

"Kamu jangan cemas, cukup ikuti saja permainannya." Jawab Wisnu.

To Be Continued.

Naya ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang