12

492 64 6
                                    

Iki meringis karena merasa sakit di area pantat nya, "jatuh gue kaga elit banget ya bangsat." Ya gimana ya kenyataan nya memang sangat tidak baik, sekarang iki memilih merebahkan diri nya di aspal merenungkan apa yang baru sama terjadi. Iki sedikit terguncang saja dan terkejut, apalagi sekarang sepeda nya rusak, gula pesanan bunda nya juga hilang entah kemana.

Cakra turun dari motor nya bergegas menghampiri iki yang rebahan di atas aspal.

"Kamu tidak apa-apa Qilla?" Tanya Cakra lalu menyodorkan tangan nya, berharap iki segera menggapai tangan nya dan cepat bangun.

"Buta lo, pantat gue sakit. Jadi gini aja dulu" Erlang hanya takut jalanan itu kotor dan banyak kuman nya saja.

"Mau di gendong?" Tawar Cakra dengan lembut

Terima jangan ya? Tapi gue geli anj

"Tolong cariin dulu gula pesenan bunda boleh nggak?" Begini pun iki amanah kawan

Cakra menganggukan kepala nya, dia mencari kesana kemari, dan ternyata keresek yang membawa gula milik iki terlempar sekitar 5 meter dari tempat kejadian. Cukup jauh juga ya.

"Ini gula pesanan bunda kamu, ayo pulang." Ajak Cakra tak lupa tangan nya menunjukan plastik yang berisi gula milik iki.

"Sepeda gue bang .... Rusakk" iki menatap nanar ke arah sepeda nya, kasian sekali pikir nya menjadi sepeda milik iki nasib nya menjadi sangat malang.

"Iya tau rusak, makanya biarin aja disana kamu sama aku aja, ayo." Iki berusaha bangkit dari rebahan nya, walau masih sedikit linglung kecelakaan tadi cukup keras menerbangkan nya.

Iki mengusap-usap pantat nya yang masih terasa ngilu, "aduh pantat aing sakit."

Cakra membantu iki berjalan kearah motor nya, "bisa naik nya?" Iki mengangguk an kepala nya, yakali dia kaga bisa naik motor si Cakra.

Cakra pertama naik lalu di ikuti iki, ya walau sedikit susah karna tubuh qilla sedikit pendek itu.

Ck, ribet nih tubuh cewek udah mah tepos pendek lagi.

Sesampai nya di rumah iki segera menuju dapur dimana sella berada, "BUNDAAA"

"Kenapa lo anjir? tangan lo sampai berdarah gini dek?" Tanya niko yang terkejut melihat siku tangan iki berdarah

"Itu kaki kamu kenapa?" Tanya sella juga ketika matanya tidak sengaja melihat kaki qilla berdarah.

"Itu tadi mendadak negara api menyerang bund, bang. Iki jadi kena sasaran nya juga." Jawab iki ngelantur

"Sore tante, maaf tadi Qilla terjatuh dari sepeda nya." Tiba-tiba cakra datang lalu bertos ria bareng Niko ala-ala cowok lah ya.

"Terjatuh mata lo, gue terbanting-banting terus terbang terus nyusruk." Ya emang itu kenyataan nya, siapa suruh ngebut padahal di depan nya ada polisi tidur. Kalo ada ada polisi tidur disana mungkin mau iki bangunin dulu biar minggir ngehalangin jalan aja.

"Tapi kamu gak papa kan qilla?" Tanya khawatir sella

"Bunda mah nggak liat apa aku ini terluka sebegitu banyak nya." Sella mengangguk mengerti iya juga sudah jelas itu terlihat jika iki tidak baik-baik saja.

"Yaudah keruang keluarga nanti bunda obatin disana, dan cakra makasih ya udah nganterin Qilla, nggak tau lagi kalo kamu nggak ada pasti si qilla udah pasrah rebahan di situ."

Cakra tersenyum mendengar penuturan dari sella, "sama-sama Tante, lagian tadinya saya juga mau mengajak qilla jalan-jalan."

Niko yang mendengar nya seketika mendelik tidak suka kearah Cakra, "mau ngapain lo ajak adek gue jalan-jalan? Demen lo sama adek gue?"

Sella menggeplak tangan Niko cukup keras, "apaan sih kamu itu bang, bagus dong kalo ada yang mau sama adek kamu."

