Bab 7. Sebuah Kesepakatan

551 25 0
                                    

Naya tidak tahu apa dia harus ada diantara dua orang yang sedang berbincang itu. Sejak awal kedatangan Riska yang entah apa alasan nya Naya hanya diam tanpa berkata atau pun merespon. Bahkan untuk menyantap nasi goreng pesanan nya saja dia ragu. Dari pembicaraan yang terjadi antara Arjuna dan Riska, Naya jadi dapat sedikit informasi tentang hubungan keduanya. Mereka dipertemukan oleh orang tua yang sama-sama memiliki bisinis serupa. Dapat disimpulkan kalau keluarga Riska dan Arjuna adalah rekan kerja.

Namun ada satu hal yang sedikit mengganggu pikiran Naya yaitu sikap bertolak belakang mereka. Disatu sisi Riska tampak begitu antusias berbicara dengan Arjuna tapi disisi lain Arjuna terlihat tidak terlalu senang akan kehadiran Riska dan menganggap perkataan wanita itu hanya lah angin lewat. Naya melihat Arjuna sekali pun tidak menatap lawan bicara nya melainkan dia asik menyantap makanan nya. Ada apa ini? Kenapa atmosfer diantara keduanya jadi aneh begini? 

"Oh ya, ini asisten baru ku namanya Nata." Ucap Arjuna memperkenalkan Naya.

Riska menoleh dan mengajak Naya bersalaman, tanpa ragu Naya menjabat tangan Riska kemudian tersenyum.

"Riska."

"Nata."

"Kalian berdua silahkan mengobrol, saya harus ke toilet sebentar." Kata Arjuna lalu pergi.

Riska berdecih menatap kepergian Arjuna yang sudah dia antisipasi "Dia sengaja membawa Naya supaya kita tidak makan berdua aja. Pintar dan licik." Gumam nya.

Sepeninggal Arjuna dari meja mereka, Naya mencengkram rangan Riska erat sampai-sampai membuat wanita itu meringis kesakitan. Naya butuh penjelasan atas situasi membingungkan yang dia alami saat ini. Dan Riska pasti memiliki jawaban atas pertanyaan Naya.

"Kamu ada urusan apa sama pak Arjuna sampai ketemu disini?" Tanya Naya kebingungan.

Tidak ada respon dari Riska. Dia mengambil es tah tawar milik Naya untuk kemudian ia teguk sampai habis. Riska memang tahu caranya mencuri hati pria dengan sikap yang ia tunjukkan namun bukan ini salah satunya.

"Aku sudah lama suka sama Arjuna. Lebih tepatnya sejak kita bertemu diacara yang diadakan oleh papa. Kebetulan Arjuna diundang dan dia datang untuk menghadirinya. Dari sana aku mulai suka sama dia."

Jawaban Riska benar-benar diluar dugaan Naya. Kini giliran Naya yang tidak merespon. Dia diam untuk berpikir sejenak. Merangkum semua yang terjadi sedari awal sampai sekarang menjadi satu kejelasan yang Naya butuhkan.

"Jadi ini tujuan kamu memaksa aku untuk menyamar dan masuk ke perusahaan nya. Agar aku bisa mencari tau tentang dia, gitu."

Riska mengangguk membenarkan perkataan Naya. Teman nya yang satu ini memang sangat pintar. Tanpa Riska beritahupun Naya sudah langsung paham. Tetapi Naya tidak berpikir demikian, dia merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh sahabatnya sendiri. Naya tidak sangka kalau Riska akan melibatkannya bahkan memakai cara tidak wajar hanya untuk mendekati pujaan hatinya.

"Kita batalin aja semuanya. Aku bisa cari pekerjaan lain yang nggak ada sangkut pautnya sama kamu ataupun pak Arjuna. Aku nggak mau terlibat dalam hubungan rumit kalian." Ucap Naya gusar.

"Bagaimana kalau aku bilang dengan cara ini kamu bisa membalas semua kebaikkan yang pernah kamu terima dari aku?"

Naya terbelalak. Yang awalnya Naya menunduk sekarang ia mengangkat wajahnya kemudian menatap Riska. Sedangkan Riska, wanita itu terlihat sedang gundah gulana entah sebab apa.

"Kamu udah suka sama orang yang salah, Ris. Pak Arjuna nggak sebaik yang kamu bayangkan. Dihari pertama kerja aku udah disiksa. Disuruh bolak-balik sampai bikin betis aku serasa mau copot."

Riska terkekeh mendengarnya.

"Arjuna emang kayak gitu dan karena itu juga aku suka walaupun penyebab utamanya karena dia ganteng sih tapi mau bagaimana pun juga aku bakalan tetap suka sama dia. Jadi kamu harus bantu aku untuk menggali informasi tentang dia, ya." Tatap Riska dengan wajah memelas.

Naya mendesah resah. Bagaimana bisa dia punya teman sebucin ini dengan si bambu berjalan itu? Maksud Naya adalah Arjuna. Melihat dan mendengar ucapan Riska sepertinya kali ini wanita itu sungguh-sungguh mengenai perasaan nya terhadap Arjuna. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi.

"Oke, aku bantu."

Wajah Riska seketika sumringah. Matanya berbinar saat mendapat jawaban dari Naya yang menyetujui permintaan nya. Sontak Riska memeluk Naya dan menciumi pipinya.

"Jangan cium-cium. Nanti ada yang salah sangka sama kita. Kamu lupa kalau sekarang aku laki-laki jadi jangan cium aku sembarangan."

Riska pun segera melepaskan pelukkannya. Naya tersenyum melihat Riska yang tampak malu-malu.

"Kamu se-suka itu ya sama pak Arjuna?"

Riska mengangguk antusias "Suka banget!"

Setelah lama berbincang, Naya baru sadar kalau sudah hampir setengah jam Arjuna tidak kembali dari toilet. Kenapa dia lama sekali? Apa jangan-jangan dia pingsan atau lebih parahnya mati?

"Pak Arjuna kok nggak balik-balik ya. Dia ngapain sih sampai lama banget di toilet doang." Gerutu Naya.

"Nggak usah ditunggu. Paling dia udah balik ke kantor. Sebentar lagi kamu pasti bakalan di telpon sama dia disuruh balik juga." Ucap Naya sembari memakan nasi goreng Naya.

"Kok kamu tau?"

"Kamu kira ini pertemuan pertama kita. Sebelum nya kita udah pernah ketemu dan makan bareng tapi dia nggak pernah datang sendiri. Dia selalu datang sama asisten ataupun karyawan nya yang lain. Tapi baru beberapa menit ngobrol dia akan ijin ke toilet terus nggak balik-balik lagi. Sama seperti sekarang."

Perkataan Riska sedikit memilukan. Naya jadi tidak tega. Jujur saja setelah mendengar penjelasan Riska mengenai sikap Arjuna terhadapnya, Naya jadi tidak ikhlas kalau kawannya harus menaruh perasaan kepada lelaki seperti itu.

"Tapi kamu masih tetap ketemu sama dia?"

"Iya, karena aku suka. Walaupun aku sadar kalau Arjuna kelihatannya nggak suka sama aku tapi nggak apa-apa. Selama aku bisa ketemu dan ngobrol sama dia, aku akan terus melakukan itu sampai dianya capek sendiri dan akhirnya menerima aku."

"Gimana kalau dia nggak menerima kamu dan lebih memilih untuk memutus kontak?"

Riska tersenyum kecut kemudian menanggapi pertanyaan Naya "Mungkin aku yang harus berhenti dan mencoba untuk melupakan dia. Tapi sampai hari itu tiba, aku akan terus mengejar dia sejauh apapun dia berlari."

Ditengah ke-mellow-an yang terjadi ponsel Naya berdering dan tercantum nama Arjuna disana.

"Eh pak bos telpon nih. Ternyata benar apa yang kamu bilang. Kamu memang cenayang." Kata Naya sebelum akhirnya bangkit lalu menjawab panggilan.

"Halo, pak."

"Sekarang kamu balik ke kantor. Jangan lupa parkirkan mobil saya ditempat yang seharusnya. Tata letaknya harus sama persis seperti sebelumnya, mengerti?"

"Mengerti pak."

"Bagus, saya tunggu."

To Be Continued.

Naya ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang