Pikiran Naya masih saja mengingat pertengkaran diantara dirinya dan Wisnu beberapa hari lalu. Dia sampai tidak bisa fokus mengerjakan pekerjaannya karena terus memikirkan hal itu. Padahal sudah tiga hari berlalu sejak kejadian tersebut tapi masih saja terngiang-ngiang didalam benaknya. Seakan kepalanya hanya dipenuhi dengan perdebatan mereka. Naya jadi mendadak pusing. Kebetulan juga Arjuna tidak terlalu banyak memberinya tugas jadi Naya bisa sedikit lebih santai.
Namun Naya tetap saja merasa takut kalau-kalau Wisnu datang dan membeberkan semua kebohongannya kepada Arjuna dan seisi kantor. Itulah yang terus menganggu pikiran nya. Walaupun Naya tahu kalau Wisnu bukan orang semacam itu tapi mengingat perkataan Wisnu tentang harapan untuk mengulang kembali dari awal hubungan mereka yang telah berakhir beberapa tahun lalu Naya jadi was-was.
"Kamu nggak apa-apa, Nat?" Tanya mbak Puput yang sepertinya sadar bahwa Naya sedang tidak baik-baik saja.
Naya menoleh dan tampak wajahnya suram namun ia berusaha tersenyum kemudian mengangguk seolah memberitahu mbak Puput bahwa dia dalam keadaan baik.
"Ya, aku baik-baik aja kok." Jawab Naya.
Naya melirik jam tangan nya. Pukul setengah sepuluh pagi. Naya mendesah resah lalu merebahkan kepalanya diatas meja namun tiba-tiba saja terdengar suara bising yang begitu mengganggu berasal dari telepon dimeja. Dengan cepat Naya duduk tegap kemudian mengangkat gagang telepon dan meletakkannya ditelinga.
"Iya, pak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ke ruangan saya sekarang." Titah Arjuna dari sebrang telepon.
"Baik, pak."
Sesaat setelah panggilan terputus Naya bergegas pergi ke ruangan Arjuna. Ia mengetuk pintu sebelum akhirnya melangkah masuk setelah mendengar jawaban dari dalam. Seperti pemandangan pada umunya, Arjuna sedang duduk dimeja kerjanya sambil menatap ke layar monitor seolah tidak mengetahui kedatangan Naya.
"Ada apa pak?" Tanya Naya setibanya diruangan.
"Besok ikut saya dinas ke luar kota. Jadi sepulang kerja nanti kamu prepare barang-barang yang mungkin kamu butuhkan dan besok ketemu sama saya di bandara." Kata Arjuna terdengar memerintah.
Wajah Naya cengo. Otaknya serasa membeku. Dia masih belum mengerti dengan ucapan Arjuna barusan. Dinas? Bagaimana maksudnya?
"Dinas?" Tanya Naya masih bingung.
Arjuna mengganguk "Iya, dinas. Saya harus menghadiri sebuah seminar dan kamu harus ikut untuk menemani saya sebagai asisten saya. Sampai disini paham?" Tanya nya.
Kini giliran Naya yang mengangguk "Tapi pak, kalau boleh tau kita akan dinas kemana? Kok pakai naik pesawat segala?" Tanya Naya balik.
"Yogyakarta. Selama tiga hari." Jawab Arjuna singkat, padat dan jelas.
Jujur saja Naya tidak menyangka kalau dia akan pergi ke Yogyakarta. Awalnya Naya pikir, Arjuna hanya akan mengajak nya pergi keluar kota yang masih berada di pulau Bali.
Kalau itu bukan keluar kota namanya tapi keluar pulau. Batin Naya.
Arjuna mengernyitkan dahi setelah melihat reaksi Naya yang terlihat kaget. "Kenapa? Ada masalah?" Tanya nya.
Lamunan Naya seketika pecah. Ia mengangkat wajah kemudian menatap Arjuna lalu menggeleng "Enggak pak." Sahutnya.
***
Menginap selama tiga hari dua malam, rasanya Naya tidak perlu membawa banyak baju. Alhasil Naya hanya membawa beberapa pakaiannya menggunakan koper ukuran sedang yang ia pinjam dari Adit. Turun dari taksi, Naya melangkah menuju ruang tunggu. Beberapa saat kemudian, datang Arjuna yang tiba-tiba saja sudah berdiri disebelahnya sambil menyerahkan satu tiket pesawat yang akan mereka tumpangi. Naya melirik sekilas dan melihat Arjuna yang membawa satu koper ukuran besar.
"Ayo." Ajak Arjuna setelah mendengar pengumuman dari pengeras suara.
Naya mengangguk kemudian berdiri dan mengikuti langkah Arjuna dari belakang. Selesai mengurus koper dan tiket keberangkatan, keduanya digiring oleh seorang pramugari untuk duduk dikursi masing-masing. Penerbangan menuju Yogyakarta hanya membutuhkan waktu satu setengah jam jadi Naya tidak ada alasan untuk dirinya tertidur selama perjalanan.
Satu jam berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini pesawat mereka sudah mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta. Selama di pesawat, baik Naya ataupun Arjuna sama-sama diam tak berkomentar.
"Pak, bangun. Kita udah sampai." Kejut Naya mencoba membangunkan Arjuna yang masih tertidur lelap.
Arjuna mengerjab kemudian melepas headphone yang menutup telinganya. Naya yang duduk didekat jendela tidak bisa keluar sebab Arjuna yang masih berada dikursinya. Setelah kesadaran Arjuna kembali sepenuhnya ia langsung berdiri lalu melangkah keluar dan diikuti oleh Naya dari belakang.
Kini keduanya sedang menunggu taksi. Selang beberapa saat, sebuah mobil berhenti tepat didepan mereka. Dari dalam nya keluar seorang bapak-bapak yang mengenakan blangkon bermotif batik warna cokelat yang langsung mengambil koper Naya dan Arjuna kemudian meletakkannya dibagasi.
"Silahkan mas." Kata bapak itu mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam mobil.
Arjuna segera masuk setelah dibukakan pintu. Naya tersenyum sambil menunduk hormat sebelum akhirnya ikut duduk dibangku belakang bersama dengan Arjuna.
"Hotel Cemara ya pak." Kata Arjuna.
"Baik mas." Sahut si bapak.
Mobil mulai melaju keluar dari area bandara dan masuk ke jalanan kota Yogyakarta. Butuh tiga puluh menit waktu yang harus ditempuh jika ingin tiba di Hotel Cemara. Setibanya di hotel yang dimaksud, Arjuna maupun Naya turun dan dihampiri oleh seorang bellboy yang mengambil alih koper mereka dari bapak sopir.
"Silahkan lewat sini mas." Giring si bellboy.
Sementara Arjuna yang sedang berjibaku dengan resepsionis untuk mengurus reservasi hotel, Naya buru-buru mengabari mamanya untuk memberi tahu bahwa dirinya sudah tiba dikota tujuan.
"Terima kasih." Ucap mbak resepsionis sambil menyakupkan tangan.
"Nat!" Panggil Arjuna.
Naya berbalik lalu menghampiri nya.
"Ya pak? Ada masalah?" Tanya nya.
Arjuna tidak menjawab. Ditangannya terdapat sebuah kunci kamar yang akan mereka berdua tempati. Diantar oleh petugas, Naya dan Arjuna mengikuti langkah mas-mas yang menggiring mereka menuju kamar.
"Ini kamar nya, pak. Semoga nyaman ya, kalau begitu saya permisi." Ucapnya lalu melenggang pergi.
Sepeninggal petugas tadi, Naya baru sadar kalau mereka hanya diarahkan ke satu kamar. Apa jangan-jangan...
"Kita sekamar. Kata resespsionis kamarnya lagi penuh makanya cuma dapat satu. Nggk masalah kan?" Ujar Arjuna yang seperti bisa membaca pikiran Naya.
Naya terkejut setelah mengetahui bahwa dirinya akan tinggal dikamar yang sama dengan Arjuna.
"Ng--nggak kok pak." Jawab Naya gugup.
Dengan perlahan Naya dan Arjuna melangkah masuk kekamar mereka. Naya kembali dikejutkan dengan ranjang yang mereka dapat adalah ranjang tipe double bed dan itu berarti mereka harus tidur seranjang.
"Saya tidur disofa aja, bapak bisa tidur diranjang supaya lebih nyaman." Cetus Naya.
"Enggak! Kita tidur seranjang aja. Lagipula besok jadwal kita padat dari pagi sampai sore jadi saya nggak mau melihat kamu tidak fit karena tidur disofa." Balas Arjuna.
"Tapi--"
"Nggak ada tapi-tapian. Ini perintah dan kamu nggak bisa membantahnya. Paham?"
"Paham pak." Jawab Naya lesu.
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naya Arjuna
RomanceNaya senang sekali karena dapat mewujudkan mimpinya untuk berkuliah diluar negeri. Namun belum genap setahun dia pergi dari tanah air tercinta untuk menuntut ilmu, Naya harus terpaksa melepaskan kesempatan emas itu sebab mendapat kabar bahwa ayahnya...