"Ssht, sakit bun. Iya sih kirain si qilla kaga bakalan laku." Padahal Cakra tidak menyebutkan jika dirinya menyukai qilla tapi cukup jelas bukan.

"BUNDAA MANA KATANYA MAU NGOBATIN LUKA AKU" ternyata iki sudah menunggu sella dari tadi untuk mengobati luka-luka yang di dapat nya.

"IYA SEBENTAR, EH IYA GULA TADI KEMANAIN SAMA KAMU?"

"ITU DI ATAS MEJA MAKAN BUN"

sella melihat ke arah meja makan dan benar saja di sana ada sebungkus gula.

***

Iki meringis ketika luka nya terkena alkohol, "perih loh ini bund"

"Iya tau bunda juga, terus harus gimana lagi?" Iki mendelikan mata nya tak sengaja mata nya bersitatap dengan Cakra yang juga dari tadi dia memperhatikan iki yang sedang di obati oleh sella.

Tuh mata mau banget gue colok ya pake jarum

"Bang kek nya kita nggak jadi jalan-jalan nya, kondisi aku tidak memungkinkan." Ucap iki, ya lagian sekarang dia sudah tidak minat jalan-jalan dia ngantuk rasanya ingin tidur untuk beberapa jam.

"Alay lo, cuman lecet-lecet juga." Wah niko tidak merasakan saja apa yang iki rasakan.

"Coba lo nyusruk deh tapi terbanting-banting dulu sana." Kesal iki seolah niko meremehkan luka nya ini.

"Iya, nanti aja kalo kamu udah sembuh." Niko mendelik tidak suka lagi kearah Cakra

"Apaan lo kamu-kamu an sama adek gue," sewot niko, merepotkan sekali ya.

"Masalah?" Tanya Cakra dengan wajah datar, emang apa salah nya jika dia dan qilla aku-kamu? Begitu saja di permasalahkan merepotkan, pikir Erlang.

"Justru itu bagus bang, biar lebih enak di denger nya. Nggak kaya kamu terus aja gitu gak berubah." Celutuk sella, Cakra yang mendengar nya tersenyum kemenangan kearah niko.

"Aneh aja," jawab niko sok cuek padahal dia kesal kepada Cakra yang tersenyum puas kearah nya.

Sella tersenyum setelah selesai mengobati luka-luka iki, "nah, udah selesai. Sekarang kamu istirahat aja ke kamar kamu atau mandi."

"Mau tidur ngantuk, masa mandi baru aja di obatin nanti basah lagi."

"Apa yang basah nya dek?" Kok ambigu ya

Iki mendelik kesal kearah niko, "muka lo basah gue cipratin air liur gue yang semerbak bau jigong ini ke lu."

"Menjijikan lo dek, bunda liat bunda si Qilla jorok."

"Cakcak, liat kelakuan dia ilfil pasti lo kan." Lanjut Niko memanas-manasi Cakra

Bagus dong kalo si Cakra itu ilfil sama gue, jadi dia bisa ngejauh dari gue.

"Biasa aja." Jawab Cakra cuek tidak peduli, dia bukan tipe orang ilfilan.

"Qilla jangan gitu ah kamu nggak malu apa sama Cakra." Ucap sella

"Nggak tuh, biasa aja." Lalu iki pergi dari sana menuju kamar nya.

Buat apa malu segala

***

Gue mendingan lanjut baca diary si kila apa mending tidur ya? Tapi gue ngantuk tapi penasaran juga sih.

"Tau ah gue ngantuk mau tidur aja," iki mulai merebahkan dirinya senyaman mungkin, lalu menutup matanya untuk selama nya. Nggak deng becanda aing.

Tiba-tiba iki terbangun kembali tapi bukan di kamar nya, dia tak sengaja melihat tangan nya. Iki terkejut karna tangan nya tidak lagi lentik dan putih.

Tangan nya, kaki nya, berubah menjadi seperti iki dahulu. Iki memegang wajah nya.

"Ini MUKA GUE ANJROT DEMI APA GUE KEMBALI JADI COWOK?!" seru iki terkejut, tapi di waktu bersamaan dia juga heran, dia ada dimana? Ruangan nya sekarang asing tidak seperti rumah nya dulu atau rumah sakit.

"Hai"

***

Jeng jeng jeng, gue lagi mood aja buat up Awoqawoq.

Btw mampir kecerita baru gue dong, judul nya AGRA. masih transmigrasi kok tenang cuman rada beda dikit.

Gender? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang