Setelah nama Arjuna disebut oleh pembawa acara ia segera naik keatas panggung kemudian mengambil alih mikrofon yang diserahkan oleh petugas. Naya hanya berdiri disamping panggung sambil memperhatikan Arjuna yang menyapa para mahasiswa dan mahasiswi yang memenuhi ruang ballroom. Arjuna kebetulan diundang untuk menjadi juru bicara di seminar yang diadakan di salah satu universitas ternama dikota Yogyakarta.
Naya dapat melihat Arjuna yang tampak senang berbagi pengetahuan nya kepada generasi muda. Dilihat dari wajahnya yang sumringah saat mendapat pertanyaan dari para audience. Dengan begitu Arjuna merasa ada orang yang menghargai dirinya yang sejak tadi berbicara panjang lebar menjelaskan ini dan itu diatas panggung. Setidaknya mereka yang memberikan nya pertanyaan adalah orang-orang yang sepertinya tertarik dengan yang sudah dia terangkan.
Naya melirik ke jam yang melingkar ditangannya yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Itu berarti sudah hampir dua jam lamanya Arjuna memaparkan materi seminarnya didepan sana. Selang beberapa saat, Arjuna mendapat tepuk tangan yang meriah setelah dia menyelesaikan sesi tanya jawabnya. Kemudian sang pembawa acara mempersilahkan Arjuna untuk turun dari panggung lalu membubarkan para audience sebab seminar hari ini telah usai dan berakhir dengan sangat baik.
Seorang pria paruh baya menghampiri Arjuna yang kini sedang bersama Naya. Dia menjabat tangan Arjuna sebelum akhirnya memperkenal diri sebagai bapak rektor di universitas tersebut. Arjuna dituntun untuk mengikuti langkahnya keluar dari ballroom. Meninggalkan Naya tanpa penjelasan.
"Pak Arjuna ganteng banget ya."
"Logatnya orang Bali banget tapi mukanya kayak oppa-oppa korea gitu."
Bisik-bisik para ciwi-ciwi yang sedang berjalan menuju pintu keluar dan tanpa sengaja Naya mendengarnya. Sontak Naya tersenyum dibuatnya. Tidak ada alasan. Hanya saja itu membuktikkan bahwa Arjuna yang setampan namanya itu memang tampan dimata banyak orang bukan hanya Naya yang berpikir demikian. Disela-sela pikiran Naya yang mengacau memikirkan ucapan para gadis-gadis itu tentang Arjuna terdengar ponselnya yang ia simpan didalam tas berdering.
Naya mengernyitkan dahi setelah membaca nama Adit yang terukir sebagai si penelpon. Naya bergegas keluar dari ballroom lalu mencari tempat yang dirasanya lebih kondusif untuk mengangkat panggilan.
"Halo. Kenapa Dit?"
"Kak! Mama kecelakaan. " Adit terdengar panik disebrang sana.
Naya tersentak mendengar kabar mengejutkan itu. Masalah apa lagi ini? Kenapa harus datang disaat Naya masih belum siap?
"Kecelakaan gimana?"
Adit mendengus "Ribet kalau dijelasin ditelepon. Kak Naya kapan balik dari dinas? Aku nggak bisa mengurus situasi disini sendirian. Aku butuh kak Naya." Rengek Adit.
Naya berdecak sambil mengetuk dagu dan memijat pelipisnya berpikir.
"Okey, gini aja. Kamu stay dulu sama mama. Kakak usahakan hari ini juga kakak langsung pulang. Kamu jagain mama sampai kakak datang. Kalau bisa hari ini kamu ijin dulu dari sekolah." Cetus Naya.
"Okey, kak. Aku tunggu."
Panggilan pun terputus. Naya mendesah resah kemudian duduk dikursi yang tersedia. Ia mengusap wajahnya gusar dan tanpa sadar berteriak frustasi yang membuat beberapa orang yang sedag berlalu lalang menatapnya keheranan. Arjuna juga salah satu orang yang sedang berlalu lalang dan menjadi saksi teriakan Naya yang menggelegar. Dia duduk disebelah Naya dan memandang nya dengan wajah cemas.
"Kamu kenapa?" Tanya Arjuna.
Dengan cepat Naya mengangkat wajah dan menoleh ke arah samping. Arjuna yang berada disebelah Naya melihat nya tampak begitu gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naya Arjuna
Любовные романыNaya senang sekali karena dapat mewujudkan mimpinya untuk berkuliah diluar negeri. Namun belum genap setahun dia pergi dari tanah air tercinta untuk menuntut ilmu, Naya harus terpaksa melepaskan kesempatan emas itu sebab mendapat kabar bahwa ayahnya...